Sebenarnya jarak dari pink beach yang kemarin mereka kunjungi ke pulau komodo tak terlalu jauh. Tapi karena waktu yang terlalu mepet dan sudah terlalu sore, membuat mereka memutuskan akan mengunjungi pulau komodo di hari kedua.
Kalau mereka berangkat kemarin sore, mereka tidak akan dapat menikmati kunjungan mereka karena dikejar waktu. Jadi mereka memutuskan kembali di keesokan harinya walau harus mengeluarkan biaya yang double.
Toh yang membiayai kan pak menteri tersayang. Hahaha...walaupun bolak-balik sepuluh kali, uang mereka akan tetap aman, damai, tentram.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih dua jam lamanya. Akhirnya mereka sudah sampai di pulau komodo.
Hari ini Para gadis tidak menjadi kembar lagi. Denada memakai crop hoodie dan hotpants andalannya. Sementara Velia memakai tanktop dibalut Sweater baby pink dan celana jins. Shanum memakai crop top adidas dan celana jins.
Mereka bertiga sama-sama memakai topi dihari ini. Kali ini, orang tua Dena memutuskan pergi kencan berdua dan membiarkan para anak muda pergi sendiri.
Saat di pulau komodo itu mereka berkeliling dengan ditemani oleh bapak pemandu wisata disana. Sambil berjalan keliling, beliau akan menjelaskan tentang komodo tersebut kepada mereka.
Hari ini Shanum mendapat tugas memegang kamera untuk kebutuhan vlog mereka.
"Uwahh itu komodonya, gilaak gede banget." seru Dena.
"Lo belom kesini Den?" tanya Shanum.
"It's my first time." jawabnya.
Para kumpulan laki-laki berpisah dari kumpulan para gadis. Apalagi dengan datangnya Ardha kesana membuat pengelola tempat menemani si bapak menteri berkeliling sendiri.
"Itu hidup ga pak?kok dia diem aja?" tanya Velia saat melihat satu ekor komodo yang tampak diam saja.
"Ngarang aja lo Vel." jawab Dena.
"Dia memang kelihatannya saja malas, suka tidur, jalannya juga pelan. Tapi kalau sudah lari cepet banget. Kecepatan larinya lima belas sampai dua puluh kilometer per jam." jelas si bapak pemandu.
"Wihh bisa gitu yaa?" kata Shanum kagum.
"Jadi dia cuma akting aja gitu pak?" tanya Dena lagi, dan diiyakan oleh bapak pemandu.
"Terus kalo misalkan kita dikejar mesti ngapain pak biar selamat?" tanya Velia.
"Ada dua cara buat menghindar, yang pertama manjat pohon, atau yang kedua lari tapi zig-zag."
"Ohh dia pasti bingung tuh kalo kita belok-belok." tambah Shanum.
"Tuh Num, dia tuh diem pura-pura doang, kalo udah deket lo bakal di hap." kata velia. Shanum bingung.
"Sama noh kaya bang Dewa, dia diem-diem suka lo, ntar kalo lo udah suka dia balik lo bakal langsung diajak kawin ama dia." terang Dena.
"Gajelas banget sih lo berdua. Orang lagi bahas komodo juga." Shanum menghindar. Velia dan Dena hanya terbahak karna sudah membuat Shanum kesal.
"Nah, kalo yang itu masih kecil. Umurnya tujuh atau delapan bulanan. Dia tinggal diatas pohon untuk menghindari komodo dewasa." tunjuk bapak pemandu pada komodo kecil didepan mereka.
"Kalo itu dia makan apa pak?"
"Kalau masih kecil dia makan serangga atau ular, kalau sudah dewasa dia bisa makan babi hutan, banteng, rusa." terang bapak pemandu tersebut.
"Mereka ini bisa seberapa besar sih pak?" tanya Shanum. "Kalau sudah dewasa bisa mencapai tiga meter panjangnya."
"Wahh gilak sih, trus mereka bisa hidup sampe berapa taun pak?" lanjut Dena. "Mereka bisa hidup empat puluh sampai enam puluh tahun."
"Kayak manusia yaa kalo gitu,"
Mereka lanjut berkeliling, "Nah ini sarang komodo."
"Ini sarang satu komodo aja atau banyak pak?" tanya Dena.
"Ini satu komodo aja, komodo itu punya tiga tipe sarang. Yang pertama sarang gundukan, biasanya buat komodo betina menyimpan telur. Mereka akan menggali banyak lubang untuk mengecoh komodo lain yang mau makan telurnya. Yang kedua ada sarang bukit, itu buat mereka tidur. Yang ketiga ada sarang tanah, itu buat mereka kawin." jelas bapak pemandu itu.
"Nah loh kayak Shanum yang mau kawin ama pak menteri." Canda Velia.
Shanum hanya mengacuhkannya tak berniat membalas. Semakin dibalas mereka berdua semakin menjadi.
"Katanya komodo ini spesies yang mau punah ya pak?" tanya Shanum mengalihkan topik.
"Iya bener, Sekarang cuma ada sekitar seribu tujuh ratus ekor lebih yang menyebar diseluruh pulau ini."
"Ohh jadi mereka itu bukan cuma dikawasan ini aja yah pak, tapi nyebar diseluruh pulau?" tanya Velia dan diiyakan oleh beliau.
Hari ini mereka mendapat banyak sekali pelajaran penting dan berharga tentang satwa negara kita. Satwa itu cuma ada dinegara ini aja loh. Gaada dinegara lain manapun. Jadi sudah sepantasnya kita menjaga mereka agar tidak punah.
Setelah mengahabiskan waktu keliling pulau komodo. Mereka memutuskan mencari makan siang disekitar sana.
Saat duduk dibawah pohon menunggu Velia yang pergi membeli minum dan Dena yang pergi ke toilet, Shanum terkejut saat Ardha datang duduk disebelahnya.
Menyodorkan es kelapa kearahnya, "Buat aku mas?"
Ardha mengangguk. Shanum pun mengambil es kelapa dari tangan Ardha.
"Capek?" tanya Ardha.
"Heem, tapi seru banget sih mas." Shanum menjawab sambil tersenyum kearah Ardha.
"Makasih banyak ya mas, udah dibayarin liburan kesini. Alhamdulillah uang aku tersimpan nyaman didompet deh." katanya.
Shanum menaruh es kelapa di samping tubuhnya. Lalu dia melepas topi yang dia pakai untuk dijadikan kipas.
Melihat itu, Ardha berdiri menjulang didepan Shanum. Shanum mendongak melihat Ardha. Lalu sesat kemudian Ardha mengusap Keringat didahinya dengan menggunakan lengan kemejanya.
Shanum terdiam, otaknya masih loading. Memproses kiranya apa yang sedang Ardha lakukan padanya saat ini.
"Panas?" tanya Ardha menyadarkannya.
"Mas jangan gitu dong, jantung aku gak kuat mas, ntar kalo aku baper trus pingsan disini gimana?" tanya Shanum polos.
Mendengar kata Shanum, Ardha tersenyum manis.
Mendekatkan bibirnya kearah telingah Shanum. Sementara Shanum menegang kaku melihat Ardha yang mendekat.
"Kalau kamu pingsan disini, kamu pasti bakal langsung jadi makanan komodo." bisik Ardha. Setelah mengucapkan hal itu, Ardha langsung melangkah pergi meninggalkan Shanum.
Sementara Shanum yang ditinggalkan begitu saja, tentu saja merasa kesal. Apa-apaan cowo itu, setelah membuat jantungnya berdebar tak karuan malah langsung meninggalkannya.
Shanum jadi kepikiran kata-kata sahabat laknatnya kemarin. Apa iya Ardha menyukainya. Kalau pun benar Shanum mah terima-terima saja disukai Ardha. Dia tidak akan keberatan, toh siapa yang akan menolak laki-laki tampan dan mapan seperti Ardha.
Hanya saja Shanum tak mau terlalu percaya diri. Sebagai perempuan, dia harus menjaga harga dirinya untuk tidak terlalu mengejar laki-laki.
Kalau Ardha menyukainya, Shanum tidak keberatan dan akan menerimanya. Dia juga akan berusaha untuk menyukai Ardha. Tapi kalau tidak juga Shanum tak masalah. Dia bukan gadis yang punya keinginan muluk.
Cukup mendapat lelaki setia, sabar, pekerja keras untuk menjadi pendamping hidupnya kelak. Tapi kalau mendapat yang seperti Ardha, pastinya dia akan bersyukur.
Saat malam hari, Shanum duduk dibalkon kamar hotel. Memikirkan Ardha, Shanum mencoba mengingat. Perlakuan Ardha yang seperti apa yang membuat Dena dan Velia menilai bahwa Ardha menyukainya.
Mengantarkannya kekantor, memberinya minum, membelikan roti itu semua sepertinya biasa saja. Shanum tak mengingat ada ucapan atau tatapan atau bahkan perlakuan khusus Ardha padanya.
Kecuali siang ini, saat Ardha menyeka keringat di dahinya. Itu terlalu Sweet untuk dikatakan biasa saja.
Pusing memikirkan hal itu Shanum memilih untuk tidur dan bersiap untuk keliling di liburan hari ketiga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments