Rencana Evrard

"Tolong Tuan jangan sita rumah kami, hanya ini rumah kami punya" Adellin memohon

"Maaf nyonya, tapi ini perintah dari tuan saya. Jika anda ingin rumah ini, maka lunasi dulu hutang Ti motthe pada kami" ujar Rach suruhan Evrard

"Tapi Timo sudah meninggal, kenapa jadi membebankan saya, saya gatau apa²"

Lynelle terpaku mendengar perkataan bibi dan beberapa orang berbaju hitam itu.

"Maaf tuan, hutang apa ya? Dady saya berhutang kepada siapa?"

"Timotthe berhutang pada tuan saya 100 juta euro. Rumah ini harus saya sita. Sisanya anda bisa cicil"

"Apa tidak ada cara lain?"

"Ada" sahut pria dari belakang, Lynelle pun menoleh ke sumber suara

"Tuan" para bodyguard pun membungkukkan badannya

"Caranya yaitu kau harus bekerja pada saya"

"Bekerja dengan anda?"

"Ya jadi pelayan saya" ujar Evrard sambil membuka kaca mata hitamnya, sorot matanya menghujam jantung Lynelle.

"Hmm, apa saya bekerja dengan tuan, rumah ini tidak akan disita?" Tanya Lynelle takut-takut

"Ya, kalo kau bersedia menjadi pelayan dan tinggal di rumah ku" ucap Evrard sambil menyeringai.

"S-saya bersedia tuan"

"Ly apa kau yakin?" tanya Adellin sambil berbisik

"Ya bibi, aku tidak mau semakin merepotkan bibi. Tidak apa nanti aku akan sering menjenguk"

"Tapi Ly, kau tau dia siapa?dia orang berbahaya" ujarnya memperingati

"Bibi tenang saja aku akan baik-baik saja" walau ia pun ragu

"Cepat, aku tak suka menunggu" ucap Evrard sambil berlalu ke mobil

"Ayo nona, jangan buat tuan marah" ucap Karl

"Tapi aku belum berkemas"

"Tidak usah, nanti akan disediakan semua keperluan anda"

"Sebentar" Lynelle beralih ke Adlline

"Bibi aku pergi dulu ya jaga diri baik-baik salam pada paman Robert"

"Ya Ly kamu juga hati-hati" sambil memeluk Lynelle

"Ayo nyonya muda" ujar Rach Lynelle pun mengikuti para bodyguard

Mobil pun melaju, Lynelle pun memandangi rumah bibinya tak terasa air matanya pun menetes.

"Tidak usah menangis, jangan jadi wanita cengeng" ucap Evrard dingin dengan tatapan menusuk.

"M-maaf tuan" Lynelle pun cepat menghapus air mata nya dan menunduk.

***

Begitu tiba dimansion Lynelle tercengang dengan pemandangan didepannya rumah besar seperti istana karena tak layak disebut rumah.

"Ayo, tak usah norak begitu" Lynelle pun tersadar dan wajahnya memerah menahan malu lalu mereka masuk.

Lynelle pun semakin dibuat ternganga oleh perabotan didalamnya, begitu berkelas dan semua dihiasi berlian. Ukurannya pun besar-besar disudut kiri ia melihat sebuah pigura terpampang foto tuanya itu dan beberapa foto keluarga . Lynelle pun memasuki lift.

Ceklek

Ia semakin tercengang lagi saat memasuki kamar, Tempat tidur king size, dan beberapa perabot berkilau bertabur berlian apalagi ia melihat koleksi jam tangan mewah, dan berbagai macam jenis lainnya yang tak bisa Lynelle jelaskan.

"Ini kamar ku?"

"Bukan, ini kamar kita!" ucap Evrard sambil menaik turunkan alisnya.

"M-maksudnya?"

"Kurasa tak perlu dijelaskan"

"Tapi tuan, tak apa kita sekamar, nanti saya tidur dimana?"

Evrard pun menunjuk kasurnya, Lynelle pun membola dan menggelengkan kepalanya.

"Kau bisa tidur disofa kalau tidak mau tidur bersamaku"  Evrard pun beralih ke Walk in closet, membuka semua pakaiannya dan barlalu ke kamar mandi.

Sedangkan Lynelle, dia masih melamun memikirkan yang terjadi, apa dia harus tidur seranjang dengan tuannya yang dingin itu, membayangkan nya saja sudah buat dia merinding.

Setengah jam berlalu, Evrard pun selesai mandi. Dia melirik Lynelle yang melamun

"Kau tidak mandi?"

"Oh ah ya aku mau— " ucapan Lynelle terhenti

Kala melihat Evrard hanya memakai handuk di pinggang, ia melihat bentuk tubuh pria dihadapannya. Dada bidang dengan perut kotak-kotak, kulit putih bersih dan air menetes dari rambutnya membuat dia semakin mempesona.

