Di mansion Hardynata, mata Refandra tertuju pada dua perjanjian di atas meja. Rahangnya menegang saat pandangannya tertuju pada kata-kata "pergi tanpa apa-apa".
Dia menutup matanya dan jari panjangnya memijat pelipisnya. Refandra sangat yakin bahwa Lynell menikah dengannya hanya karena uang. Tapi dia tidak mengerti mengapa istrinya itu justru ingin menceraikannya sekarang tanpa meminta apapun.
Apakah dia salah memahami niatnya selama ini?
'*Tidak, itu tidak mungkin!*' Pikir Refandra, Dia ingat dengan jelas apa yang telah dilakukan Giras pada hari sebelumnya. Pembangkangan di matanya dan rona merah halus yang merayap di pipi Lynell masih jelas di benaknya.
Brakkkk.!!
Refandra menggebrak meja dengan frustrasi. Lynell telah menemukan rumah baru(laki-laki lain), itulah sebabnya dia meninggalkannya dengan tergesa-gesa.
Ia merasa wanita seperti Lynell tidak akan pernah berubah. Dia seperti lintah yang menempel pada seseorang hanya untuk uang. Memikirkan hal itu membuat kemarahan muncul dari lubuk Hatinya.
Refandra segera mengambil penanya dan menandatangani kedua dokumen itu tanpa ragu.
Saat itu, Liam, kepala pelayan, masuk ke kamarnya. Dia berkeringat deras, dan nafasnya yang terengah-engah.
“Kamu datang pada waktu yang tepat. Kirim dokumen ini ke Lynell,” perintah Jonas.
Liam melirik dokumen itu dan ragu untuk mengambilnya. Refandra membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu tetapi memutuskan untuk tidak melakukannya.
"Apa yang salah? Apakah kamu memiliki sesuatu untuk dikatakan kepadaku.?” tanya Refandra mengerutkan alisnya menatap kepala pelayan dengan bingung.
Kepala pelayan tua itu menatap Refandra dengan mata khawatir. Dia menggigit bibirnya dan menelan ludahnya dengan keras sebelum akhirnya dia memberanikan diri untuk berkata,
“Kami menemukan sepasang piyama di kamar tidur Nyonya Muda. E…eh, di piyamanya itu Ada noda darah di mana-mana.”
Mendengar penuturan Liam kepala pelayan itu, Mata kusam Refandra seketika membelalak kaget.
"Apa maksudmu?" Tanya Refandra dengan cepat.
“Sepertinya darah itu milik Nyonya Muda. Saya telah mengirim orang untuk memeriksa video pengawasan. Dan CCTV telah menunjukkan bahwa Nyonya muda pergi ke rumah sakit pagi-pagi sekali.” ucap Liam dengan perasaan takut.
Lynell adalah seorang wanita mungil. Bagaimana tubuhnya bisa mentolerir begitu banyak kehilangan darah.?
Refandra pun menjadi tertekan dan bertanya-tanya apakah istrinya itu dalam keadaan baik-baik saja.
"Pergi ke rumah sakit.!" Suara Refandra bergema di ruang sunyi itu.
***********
Di Apartemen Lynell telah menunggu kabar dari Refandra, tetapi Refandra justru sampai saat ini masih belum juga menanggapinya. Dia merasa tak berdaya. Tapi jadwalnya padat dan dia tidak punya cukup waktu untuk mengkhawatirkannya.
Meski Lynell tidak terlahir dengan sendok perak, dia masih belum berpengalaman. Dia tidak dapat menemukan pekerjaan yang cocok untuk membayar tagihannya.
Untungnya, dia adalah penulis yang hebat. Keterampilan menulisnya memungkinkan dia untuk mendapatkan sejumlah uang kecil untuk memenuhi kebutuhannya.
Lynell juga sengaja menjauhkan diri dari Giras. Dia tidak ingin memberinya harapan palsu. Selain itu, dia takut merusak reputasinya. Jadi dia selalu menolak bantuan darinya. Tapi Lynell ternyata meremehkan tekad Giras. Dia tidak berhenti mengunjunginya dan dia tidak bisa mengabaikannya.
Ruangan itu sunyi kecuali ketukan keyboard yang berirama saat Lynell menulis draf terakhir. Dia sedang mengerjakan sebuah artikel untuk sebuah majalah dan akhirnya mengirimkannya sebelum tenggat waktu.
“Ah..... Akhirnya selesai juga.” serunya.
Dia meregangkan punggungnya dan menggosok matanya yang terasa lelah. Tepat ketika dia hendak menyandarkan kepalanya di kursi, dia terganggu oleh suara bel pintu yang berdengung memenuhi ruangan.
“ting tong,! ting tong.!”
Lynell tidak mampu membeli rumah di lokasi yang layak. Kini tempat tinggalnya terletak di daerah terpencil dan hanya Giraslah yang tahu bahwa dia pindah ke Apartemen setelah meninggalkan keluarga Hardynata.
Dia mengerang dan berdiri untuk membuka pintu.
"Giras, apakah kamu datang untuk makan malam denganku?" teriak Lynell bercanda dan dia pun segera membuka pintu.
Tapi hatinya melompat ke tenggorokannya ketika dia melihat wajah yang dikenalnya. Refandra bersandar di dinding. Dia datang sendirian dan Lynell menekan keinginan untuk menutup pintu di depan wajahnya.
"Apakah kamu akan membuatku berdiri di sini sepanjang waktu?" tanya Refandra padanya.
Wajahnya melembut saat melihat Lynell yang mengenakan piyama. Rambutnya diikat menjadi sanggul yang berantakan. Tapi perutnya tiba-tiba terasa mulas karena marah saat mendengar nama Giras.
Lynell meliriknya dan masuk ke dalam rumah tanpa repot-repot mengundangnya masuk. Dia mengira Refandra datang untuk memberikan persetujuan cerai dan tidak ingin memulai percakapan dengannya.
Refandra mengikuti Lynell dan mengintip ke sekeliling tempat tinggalnya. Itu adalah tempat yang sangat kecil. Meski rapi, pencahayaan yang redup membuat rumah itu sangat menyedihkan. Refandra bertanya-tanya bagaimana dia bisa tinggal di tempat seperti ini.
Lynell kini bersandar ke dinding dan melipat kedua tangannya di depan dada. Mata dinginnya menatap Refandra. Dia memiliki perasaan yang kuat bahwa Refandra hanya datang untuk mengejeknya.
"Apa yang membawamu ke sini pada hari ini.?" tanya Lynell, memecahkan kesunyian diantara mereka.
Mendengar pertanyaan yang begitu terdengar menyenangkan, Refandra mengerutkan bibirnya dan menyeringai padanya.
“Kami belum resmi bercerai. Ketika Giras memiliki hak untuk mengunjungimu kapan pun dia mau, tidak bisakah saya, yang masih berstatus suamimu, datang mengunjungi untuk menemuimu.?”
Mendengar ucapannya, Lynell pun mengalihkan pandangannya. Dia tidak ingin Refandra mengetahui apa yang dia pikirkan.
"Tuan Hardynata, kamu belum menandatangani surat-suratnya, kan? Saya tidak tahu mengapa sulit bagi Anda untuk menyingkirkan saya.”
Refandra terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulut Lynell. Dia memanggilnya “Tuan Hardynata.”. Jonas tidak bisa tidak bertanya-tanya apakah Lynell merasa jijik bahkan untuk menyebutkan namanya.
Refandra berjalan ke arah Lynell, meletakkan jari di bawah dagunya, dan mengangkat wajahnya. Rahangnya mengeras dan matanya memerah.
“Ya, saya belum menandatanganinya. kamu memulai semua ini dengan menikahi saya; bagaimana saya bisa mengizinkan kamu untuk mengakhirinya.?”
Melinda bergidik mendengar intensitas kata-katanya. Sepertinya dia belum siap untuk melepaskannya. Dia dengan cepat mengubah ekspresinya dan memaksakan senyum.
"Apakah kamu tidak takut menyakiti Hayfa Audris.?" tanya Lynell begitu saja.
Refandra membelai pipinya dengan lembut. Dia merindukan membelai kulitnya yang lembut.
“Aku telah meremehkanmu, Lynell. Kamu memang wanita yang cerdas. Kamu membodohi saya untuk percaya bahwa Kamu telah diintimidasi oleh keluarga Hardynata.”
“Katakan padaku, berapa banyak yang diberikan Kakek untuk menikah denganku.? Berapa Giras membayarmu sekarang.? Kenapa kau begitu ingin meninggalkanku.?” teriak Refandra, mengguncang tubuhnya, hampir seolah-olah dia ingin mengeluarkan jawaban darinya.
Tubuh Lynell yang berteriak kesakitan dia dengan segera menepis tangannya. Dia terjebak di antara kedua lengan Refandra dan tahu bahwa dia tidak bisa lepas darinya. Dia mengangkat dagunya dan menatapnya.
“Giras tidak memberi saya uang dan saya tidak membutuhkannya. Saya hanya sangat senang tinggal bersamanya.” ucapnya dengan sengit.
Refandra menjadi geram dan meraih lengan Lynell dengan sekuat tenaga.
“Aaa....! Lepaskan Sakit.!” Lynell berteriak kesakitan.
Tapi sekali lagi Refandra justru mengabaikan perasaannya dan meletakkan tangannya di tenggorokannya. Dia mengeluarkan cek dari sakunya dan melemparkannya ke wajah Lynell.
“Aku tidak pernah berharap kamu menjadi semurah ini. Aku bertaruh aku bisa membeli seratus gadis lagi sepertimu dengan uang ini.!” ucapnya dengan sinis.
Seketika Wajah Lynell memerah karena marah tetapi tidak ada sedikit pun kelemahan di dalamnya.
"Apa yang telah terjadi? Bukankah Hayfa memperlakukanmu dengan baik? Dia adalah wanita cinta dalam hidupmu, bukan?” Sebelum Lynell bisa melanjutkan mengucapkan sepatah kata pun, Refandra menamparnya.
“PLAKKKK.!!”
Pipinya yang pucat berubah menjadi merah. Lynell merosot jatuh ke tanah dan menutupi pipinya dengan kedua tangannya.
Setelah menamparnya Refandra gemetar karena marah. Matanya melebar saat dia melihat tangannya. Pria itu kemudian mengepalkan tinjunya dan mengalihkan pandangan dari Lynell.
"Kamu tidak pantas menyebutkan namanya, dan menilainya seperti itu." ucap Refandra memperingatkannya.
Refandra terkejut dengan ledakan emosinya yang tiba-tiba. Dia tidak tahu mengapa Lynell bereaksi seperti itu. Dia tidak tahan bahwa Lynell menatapnya dengan jijik. Bukankah seharusnya Lynell menatapnya dengan mata penuh kasih?
Refandra mengambil cek itu, mengeluarkan penanya, dan menambahkan nol lagi setelah nomornya. Dia melirik cek untuk terakhir kalinya dan meletakkannya di sebelah Lynell.
“Jika ternyata kamu masih berhubungan dengan Giras, aku akan membuatnya menyesal bertemu denganmu. Aku bahkan tak segan-segan untuk mengakhiri hidupnya di keluarga Yoganta. Apakah kamu mengerti?" ucap Refandra mengancam Lynell.
Sedangkan Lynell terus menatapnya. Wajah kini Refandra melembut dan dia menatapnya dengan kelembutan.
“Aku datang kesini hanya untuk memberitahu kepadamu perayaan ulang tahun kakek dalam waktu dua hari mendatang. Aku akan menjemputmu dan membawamu ke mansion. Aku hanya bisa berpura-pura tidak ada yang terjadi di antara kita.”
Refandra yang kini menatap wanita kurus dihadapannya itu, merasa bahwa Lynell mungkin tidak akan membuat keributan kali ini. Dia telah menawarinya konsekuensi besar dan dia terikat untuk mematuhinya.
Refandra yakin bahwa Lynelk melakukan semua ini untuk menarik perhatiannya karena Hayfa telah kembali. Dia merasa bahwa Lynell cemburu dan telah mengajukan cerai karena marah. wanita itu mungkin terlalu malu untuk menarik kembali kata-katanya dan sedang mencari alasan untuk kembali padanya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments