Keesokan paginya, saat Suci hendak pamit ke sekolah, Mama Ayu memberikan sebuah bekal untuk Suci dan juga Rangga. Mama Ayu berharap jika Suci memberikannya ke pada Tanggal. Dan, mau tidak mau Suci pun menyanggupinya.
Di dalam mobil, Suci terus memandangi kotak bekal untuk Rangga yang ada di tangannya. Sambil berpikir bagaimana caranya agar Rangga mau menerimanya. Kalau di ingat-ingat kejadian semalam, sudah pasti Rangga akan menolak pemberiannya.
Setelah sampai di sekolah, Suci berjalan masuk ke gerbang sekolah. Ia melihat-lihat sekelilingnya mencari sosok Rangga. Sebenarnya Suci rada takut untuk berhadapan dengan Rangga. Tapi, Mama Ayu sudah mempercayakan bekal itu padanya. Tidak mungkin dia harus berbohong pada Mama Ayu.
Lalu, Suci pun melihat Rangga yang tengah duduk di bangku taman bersama teman-temannya. Jantung Suci terasa melemah. Tubuhnya pun gemetaran karena harus berhadapan dengan mereka semua. Tapi, Suci tidak ada pilihan lain.
“Ayo Suci! Demi Mama!”, gumamnya menguatkan hatinya sendiri.
Suci pun berjalan ke arah Rangga dan sampailah ia di hadapan Rangga. Lalu, ia langsung menyodorkan kotak bekal pada Rangga. Rangga melihat kotak bekal itu di hadapannya, lalu ia melihat orang yang tengah memberikannya.
Kini wajah Rangga pun telah berubah menjadi sangar. Rasa bencinya seketika tumbuh begitu saja hanya dengan melihat wajah Suci. Suci hanya bisa menunduk ketakutan melihat ekspresi Rangga.
“I..ini, untuk kakak..”, ucap Suci terbata-bata.
Ia ingin melanjutkan ucapannya bahwa itu adalah pemberian Mama. Tapi, Suci langsung teringat jika ia harus merahasiakan statusnya sebagai keluarga.
Kemudian, Rangga mengambil kotak bekal itu. Yang ternyata isinya roti isi dan nugget. Rangga pun berdiri dan langsung menghujani Suci dengan makanan itu. Lalu mencampakkan tempatnya begitu saja.
“Eh, ingat ya! Ini terakhir kalinya kamu ngasih kayak gini sama aku! Apapun alasannya! Kalau nggak kamu akan tau akibatnya!”, ucap Rangga yang marah pada Suci.
Kemudian, Rangga pun berlalu dari tempat itu. Tapi, sebelum pergi ia menyempatkan menoyor kepala Suci, sangking geramnya.
Suci masih terdiam di tempatnya. Antara malu dan juga sedih harus di perlakukan seperti itu. Kenapa Rangga tidak bisa menolak baik-baik saja?
“Eh! Kamu suka ya sama Rangga?”, ucap Alexa yang tiba-tiba muncul dengan mendorong pundak Suci.
“Enggak kak. Enggak kok..”, jawab Suci ketakutan.
“Halah! Kalau nggak karena suka, nggak mungkin sampai ngasih-ngasih bekal segala! Eh, dengar ya. Tipe Rangga itu, tinggi banget. Nggak kayak kamu yang bloon! Udah tau semalam di kerjai Rangga, masih aja ngedekitin Rangga. Pikir dong!”, jelas Alexa yang juga kesal pada Suci.
Kemudian, Alexa pun pegi dengan senyum mengejek untuk Suci. Suci terlihat seperti wanita murahan yang mengemis cinta pria tampan dan terkenal di sekolah itu.
Kemudian, dengan langkah gontai Suci masuk ke dalam ruang kelasnya. Namun, penderitaannya belum selesai. Saat baru satu langkah saja ke dalam kelas. Ia sudah di teriaki oleh teman sekelasnya.
“Ck.. Ck, murid baru suka sama kakak kelas tuh!”, ejek Siska dengan lantangnya. “Eh, di tolak mentah-mentah! Hahaha”.
“Hu...”, semua temannya menyoraki Suci.
Apa tidak ingin nangis coba di gituin. Suci menahan rasa perihnya dan malunya. Ia langsung duduk di bangkunya. Ia terdiam sendirian. Sedangkan yang lainnya ricuh dengan tawa mereka.