Lynelle menelan ludah dengan susah payah, ketika kesadaran nya kembali Lynelle pun segera membalikkan badannya.

"Tuan kenapa keluar seperti itu" Evrard mun mengerutkan dahinya

"Aku memang selalu seperti ini" jawabnya tak acuh lalu beralih ke walk in closet mengambil baju tidurnya.

Setelah dipastikan Evrard beranjak, Lynelle pun gegas ke kamar mandi, setelah beberapa menit Lynelle pun selesai mandi dan memakai bathrobe. Dia terpikir sesuatu Lynelle pun melongokkan kepalanya.

"Ada apa?"

"Mm, aku tidak membawa baju ganti"

"Menyusahkan saja" Evrard pun menelepon seseorang.

"Tunggu saja, orangku akan membawakan baju ganti untukmu"

"Terimakasih tuan" ucap Lynelle sambil tersenyum. Evrard pun mencebikan bibirnya

Tok

Tok

Ceklek

"Ini tuah pesanan anda" ujar Feyy salah satu pelayan dimansionnya

"Hmmm" Evrard pun menutup pintunya kembali

"Nih pakai, jangan banyak protes"

"Ya tuan" Lynelle pun kembali menutup pintu kamar mandinya, Lynelle mengeluarkan baju yang ada di paper bag, ia memicingkan mata nya. Lalu mengangkat baju itu tinggi-tinggi.

 Astaga, baju apa ini kenapa kurang bahan begini menerawang pula apa dia sengaja ya. Dengan terpaksa ia memakai baju harem itu lalu dilapisi dengan bathrobe nya.

Ceklek

Lynelle keluar dengan gugup, Evrard mengerutkan keningnya.

"Kenapa kau tak pakai baju dariku"

"A-aku pakai kok tuan tapi–" Evrard pun menaikan sebelah alisnya.

"Mmm, aku malu bajunya sexy sekali" Evrard tersenyum devil, memang itu tujuannya.

"Buka bathrobe mu atau kau tidur diluar"

"T-tapi tuan.."

"Gada tapi tapian" ujarnya galak Lynelle pun bergidik, ia pun melepaskan bathrobe nya perlahan dan ia gantungan.

Melihat pemandangan itu Evrard pun menelan ludah nya, pemandangan yang membuat gairah. Dada penuh membusung, paha mulus terekspos sempurna, leher jenjang dan kulit seputih susu.

"Mon Cheri" Evrard berucap lirih

Lynelle ternganga apa itu ditunjukkan untuknya

"Kenapa bengong ayo tidur sudah malam"

"Ya monsiuer" Evrard pun bergeming, Lynelle pun merebahkan tubuhnya di ranjang.

Lynelle pun membungkus tubuhnya dengan selimut, ia malu berpakaian seperti ini. Tapi apa boleh buat, Lynelle pun memejamkan mata untuk menuju ke alam mimpi.

Evrard pun membuka mata nya, ia pura-pura tidur, Evrard memandangi wajah wanita dihadapannya. Evrard pun menyentuh pipi Lynelle mengelus lembut pipi chubby,pandangan pria itu turun ke bibir, bibir tipis berwarna merah seperti buah Cherry perlahan dia menempelkan bibirnya ke bibir Lynelle, lelaki itu memejamkan mata menikmati bibir lembut milik Lynelle lalu perlahan ******* lembut bibir itu.

Serasa cukup Evrard pun melepaskan pagutan, dia memeluk tubuh mungil itu dan memejamkan mata

Pagi pun tiba Lynelle membuka matanya ia melirik ke samping, kosong ternyata pria itu ada di walk in closet.

"Sudah bangun Cheri" sapa Evrard. Lynelle pun terdiam

"Kenapa?" tanya Evrard

"Kenapa tuan memanggilku seperti itu?" Evrard tersenyum mendengar perkataan Lynelle.

"Karena sekarang kau jadi wanitaku"

"Cepat mandi kita sarapan" Lynelle pun mengangguk

***

Dimeja makan Lynelle dilayani dengan baik oleh para penghuni dirumah itu.

"Makan yang banyak kau tampak kekurangan gizi" Lynelle pun tersenyum kecut, bagaimana mana ia tak kekurangan gizi, energinya ia gunakan untuk menghidupi 3 orang dan untuk biaya sekolahnya ia harus pandai mengatur uang.

"Terima kasih monsiuer"

"Hem"

Setelah selesai sarapan Evrard pun gegas pergi ke kantornya.

"Tuan tunggu!" Evrard menghentikan langkahnya dan berbalik

"T-tugasku apa disini?"

"Tugasmu menyambutku pulang dan melayaniku, kau paham?" Lynelle pun mengangguk ragu.

"Good,ayo Pierre"

"Ya tuan"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!