Karena merasa lemas, Lynell fokus menjaga kesehatannya untuk mendapatkan kembali kekuatannya. Sejak saat itu, dia tidak pernah begadang untuk menulis novelnya dan sering pergi ke taman bermain universitas di blok sebelah tempat tinggalnya untuk mencari udara segar.
Lynell adalah seorang wanita dengan kecantikan alami tanpa make up. Dia tidak suka memakai riasan dan biasanya pergi ke taman bermain dengan pakaian sederhana. Namun Tetap saja dia secara tidak sengaja mencuri hati banyak anak laki-laki. Banyak anak laki-laki disana yang tertarik padanya. Banyak dari mereka yang mengodanya dengan cara memukulnya mencoba mengambil perhatian dari Lynell, sementara ada beberapa anak laki-laki yang bahkan mengajaknya kencan. Lynell tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis karena tingkah mereka.
Dia memiliki sepanjang hari untuk dirinya sendiri dan memanfaatkan waktunya dengan mengerjakan novelnya. Dia menulis lebih dari sepuluh ribu kata sehari dan memastikan untuk tidur hanya setelah merevisi dan mengeditnya. Dia menyelesaikan novelnya dalam dua minggu.
Setelah bujukan terus-menerus dari Giras, Lynell mengumpulkan kekuatannya untuk mengirimkan tulisannya ke sebuah majalah. Editor terkesan dengan karya Lynell dan mulai menerbitkan ceritanya setiap dua minggu sekali. Ia juga berjanji akan menerbitkan seluruh buku jika mendapat respon positif dari pembaca.
Lynell sangat bangga pada dirinya sendiri. Dia tidak percaya bahwa Novelnya akan diterbitkan.
Dia menjadi bersemangat menulis dan ingin menulis novel lain. Namun, kesehatannya tampaknya tidak bekerja sama dan dia memutuskan untuk istirahat sebelum mengerjakan buku lain.
Lynell berkomunikasi dengan editor hanya melalui email. Giras telah menangani semua aspek krusialnya. Dia prihatin dengan kontrak tersebut dan menjadi pelanggan tetap majalah tersebut.
Giras tidak ingin Lynell merasa kecewa, jadi dia memberi tahu editor bahwa dia akan menginvestasikan uangnya untuk menerbitkan novel meskipun mereka tidak senang dengan ceritanya. Tapi dia tidak memberi tahu Lynell tentang hal itu.
Untungnya, novel Lynell telah mendapatkan basis penggemar yang luas. Sebagian besar penggemarnya sangat menantikan bukunya diterbitkan dalam bentuk buku dan menanyakannya di platform media sosial. Lynell belum mengungkapkan identitasnya dan mereka penasaran untuk mencari tahu tentang penulisnya.
Editor senang dengan tanggapannya. Lynell bahkan telah menerbitkan beberapa cerita pendek yang sangat populer di kalangan masyarakat.
Kisah-kisah itu merupakan refleksi dari kehidupan Lynell secara pribadi. Isi Novel menggetarkan hati dan banyak orang bisa merasakannya. Beberapa bagian membuat para pembaca menangis dan ada sedikit humor pada cerita yang mengubahnya menjadi bacaan yang baik. Kisah-kisahnya menyentuh topik kekerasan, pelecehan, dan kesehatan mental.
Pembaca mengalami gelombang emosi dan tenggelam dalam cerita. Cerita pendek Lynell bertanggung jawab untuk meningkatkan jumlah pembacanya. Penggemarnya bertambah banyak dan menunggu untuk membaca buku barunya.
Sedangkan hari-hari berikutnya Giras sibuk dengan pekerjaannya dan sudah lama sekali sejak dia bertemu Lynell terakhir kali. Saat Giras masih di perusahaan, dia menerima telepon dari pemimpin redaksi majalah tersebut. Dia menelepon untuk memberi tahu bahwa mereka siap membeli hak cipta novel milik Lynell.
“Saya akan mengirimkan kontraknya kepada anda ketika sudah siap. Anda juga dapat mengajukan permintaan dan negosiasi. Kami akan berdiskusi dan sampai pada kesimpulan,” ucap editor dari sebrang televon.
“Baik, terima kasih atas insformasinya.” ucap Giras dan menutup televonnya.
Hati Giras membengkak karena senang dengan sukacita. Seringai gembira tersungging di bibirnya. Dia tidak bisa menahan kebahagiaannya dan sangat bangga pada Lynell. Giras telah menyaksikan kerja keras Lynell. Dia tahu bahwa Lynell pernah menghabiskan siang dan malam hanya untuk menulis novelnya terlepas dari kesehatannya. Rasa hormatnya pada Lynell tumbuh berlipat ganda di hati Giras.
Lynell telah mengubah pengalaman hidupnya sendiri menjadi sebuah buku Novel. Dia telah mencurahkan isi hatinya, yang membuat buku Novel itu menjadi lebih istimewa.
Giras tahu bahwa Lynell akan merasa berada di awan sembilan jika dia mengetahui bahwa buku Novelnya akan diterbitkan. Dia tidak bisa menahan tawa memikirkan hal itu. Dia dengan cepat mengambil teleponnya dan menghubunginya. Telepon berdering untuk waktu yang lama sebelum terputus.
“kenapa tidak di jawab, Lynell ayo.. Angkat panggilan televonku.”
Dia mencoba mencoba menghubinginya lagi tetapi tidak ada jawaban darinya.
Hal itu membuat Giras berkeringat dingin saat teringat akan kesehatan Lynell. Dia menyesal tidak menjenguknya akhir-akhir ini karna kesibukannya. Dia segera berlari kearah tempat parkir mobilnya, langsung masuk ke dalam mobil dan pergi ke apartemen Lynell.
Jantung Giras berdegup kencang di dadanya. Jalanan saat ini tidak begitu rame dan dia tidak repot-repot mematuhi lampu lalu lintas.
Dia mempercepat mobilnya saat kecemasan seakan membunuhnya. Ia akhirnya menginjak rem saat tiba di kediaman Lynell. Untuk sampai di tempat tinggal Lynell dari kantornya dia membutuhkan setengah jam perjalanan tetapi Giras mencapainya dalam dua puluh menit. Dia tidak pernah kehilangan ketenangannya seperti aaat ini, tetapi panggilan tak terjawab dari Lynell membuatnya gila.
Lynell yang sejak tadi sibuk mandi dia keluar dari kamar mandi dan menyeka rambutnya dengan handuk. Ada ketukan tajam dari arah pintu. Saat Melinda membuka pintu, dia terkejut melihat Giras dalam keadaan terengah-engah. Dia berkeringat deras dan tampak cemas.
"Giras, ada apa denganmu?" tanya Lynell mengerutkan kening.
Dia belum pernah melihatnya seperti ini. Dia dengan cepat menjatuhkan handuk dan berlari kearah dapur menuangkan segelas air untuknya.
Giras masuk kedalam kemudian bersandar ke dinding sambil menutup matanya. Dia sangat terengah-engah dan mencoba mengontrol napas secara teratur. Dia mengkhawatirkan Lynell dan berlari sampai ke lantai lima dimana tempat apartemen Lynell berada.
"Aku meneleponmu, tapi kau tidak menjawab panggilanku. Saya menjadi khawatir,” ucap Giras yang masih terengah-engah.
Mendengar penuturannya, Lynell pun melirik ponselnya dan menggigit bibirnya. Dia merasa bersalah karena tidak menjawab teleponnya.
“Maaf, Giras, aku tadi sedang mandi. Tapi ngomong-ngomong Ada apa.? Mengapa kamu meneleponku.?” tanya Lynell sedikit bingung.
Wajah Giras pun menyeringai bahagia. Dia kemudian berkata, “Penerbit telah memutuskan untuk membeli hak cipta bukumu. Selamat, Lynell.”
Mendengar ucapan Giras, Lynell seketika membeku di tempatnya. Matanya membelalak kaget saat dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Semua kerja kerasnya akhirnya membuahkan hasil.
“Jadi… Jadi mereka akan menerbitkan buku Novelku.?” Lynell bergumam tak percaya.
Melihat ekspresi tak percaya Lynell, membuat Gires terkekeh dan mengacak-acak rambutnya.
Lynell pun menyadari perasaan Giras terhadapnya dan selalu menjaga jarak darinya. Tapi dia terlalu bahagia saat ini untuk peduli tentang hal lain.
"Ya. Sang Editor akan mengirimkan kontrak nanti. Kamu harus membacanya dengan hati-hati lalu pergi ke kantor dan menandatangani kontraknya,” ucap Giras.
Lynell pun seketika bertepuk tangan dengan sangat gembira. Dia tidak ingat pernah sebahagia ini sebelumnya. Matanya berkaca-kaca dengan air mata bahagia.
Giras selalu ada untuknya dan mendukungnya sepanjang waktu. Dia bisa memahami emosi Lynell. Keesokan harinya, Giras menemani Lynell ke kantor untuk menandatangani kontrak.
Editor bertemu Lynell untuk pertama kalinya. Dia merasa bahwa Lynell cantik dengan kecerdasan dan senang bermitra dengannya.
“Oh, ayolah, Lynell. Kami perlu menikmati kemenanganmu. Biarkan saya membuatkan Anda secangkir kopi untuk merayakan kesuksesanmu.” ucap Giras tersenyum lembut. Lynell cekikikan seperti gadis kecil karena matanya tidak lepas dari kertas kontrak.
Hatinya meleleh saat melihat wajah bahagianya. Giras hampir tidak melihat senyumnya dan ingin melindunginya dengan segala cara. Lynell sangat berharga bagi kehidupannya dan dia ingin selalu membuatnya bahagia.
“Giras, kamu sangat mendukung dan semua ini tidak akan mungkin terjadi tanpamu. Jadi hari ini aku akan mentraktirmu.” ucap Lynell.
Lynell dengan hati-hati meletakkan kontrak itu di tasnya dan menyeringai padanya. Ada sebuah mall di depan kantor tersebut dan Lynell memutuskan untuk membawanya ke kedai kopi paling populer di sana.
"Kau tidak berubah sedikit pun." ucap Giras menggelengkan kepalanya dan tersenyum saat melihat Lynell memesan kue black forest dan Latte yang biasa.
Lynell tersenyum dan terus mengaduk kopinya.
Tetapi jauh di lubuk hatinya, dia tahu bahwa dia telah banyak berubah.
Rumah kopi itu sunyi dan melodi piano yang samar memenuhi udara. Lynell mendesah puas saat dia menikmati momen itu. Dia selalu suka pergi ke kedai kopi dan membuat kue. Tapi dia telah meninggalkan semua keinginan dan keinginannya setelah dia menikah dengan Refandra.
Dia seperti mengingat sesuatu yang menarik pada nyala api. Dia ingat dulu Dia ingin memulai hidup baru dengan Refandra tetapi pernikahan perlahan membunuh setiap kebahagiaan, harapan, dan kehidupan dalam dirinya. Dia telah berubah menjadi orang yang mati rasa dan seperti tak bernyawa. Dia bahkan tidak mengenal siapa dirinya lagi.
mencari ambisi dan impian yang hilang untuk mengisi hatinya yang hampa.
“Lynell! Hallo....?"
Giras menjentikkan jarinya, menyela pikiran Lynell. Dia akhirnya sadar kembali dan menyadari bahwa dia berada di kedai kopi bersama Giras.
"oh.! Saya minta maaf. Semua ini agak berlebihan dan saya agak terganggu.” ucap Lynell tersenyum malu-malu.
Giras tahu apa yang dia pikirkan tetapi dia tidak ingin menanyakannya, jadi dia mengangguk dan tersenyum padanya.
Syakila mengalami depresi akhir-akhir ini dan tidak ada berita tentangnya. Dia mengalami sakit kepala yang parah dan memutuskan untuk menikmati secangkir kopi. Ketika dia masuk ke kedai kopi, matanya tertuju pada Lynell yang sedang berbicara dengan gembira dengan Giras. Dia mengabaikan citra publiknya dan berjalan ke arahnya.