***
Di saat pulang sekolah, Suci yang tengah berjalan dengan tenang harus melihat Rangga dan teman-temannya di Koridor sekolah yang akan ia lewati. Seakan-akan mereka memang sengaja menunggunya. Tidak ada pilihan lain lagi, memang inilah jalan satu-satunya menuju gerbang sekolah.
Dan, benar saja. Rangga sengaja memajukan kakinya saat Suci mau melewatinya. Sehingga kaki Suci tersandung oleh kaki Rangga. Suci langsung tersungkur di lantai. Lalu, orang-orang yang berada di sana langsung menertawakannya.
Suci berusaha untuk tetap tenang walau ia ingin sekali menangis. Perlahan ia berdiri dan membersihkan pakaiannya yang kotor. Suci pun langsung ingin pergi agar cepat terhindar dari Rangga. Tapi, dengan cepat Rangga meraih tangan Suci.
“Eh, mau kemana kamu? Tanggung jawab dong, main pergi aja! Tuh, sepatu aku jadi kotor! Cepat bersihkan!”, ucap Rangga marah dan memaksa Suci berjongkok untuk membersihkan sepatunya.
Suci bingung harus membersihkan sepatu itu dengan apa. Rangga terus saja mendesaknya. Dan mau tidak mau, Suci pun membersihkannya dengan ujung roknya. Rangga merasa puas telah mengerjai Suci. Ia terlihat begitu bodoh di mata Rangga.
Tapi, tidak sampai situ saja. Rangga pun punya ide lagi untuk mengerjai Suci. Lalu, ia injak jemari suci yang tadinya sedang membersihkan sepatunya. Ia injak sangat kuat sampai Suci merintih kesakitan
“Au! Sshh! Kak...!”, rintih Suci kesakitan.
Tapi, Rangga berpura-pura tidak tahu. Ia terus mengobrol dengan teman-temannya. Suci sudah memanggil Rangga berkali-kali tapi injakan Rangga semakin kuat. Suci sampai menangis menahankan sakitnya.
“Rangga!”, panggil Rio dari kejauhan.
Rio pun berjalan cepat ke arah Rangga. Rangga dan teman-temannya menatap malas pada Rio yang selalu sok jadi pahlawan kesiangan di karenakan ia seorang ketua OSIS.
“Lepasin dia Ngga! Atau aku akan laporkan kamu ke guru!”, ancam Rio.
“Nih, sudah!”, jawab Rangga sambil mengangkat kakinya.
“Kelewatan kamu Ngga! Kamu sudah mem-bully dia! Kamu bisa kena hukum!”, ucap Rio geram dengan segala tindakan semena-mena Rangga.
“Kenapa sih, kamu itu selalu belain dia? Kamu suka sama dia?”, oceh Rangga meremehkan Rio.
“Mau aku suka atau ngga sama dia, itu bukan urusan kamu! Aku cuma nggak suka dengan cara kamu memperlakukan anak baru seperti itu!”, jawab Rio.
Rio pun segera memegang tangan Suci dan menarik Suci untuk keluar ke gerbang bersama. Suci pun melihat kebelakang dan tentu saja wajah Angga berubah bagai malaikat maut yang ingin melahapnya.
Lalu, sebelum sampai di gerbang, langkah Rio terhenti. Ia pun melepaskan genggamannya.
“Oh iya. Kamu di jemput atau pulang sendiri?” tanya Rio pada Suci.
“Itu kak. Saya sudah di jemput”, jawab Suci menunjuk mobilnya.
“Kalau begitu, hapus air mata kamu. Jangan sampai kamu terlihat menangis. Lagian, kamu juga jadi orang tidak bisa membela diri. Kenapa sih kamu harus nurut aja sama Rangga?”, Rio mengoceh.
“Maaf kak”, jawab Suci sedih.
“Kenapa minta maafnya ke aku Suci?”, jawab Rio geram sambil merapatkan giginya.
“Em, iya kak.. Maaf...”, jawab Suci lagi
Rio pun merasa semakin geram dengan sikap Suci yang terlalu lugu dan sopan itu. Akhirnya Rio hanya bisa menarik napas panjang saja menahan kekesalannya pada Suci. Ia pun mempersilahkan Suci jalan terlebih dahulu untuk masuk ke mobilnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
auliasiamatir
makin penasaran aku, kenapa bisa rangga sebenci itu sama suci
2023-09-09
3
Rini Antika
Semangat terus Up nya 💪💪
2023-07-22
1