Perhatian yang Tersembunyi

Tak terasa sudah berlalu sepuluh hari dari peretemuan mereka di mall waktu lalu. Sudah tiba saatnya mereka akan pergi liburan besok.

Seperti kebiasaan mereka sebelum-sebelumnya. Shanum dan Velia akan menginap di rumah Dena. Karna mereka selalu mengambil jam terbang dini hari supaya waktu mereka untuk explore lebih panjang.

Malam ini, Ardha juga pulang kerumah orangtuanya. Besok mereka akan berangkat kebandara jam setengah satu pagi dan akan terbang ke labuan bajo jam tiga lebih sepuluh menit.

Liburan kali ini yang awalnya hanya Shanum dan Dena berubah menjadi rombongan keluarga. Selain bertambah orangtua dan kakak dena, juga ada Velia dan jangan lupakan asisten tampan juga bodyguard Ardha.

Sebagai seorang menteri, haram hukumnya jika Ardha bepergian sendiri. Jadi liburan kali ini berjumlah lima belas orang. Cukup banyak juga ternyata rombongan mereka.

Saat ini dikamar Dena, Velia berdecak kagum saat mengetahui bahwa Ardha Dewangga, menteri sosial yang saat ini selalu dipuja-puja oleh warganet adalah kakak sahabatnya sendiri.

"Gila, Den kok lo ga bilang sih kalo dia abang lo?"

"Lah ngapain juga gue bilang ke lo."

"Kalo gue jadi lo nih, udah gue pamerin dia di semua sosial media gue. Biar followers gue naik." kata Velia menggebu-gebu.

Shanum hanya mendengar obrolan mereka tak minat. "Ehh num, lo ga pernah minta foto gitu sama dia?" tanya Velia beralih ke shanum.

"Engga, ngapain juga foto sama dia." Velia menatapnya heran. Kenapa dia tampak tak minat saat bertemu seorang menteri apalagi yang ganteng seperti itu. Kalau Dena sih tak heran, pasti sudah bosan melihatnya sedari kecil.

"Gue kan udah kenal sebelum dia jadi menteri, jadi yahh udah biasa aja sih." jawab Shanum.

"Udah lah ngapain sih bahas dia, mending tidur ajalah udah jam setengah sepuluh nih, ntar ga bangun lagi kita." kata Dena.

"Bentaran lagi lahh, gue belum ngantuk nih." kata Shanum dan disetujui oleh Velia.

Setelah membicarakan banyak hal malam itu, mereka akhirnya memilih tidur dijam sebelas malam. Shanum sudah menyiapkan alarm dijam dua belas karena mereka akan berangkat ke bandara jam setengah satu.

Handphone shanum sudah bergetar sebanyak tiga kali. Tapi tak ada satu pun dari mereka bertiga yang bangun. Sampai pintu kamar Dena dibuka oleh tante Diana.

Setelah ditepuk beberapa kali oleh ibunya, Dena akhirnya bangun. Tante Diana pergi dari kamar Dena setelah menyuruh Dena membangunkan Shanum dan Velia yang masih tidur.

"Woyy bangun woyy,"

"Bangun anjing, kebo banget sih lo berdua."

Walaupun Dena sudah menepuk bahkan berteriak ditelinga mereka, tak ada satu pun yang bangun. Bahkan membuka mata saja tidak.

Setelah sepuluh menit berusaha, akhirnya mereka bangun juga. Mereka akhirnya bangun setelah Dena menyimpratkan air kewajah mereka.

Dena dan Velia tampak segar dan bisa membuka matanya setelah cuci muka. Sementara Shanum bahkan hampir tak bisa menahan matanya untuk tertidur lagi setelah mencuci muka.

Setelah sampai dibandara, Shanum berjalan sambil menyenderkan kepalanya ke bahu Velia. Masih tetap dengan mata yang terpejam. Entah siapa yang tak mau tidur kemarin malam, sekarang malah yang paling tak bisa membuka matanya.

Saat akan chek in, Velia tiba-tiba berseru, "Aduh!handphone gue ketinggalan di mobil njir, gimana dong?" paniknya.

"Yaudah ambil cepetan setan, ngapain lo teriak disini." jawab Dena. Velia langsung lari kencang kearah pintu masuk.

Shanum yang masih menutup mata terkejut saat sandarannya hilang. Tiba-tiba Ardha menahan kepala Shanum dengan tangan kirinya. Mengarahkan kepala Shanum untuk menyandar kebahunya.

Shanum yang tak sadar malah melanjutkan tidurnya lagi. Saat menunggu Velia kembali, orangtua Dena masuk lebih dulu ke ruang tunggu.

Saat Velia kembali dengan berlari kencang. "Udahkan, awas aja abis ini ada yang ketinggalan lagi, gue tinggalin lo!" kata Dena.

Mereka melanjutkan check in yang tertunda tadi dan masuk keruang tunggu. Dena dan Velia duduk bersebelahan. Sementara Shanum masih tetap bersama Ardha.

"Abang lo suka sama Shanum Den?" bisik Velia kepada Denada.

"Tau tuh, gue perhatiin care banget ke shanum, tapi rada cuek gitu kalo didepan shanum."

"Gengsi kali abang lo mau ngomong suka."

Dena dan Velia terus menatap Shanum dan Ardha.

Petugas bandara sudah mengumumkan untuk para penumpang bersiap memasuki pesawat dalam sepuluh menit.

Shanum yang masih menutup mata, tiba-tiba terbangun dan langsung berdiri. Ardha yang terkejut juga langsung menahan tangannya. "mau kemana kamu?"

"Roti." Shanum menjawab dengan mata yang setengah terbuka. Sepertinya dia belum sadar sepenuhnya.

"Ehh Shanum cantik, kita abis ini udah mau masuk pesawat, kenapa ga dari tadi lo bangun kalo pengen beli roti, haa?!" Dena menahan amarahnya. Dena selalu tak suka seperti ini. Saat waktu sudah mepet, dia malah mau membeli roti.

Tadi sudah hp velia yang tertinggal, sekarang shanum yang mau beli roti. Setelah ini apalagi?. Dena menghela nafas.

Shanum hanya cemberut, "Gue kan laper Denaaa..."

"Udah Dena, gapapa masih ada delapan menit lagi kok." kata Diana.

"Udah lah lo gausah sok melas gitu, bang! lo anterin dia beli. Ntar dia bisa-bisa ilang kalo beli sendiri." kata Dena mengalah.

Akhirnya Shanum ditemani oleh Ardha membeli roti kopi yang berisi butter didalamnya. Mereka membeli banyak untuk semua orang.

Setelah kembali, mereka bersiap-siap untuk masuk kedalam pesawat. "Bentar-bentar papi mau ke toilet dulu deh, udah gakuat." Fero, papi Dena langsung berlari kearah toilet.

"Haishh kan nanti di pesawat juga bisa. Lagian kenapa ga dari tadi sih."

"Lo semua awas yaa abis ini ada yang ke toilet atau apapun. Gue potong kelamin lo semua biar ga bisa ke toilet sekalian." kesal Dena menunjuk semua bodyguard Ardha.

Mereka semua diam, tak berani bersuara. Setelah Fero kembali, Dena langsung berjalan mendahului semua orang.

Dipesawat Dena duduk didekat jendela, Shanum berada ditengah, dan sebelahnya ada Velia. Mereka melanjutkan tidur dipesawat.

Setelah memakan waktu tiga jam dipesawat. Mereka akhirnya mendarat dengan selamat di Komodo airport jam enam lebih sepuluh menit pagi.

"Faresa, nih milktea mu." Ardha menyerahkan hot milktea yang dia beli untuk shanum. Sementara yang lainnya diberikan oleh bodyguardnya.

"Thanks mas."

Untuk informasi, liburan kali ini semua biayanga ditanggung oleh bapak menteri. Katanya karna keluarga dan bawahannya sudah mendukung dan membantunya selama ini. Hanya saja ketambahan Velia dan Shanum yang menumpang.

Shanum sih senang-senang saja. Lumayan kan uang nya gaakan keluar banyak untuk liburan ini. Hati senang dompet pun aman.

"Gila, carenya ga ketauan dia." bisik Velia kepada Dena yang melihat Ardha memberikan minuman kepada Shanum.

"Pagi-pagi udah bikin orang iri aja mereka."

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

ooouuuu bapak menteri

2023-09-10

0

Lina Aulia Hikmah

Lina Aulia Hikmah

iiii jahat banget wkwkwk 😁😂

2023-09-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!