“Bukankah ini Nyonya Hardynata.? Ah.. Tentu saja. Apa yang kamu lakukan dengan pria lain di sini? Apakah Urusan rahasia.?” tanya Syakila, menyeringai pada Lynell.
Kacamata hitam besar hampir menutupi seluruh wajahnya dan Lynell tidak bisa mengenalinya sejenak.
"Sungguh pasangan yang tak tahu malu.!" sambungnya.
Suara Syakila menggelegar di kedai kopi dan semua orang menoleh untuk melihatnya. "Nona Syakila, jaga ucapanmu!” geram Lynell.
Dia selalu menjadi wanita yang kuat dan penuh semangat, tetapi semua orang salah mengartikan diamnya karena takut. Lynell telah menanggung siksaan Refandra selama bertahun-tahun tanpa melawan dan orang mengira dia takut padanya.
“Ups. Apakah saya mengatakan sesuatu yang salah? Nyonya Hardynata, Anda adalah wanita yang sudah menikah. Anda tidak bisa berkencan dengan pria sembarangan, ”ejek Syakila.
Dia selalu iri pada Lynell. Dia tidak bisa menerima bahwa Lynell menjalani kehidupan yang lebih baik dari pada dirinya.
“Dia bukan orang sembarangan. Dia temanku dan aku minum kopi dengannya. Ini adalah aktivitas sosial yang normal, tetapi saya yakin semuanya akan tampak salah jika Anda melihat melalui mata kotor Anda. Apalagi saya sudah bercerai dan saya bisa bersama siapa pun yang saya inginkan. Itu bukan urusanmu." balas Lynell
Lynell mengalahkan Syakila, Lynell pun menyilangkan tangan di depan dada dan tersenyum padanya.
Mulut Syakila terbuka karena kaget.
"Bercerai.?"
Kata-kata Lynell memukulnya dengan kekuatan penuh. Dia tidak tahu bahwa Refandra dan Lynell sudah bercerai.
"Aku mengerti sekarang. Tuan Hardynata akan mengetahui bahwa Anda adalah seorang penipu. Mungkin itulah sebabnya dia menceraikanmu.” ucap Syakila terkekeh.
Meskipun Syakila berusaha menekan Lynell dengan caranya yang seperti itu, Lynell tidak kehilangan ketenangannya. Namun dia hanya sedikit kesal. Itu adalah momennya, dan dia merayakan kesuksesannya, tetapi Syakila datang untuk menghancurkannya.
Refandra sedang dalam perjalanan pulang setelah mengunjungi kakeknya yang sakit. Keributan di kedai kopi menarik perhatiannya. Dia menyipitkan matanya saat melihat Syakila dan Lynell yang sedang bertengkar. Dia meminta sopir untuk menghentikan mobilnya.
Napas Refandra tercekat saat melihat Lynell. Dia sudah lama tidak melihatnya dan dia terlihat seperti orang yang berbeda sekarang.
“Bawa Syakila pergi. Jangan biarkan paparazzi mengambil fotonya.” Refandra menginstruksikan kepada pengemudi. Sopir itu mengangguk dan berjalan ke kedai kopi.
Refandra tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Lynell.
Dia tidak bisa tidak bertanya-tanya apakah dia adalah wanita yang sama yang menikahinya demi uangnya. Lynell selalu terlihat sedih dan lemah, tetapi sekarang dia tampak cantik dan energik.
Lynell sedang tidak ingin berbicara dengan Syakila. Dia menggertakkan giginya dan memelototinya. Sopir denga cepat berjalan ke arah Syakila dan berbisik di telinganya, "Nona Syakila, semua orang memperhatikanmu."
Syakila secara naluriah melihat ke sekelilingnya dan melihat bahwa semua orang sedang menatapnya. Wajahnya bingung karena malu.
Dia dengan cepat menyesuaikan kacamatanya dan berbalik untuk pergi.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments