"Bagaimana kalo kita mulai saja acaranya pak Feri?" Ujar Bima.
"Iya iya, kita mulai sekarang saja acaranya!" Balas Feri.
Setelah acara selesai, keluarga Eric sudah pulang ke rumahnya. Kini tinggal tersisa Feri, Jena dan Jihan saja dirumah itu. Jihan masih merasa protes dengan ayahnya. Masa iya, hari pernikahan mereka akan digelar lusa? Bagaimana mereka semua mempersiapkan itu semua dengan waktu yang sangat singkat?
"Ayah, ayah ngga salah? Masa iya pernikahan Jihan akan digelar lusa? Jihan kan belum fitting baju, kabarin temen-temen, izin ke dosen buat libur? Gimana ayah!" Ujar Jihan dengan nada sedikit kesal.
"Kalau urusan baju, bunda udah mesenin dari jauh-jauh hari pakai ukuran kamu pas lebaran kemarin. Nah, kamu tinggal bilang ke temen kamu besok sekaligus izin ke dosen kamu." Jawab Jena dengan santai.
"Tapi bun...." Lanjut Jihan.
"Udah Jihan! Ngga usah mikirin apa-apa lagi! Semua sudah diatur sama ayah dan pak Bima! Kamu tinggal nikah aja susah amat!" Potong Feri.
Jihan hanya menunduk sembari memikirkan nasibnya lusa. Jihan akan benar-benar menikah dengan pria yang ia benci.
Jihan kembali melangkah ke kamarnya. Ia merebahkan dirinya di kasur empuk miliknya. Tanpa disadari, Jihan meneteskan air matanya perlahan. Ia merasa takut menikah dengan pria yang baru saja ia kenal, tetapi juga ia ingin melakukannya demi ayah dan bundanya.
Rasa kecewa menghantui diri Jihan saat ini, ia benar-benar kecewa dengan ayahnya. Kenapa ayah Feri begitu yakin dengan Eric? Bahkan, pak Bima dan ayah pun belum lama bertemu kembali setelah berpisah bertahun-tahun. Apa yang Jihan harapkan dari Eric? Dari cara ia berbicara tadi saja, dia terlihat sangat menantikan pernikahan ini. Berbanding terbalik dengan Jihan yang merasa frustasi dengan ini semua.
Setelah dibayang-bayangi oleh rasa kecewanya, Jihan kemudian menutup matanya dan tertidur lelap.
\*\*\*
Keesokan harinya, Jihan kuliah seperti biasanya. Ia berangkat pukul 8 pagi, karena ada jadwal kuliah jam 9. Ia mengendarai mobilnya dengan pelan tapi pasti. Suasana hatinya kini kian membaik.
Ketika Jihan sudah tiba di parkiran kampus, ia segera memakirkan mobilnya dan segera keluar dari mobil.
Saat Jihan sudah tiba di kelas. Ia memulai pelajaran seperti biasanya. Ketika istirahat, ia pergi menemui Tari di kantin. Karena saat ini mereka tidak ada mata kuliah yang sama.
"Gimana gimana? Semalem ketemuan lo sama cowok itu lancar?" Tanya Tari dengan penasaran.
"Lo tau ngga sih apa yang bikin gue bete sama acara semalem?" Tanya Jihan balik.
"Gue tau! Pasti karena cowok itu ngga good looking kan? Pasti cowok itu ngga sesuai sama ekspetasi lo! Iya kan?" Tebak Tari.
"Lebih parah daripada itu!" Ujar Jihan.
"Hahh apaan, cerita kek buruan! Gue mau tau!" Desak Tari.
"Cowok yang mau dijodohin sama gue itu orang yang nabrak gue waktu di cafe! Cowok yang nyebelin itu, yang udah numpahin minuman coklat ke baju gue!" Jelas Jihan dengan nada emosi.
"Apaa! Kok bisa!" Respon Tari dengan terkejut.
"Ya mana gue tau! Gue juga kaget banget pas tau dia yang dateng!"
"Tapi dia emang ganteng banget sih Han! Gue baru pertama kali ngeliat tu cowok aja langsung terpesona!" Celoteh Tari.
"Bukan masalah ganteng atau nggaknya Tar! Masalahnya baru awal kita ketemu aja, dia udah ngga mau tanggung jawab! Gimana kedepannya coba!" Ketus Jihan.
"Iya juga sih,"
"Tapi Han! Ngga mungkin kan kalo ayah lo sembarangan milih orang buat dampingin lo seumur hidup? Pasti dia bakal pilihin yang terbaik buat lo!" Ujar Tari.
"Bener juga apa yang dibilang Tari. Ayah ngga mungkin asal milih cowok gitu aja. Apalagi gue ini kan anak satu-satunya." Batin Jihan.
"Ah udah lah Tar, ngga usah mikirin ini lagi! Pusing gue!" Ucap Jihan sembari memegang kening kepalanya yang terasa pening.
"Besok lo dateng ya? Ke nikahan yang ngga gue harapin ini!" Lanjutnya.
"Lo ngga boleh ngomong begitu Han! Pasti suatu saat nanti lo bakal bahagia nikah sama dia!" Ucap Tari yang menjadi pikiran Jihan.
"Ya...ya engga mungkin lah! Palingan baru sehari aja gue udah minta cerai!" Ucap Jihan sembarangan.
"Heh! Ngga boleh ngomong begitu! Pamali Jihan!" Balas Tari dengan cepat.
Setelah mereka sudah berbincang cukup lama, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Beruntungnya, mereka berdua sudah tidak ada matkul lagi.
\*\*\*
Jihan telah sampai dirumah, saat ia memasuki rumahnya. Banyak sanak saudaranya yang sedang kumpul. Mereka semua sedang berkumpul di ruang tamu dan ada juga yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.
"Eh calon pengantinnya udah pulang!" Ujar Lina, Tante Jihan.
"Iya Tante, assalamualaikum!" Ujar Jihan.
"Waalaikumsalam calon pengantin! Sini Han Tante mau kasih wejangan ke kamu!" Lina melambaikan tangannya kepada Jihan.
Kini Jihan sudah duduk di sofa dekat Lina. Dan ada saudara yang lainnnya juga. Jihan tersenyum ke arah mereka.
"Yang pertama, kamu harus hormat sama suami kamu. Soalnya, surganya Jihan mulai besok itu ada di suami bukan di bunda lagi. Tapi bukan berarti kamu udah nggak usah hormat lagi sama bunda! Kamu harus tetep hormat. Yang kedua, komunikasi itu hal terpenting dalam berumah tangga. Kalo di kedua belah pihak ada kesalahpahaman, nah itu harus dikomunikasiin. Jangan malah diem-dieman berhari-hari, kayak masih bocah aja. Yang terakhir, kalo diajak begituan ngga boleh nolak! Nanti malah kamu yang dosa." Jelas Lina.
Jihan seketika mematung dengan penjelasan terakhir Tante Lina. Ia bahkan belum siap melakukan itu.
"Jihan, kenapa bengong?" Tanya Lina.
"Ng..ngga kenapa-napa kok tante."
"Kalo gitu Jihan ke kamar dulu ya Tante, mau istirahat!" Pamit Jihan sembari berdiri dari sofa.
"Iya, istirahat deh. Biar besok fresh" Ujar Lina.
Jihan segera berjalan cepat menuju kamarnya. Ia masih memikirkan perkataan terakhir Lani tadi. Ia berusaha menghilangkan pikiran buruknya dan langsung bergegas ke Walk In Closet untuk berganti pakaian. Setelah berganti pakaian, Jihan langsung segera tidur di kasurnya.
\*\*\*
Keesokan harinya, acara pernikahan Jihan akan segera dimulai. Saat ini, Jihan sedang di make up oleh MUA. Ia terlihat sangat cantik dengan polesan make up natural but elegan. Karena acara pernikahan ini hanya dihadiri oleh keluarga inti saja dan sahabat terdekat Jihan. Jadi, acaranya di dalam rumah.
Jihan memakai gaun mewah berwarna putih. Ia tampak seperti seorang ratu saat ini. Saat acara sudah dimulai, Jihan tampak gugup. Entah mengapa Jihan gugup, padahal ia tidak menginginkan pernikahan ini.
Saat ia sudah dipanggil bundanya untuk segera keluar. Ia menjadi pusat perhatian semua orang saat itu, termasuk Eric. Semuanya tampak terpesona dengan kecantikan Jihan.
Ayah Feri sudah memegang tangan Eric. Saat ia mulai melantunkan ijab dan dilanjut qobul oleh Eric dengan sangat lantang. Suara Eric menggema ke seluruh ruangan pada saat itu. Jena yang mendengar itu langsung menangis haru. Karena putrinya sudah sah menikah.
Setelah akad nikah sudah selesai, Jihan langsung memeluk ayah dan bundanya sambil menangis.
"Selamat ya sayang, kamu harus dengerin apa kata Eric mulai sekarang!" Ucapan dan pesan Jena.
"Iya bunda."
"Jangan lupa kasih ayah cucu!" Ujar Feri.
"Ish ayah apaan si, baru juga nikah!" Air mata Jihan langsung naik kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Teteh Lia
semangat Kaka... 💪 mampir jg ke "love story in SMA " yu....
2023-09-03
2