"Ana ada keturunan Arab Saudi, karena ana orang muslim. Ana lahir di Arab Saudi karena..."
"Maaf mas, kita lanjut ke peserta selanjutnya ya? Silakan mas disebelah!" Ujar Tari, karena sudah muak dengan penjelasannya.
Selanjutnya, perkenalan dari orang yang berpakaian kantor.
"Selamat siang saudara-saudari yang saya hormati. Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha esa, atas berkat dan rahmatnya..." Ujar pria memakai pakaian kantor yang memiliki gigi emas.
"Maaf mas, mas saya panggil kesini untuk memperkenalkan diri. Bukan untuk pidato. Jadi, silakan peserta terakhir." Ujar Tari. Tari menunjuk ke arah pria yang berdandan seperti waria.
"Hai jeng! Aku ngga mau lama-lama kenalannya, nama aku Jaelani, panggil aja aku Lani. Kalo kamu milih aku, aku bakal ajak kamu ke salon langganan aku! Nanti kita bisa nongki-nongki cantik juga!" Ujar pria waria.
Jihan hanya menatap geli terhadapnya.
Setelah selesai, mereka berenam sudah pulang. Jihan masih terus melamun memikirkan, bagaimana kehidupan selanjutnya. Apakah akan tetap dijodohkan dengan anak teman ayahnya? Jihan tidak sanggup membayangkannya.
"Jihan, maaf ya! Gue kasih calon buat lo yang abal-abal. Gue nemu mereka di internet, tapi anehnya postingan mereka normal semua. Ngga aneh-aneh kayak tadi!" Celoteh Tari.
"Ya kan, bisa aja itu bukan foto mereka Tar! Jaman sekarang kan banyak tuh yang pake foto orang cakep buat dipost di akunnya." Jawab Jihan.
"Iya juga ya? Terus lo mau nya gimana sekarang? Lo tetep nerima perjodohan itu?" Tanya Tari.
"Gue serahin semuanya sama yang di Atas aja Tar!" Ujar Jihan dengan pasrah.
"Tenang Han! Gue bakal bantuin lo sekali lagi buat dapetin cowok tajir!" Ujar Tari dengan semangat.
"Ngga usah tar, udah cukup lo buat kegegeran kayak tadi. Gue udah ikhlas lahir batin buat dijodohin!" Jihan tahu kalau tari pasti akan melakukan hal yang nyeleneh lagi. Makanya, ia hentikan.
"Yaudah deh!" Tari cemberut.
"Pulang yuk! Udah sore ni." Jihan dan Tari segera membereskan barang-barang bawaannya dan segera berdiri dari kursi.
Saat Jihan sedang berjalan menuju keluar cafe, tiba-tiba ada seorang pria yang menabraknya dan minuman yang ia bawa, tumpah ke baju Jihan.
"Astaga! Baju gue basah semua!" Jihan melihat ke arah bajunya yang penuh dengan warna coklat. Jihan saat itu memakai kemeja putih, jadinya sangat terlihat noda bekas minuman itu.
"Maaf mba, saya ngga sengaja. Maaf sekali lagi mba! Saya ada urusan, jadi ngga bisa lama-lama disini." Ujar pria yang memakai pakaian casual itu langsung pergi keluar cafe begitu saja.
"Woi jangan kabur lo, ini baju gue gimana!" Bentak Jihan.
"Gila ya tuh orang, bukannya tanggung jawab!" Tari juga ikutan kesal.
"Apes banget gue hari ini, akhh!" Jihan langsung keluar dari cafe dan masuk ke dalam mobilnya.
"Jihan, buka mobil nya jangan dikunci! Gue kan mau nebeng sama lo! Jihan!" Tari mengetuk kaca mobil Jihan tetapi tidak ada jawaban darinya.
"Jihan! Buka woi!" Tari terus mengetuk keras pintu mobil Jihan, hingga Jihan membukanya.
"Sorry sorry, gue lupa kalo ada lo. Abisnya gue emosi banget, baju gue bau coklat!" Ucap Jihan dengan tersenyum terlihat gigi.
"Iya gapapa, untung lo cantik. Coba kalo buluk! Gue bogem lo!" Ancam Tari.
Jihan mulai melajukan mobilnya menuju rumah Tari terlebih dahulu. Setelah ia menurunkan Tari di depan rumahnya, ia segera pulang ke rumahnya.
Ketika ia sudah sampai di depan rumah. Jihan segera memarkirkan mobilnya di garasi. Setelah itu ia langsung masuk ke dalam rumah. Ketika Jihan sedang berjalan melewati ruang keluarga, terlihat bunda dan ayahnya yang sedang menonton televisi.
"Jihan, kamu kok pulang-pulang langsung nyelonong gitu aja? Ngga ngeliat ada orangtua disini?" Ucap Feri.
"Eh, maaf ayah. Jihan ngga ngeliat." Jihan langsung menghampiri keduanya dan mencium punggung tangan mereka.
"Baju kamu kenapa? Kok kaya kena noda gitu?" Tanya Jena.
"Tadi Jihan ditabrak orang di cafe bunda. Eh minuman coklat yang dia pegang kena baju Jihan. Mana orangnya main pergi aja lagi!" Cerita Jihan sembari menyilangkan kedua tangannya.
"Hahahaha" Feri tertawa geli.
"Ayah kok malah ngetawain Jihan sih!" Kesal Jihan.
"Siapa yang ngetawain kamu? Orang ayah lagi ngetawain yang di TV! Tuh liat deh Bun orang itu lucu banget!" Feri menunjuk ke arah Televisi sembari memberi tahu Jena.
Jihan tidak membalas, ia langsung melangkahkan kakinya menuju kamar dan mengunci pintunya.
"Sebel sebel sebel! Kenapa gue harus ketemu sama cowok kayak gitu! Dasar cowok ngga bertanggung jawab! Gue sumpahin jodoh lo bapaknya galak!" Teriak Jihan sembari mengehentakkan kedua kakinya.
***
Seminggu kemudian, hari perjodohan telah tiba. Jihan yang tengah bersiap-siap untuk menyambut tamu penting. Jihan merasa malas sekali dengan ini semua. Mengapa semua orang justru malah sangat senang dengan hari ini, apalagi ayah Jihan. Yang sedari tadi sibuk memilih baju apa yang cocok untuk acara ini.
"Yang ini bagus ngga Bun?" Feri mencocokkan bajunya di badannya dan memperlihatkan kepada Jena.
"Bagus kok, ayah pake baju apa aja pasti cocok!" Puji Jena.
"Ahh Bunda, bisa aja!" Feri seperti malu-malu meong.
Jihan masuk ke kamar ayah dan bundanya.
"Masyaallah, anak bunda cantik banget!" Puji Jena.
"Jihan udah siap?" Tanya Feri.
"Udah ayah," jawab Jihan dengan muka lesu.
"Semangat dong! Kan mau ketemu calon suami, masa lemes begitu!" Ujar Feri.
Jihan langsung menegakkan tubuhnya dan tersenyum lebar.
"Biar ayah puas!" Batin Jihan.
"Nah gitu dong! Itu baru anak ayah!" Feri merangkul Jihan dan berjalan menuju ruang tamu.
Mereka bertiga tengah duduk di ruang tamu. Jihan dan Jena duduk di sofa panjang, sedangkan feri duduk di sofa single.
"Masih lama ya yah, tamunya?" Tanya Jena.
"Sebentar lagi nyampe katanya Bun," Jawab Feri.
Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu.
Tok...Tok...Tok...
"Itu tamunya datang!" Feri langsung membukakan pintu dengan semangat.
Jihan menarik napasnya dalam-dalam karena gugup.
"Kamu tenang ya sayang? Mereka orang baik kok! Bunda yakin, kamu pasti cocok dengan anaknya!" Jena meyakinkan Jihan.
Jihan hanya mengangguk pelan.
"Silakan masuk Pak Bima, Bu Tiara dan Mas Eric," Feri mengajak mereka semua masuk ke dalam rumah.
"Mari saya antarkan ke ruang tamu." Feri berjalan di depan mereka.
Saat melihat tamu sudah datang, Jena dan Jihan langsung berdiri dari duduknya dan menyambut tamu penting mereka.
"Selamat datang di rumah kami Pak Bima, Mba Tiara, Mas Eric. Silakan duduk." Ujar Jena.
Mereka semua pun langsung duduk.
"Terimakasih mba," Ujar Tiara.
"Gue kayak pernah liat cowok itu? Tapi dimana ya?" Batin Jihan.
"Ahhhh!"
"Lo cowok yang kemaren numpahin minuman ke baju gue kan! Ternyata lo orang yang mau dijodohin sama gue!" Jihan berdiri dan menunjuk Eric dengan lekat.
"Jihan, duduk!" Bisik Jena.
"Ngga bisa Bun! Dia harus tanggung jawab sama Jihan! Dia udah bikin baju Jihan kotor kemarin!" Tegas Jihan.
"Iya gue bakal tanggung jawab! Dengan cara nikahin lo!" Eric angkat bicara.
Sontak mereka semua yang berada disana dibuat terkejut oleh perkataan Eric barusan. Jihan yang sedari tadi menahan emosinya pun, langsung terdiam seribu bahasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments