Bel pulang sekolah telah berbunyi. Para siswa sangat senang mendengarnya karena bel pulang adalah yang paling ditunggu-tunggu. Mereka berjalan dari koridor dan ada pula yang mengambil jalan pintas melewati lapangan sekolah menuju pintu gerbang. Mereka terlihat asik berjalan sambil mengobrol dengan teman yang lainnya.
Rangga sudah menunggu kedatangan Siska sejak tadi. Siska tahu Rangga dan teman-temannya dari jauh sudah menunggunya. Tapi, Siska tidak menghindarinya. Ia berjalan dengan santainya. Dan benar saja Rangga menghadangnya. Rangga menarik lengannya dan membenturkan tubuh Siska di tembok.
"Kena kau! Berani-beraninya kamu mengadu! Mau jadi pahlawan hah?" ucap Rangga marah.
"Kak Rangga, aku cuma mau bantuin kakak aja kok. Kak Rangga pasti suka kan ngerjain si Suci. Jadi kali ini kakak punya alasan lagi untuk menghukumnya", jawab Siska sambil tersenyum jahat.
"Jadi kamu.. ", Rangga belum selesai bicara.
"Iya kak. Aku juga tidak suka dengan dia. Jadi, terserah kakak mau apakan dia sekarang", potong Siska.
"Terus, dimana dia sekarang?"
"Kayaknya masih di kelas deh kak. Mungkin dia nunggu semua orang pulang buat menghindari kakak", Siska memprovokasi.
Rangga melepaskan Siska lalu, memberikan kode pada kedua teman prianya untuk mengikutinya menemui Suci. Rangga memasang wajah sangarnya.
Brak! Rangga mendobrak pintu kelas yang di tempati Suci. Suci yang lagi melamun menjadi terkejut mendengarnya. Dan jantungnya berdegup kencang ketika melihat Rngga sudah berada di dalam kelasnya.
"Bagus kamu ya. Mau mengelabui ku ha!", ucap Rangga marah.
Suci hanya bisa diam tertunduk. Ia sudah mulai ingin menangis lagi mendengar bentakan dari Rangga. Hatinya begitu terluka jika ada membentaknya apalagi Rangga adalah kakaknya.
"Sini kamu!", teriak Rangga sambil memukul meja.
Dan terjadilah isak tangis dari Suci. Dia begitu takut dengan Rangga. Dari sejak kecil Rangga memang tidak pernah memperlakukan Suci dengan baik.
"Aku nggak butuh tangisan kamu. Ayo cepat kemari!", teriak Rangga lagi.
Dengan langkah gemetar Suci menghadap Rangga. Isak tangisnya membuat Rangga semakin geram pada Suci. Rangga menarik lengan Suci lalu membenturkan tubuh Suci ke tembok. Suci berteriak kesakitan.
"Kamu taukan kesalahan kamu? Aku nggak perlu menjelaskannya lagi. Terimalah hukuman dariku!" ucap Rangga sambil mencengkram pipi Suci.
Rangga mengulurkan tangannya sebelah lagi meminta sesuatu pada Yoga. Kemudian Yoga mengeluarkan sebuah bungkusan yang berisi beberapa kue klepon. Yoga memberikannya pada Rangga.
Dengan senyuman jahatnya ia memasukkan satu kue ke dalam mulut Suci dengan paksa. Tapi, belum lagi Suci sempat mengunyah Rangga sudah memasukan kue itu lagi ke dalam mulut Suci.
Suci sudah merasa ingin muntah. Ia terus menggelengkan kepalanya sambil menangis. Mulutnya sudah terlalu penuh. Tapi, Rangga masih memaksakan kue ketiga untuk masuk ke mulut Suci.
"Ayo makan! Enakkan? Enak dong? Aku udah capek-capek loh beliin ini buat kamu", ucap Rangga dengan senyuman jahatnya.
Suci tidak bisa mengeluarkan suaranya. Karena terhambat oleh kue-kue yang ada di mulutnya. Suci merasa ingin memuntahkan kue itu. Dan, tiba-tiba ada seorang siswa yang masuk ke kelas menghentikan aksi Rangga. Ia adalah Rio ketua OSIS.
"Rangga, apa-apaan kamu!", kata Rio sambil melepaskan tangan Rangga dari pipi Suci.
Suci langsung berlari keluar kelas untuk membuang kue-kue yang ada di mulutnya di pinggir halaman sekolah. Suci merasa lega tapi itu tidak juga menghapus rasa takut dan sedihnya.
"Gila kamu ya, dia perempuan Ngga. Siswi baru....", Rio belum selesai bicara.
"Kamu nggak usah sok jadi pahlawan!", ucap Rangga geram sambil menunjuk-nunjuk dada Rio.
"Eh Rio, nggak usah sok kecakepan! Mentang-mentang kamu ketua OSIS, kamu berani sama kami yang udah senior ini!", sambung Yoga.
"Tau nih si Rio, santai aja napa", sambung Tara juga.
Saat Rio ingin berbicara lagi, Rangga menghentikannya dengan berteriak lalu keluar dari kelas itu. Rangga menggenggam lengan Suci lagi.
"Mulai saat ini, kamu nggak usah ikut campur lagi dengan urusanku! Kamu urus saja masalahmu!", ucap Rangga sambil menunjuk-nunjuk Rio.
Rangga menarik paksa Suci. Suci kewalahan mengikuti langkah Rangga. Rangga membawanya sampai ke parkiran. Lalu Rangga menyuruh Suci masuk ke dalam mobilnya.
Lagi-lagi Rangga mencengkram pipi Suci, "Dengarkan aku baik-baik! Jangan pernah katakan pada siapapun tentang hubungan kita! Aku nggak sudi mengakui mu sebagai adikku!"
"Iya kak", jawab Suci bersedih dengan linangan air matanya.
"Keluar sana!", usir Rngga.
Suci pun keluar dari mobil Rangga. Ia berdiri melihat mobil itu menjauh darinya. Suci menghapus air matanya berjalan menuju pintu gerbang.
Rasanya ingin sekali Suci akrab dengan Rangga layaknya kakak adik. Tapi, keinginan itu mungkin tidak akan pernah terwujud. Walaupun sering dilukai oleh kakaknya, Suci tetap menyayangi Rangga. Ia akan tetap mematuhi perkataan Rangga.
Hati yang terluka itu kian lama akan semakin terbiasa. Yang terpenting bagi Suci ialah ia harus tetap menjadi adik yang baik untuk Rangga. Walaupun Rangga tidak menganggapnya sebagai adik.
Suci menghampiri mobilnya yang dikemudikan oleh supirnya. Ia melepaskan tasnya lalu duduk dan bersandar pada badan bangku. Sambil menghela napas, Suci memejamkan matanya. Mengulang kembali memorinya mengenai kejadian yang di alaminya tadi.
Kenapa sih kak, harus sebenci itu padaku. Jika kakak tidak ingin mengakuiku sebagai adik, setidaknya lihat aku sebagai orang lain yang tidak perlu kakak usik kehidupannya. Aku yakin setelah ini tidak ada lagi ketenangan untukku. Aku harus apa? Bahkan aku takut menghadapi kehidupanku sendiri. Ucap Suci dalam hati.
***
Suci sedang berbaring di kasurnya. Ia menatap sendu langit-langit kamarnya. Rasanya hari ini lelah sekali. Tidak ada teman tempat berbagi dan bahkan sekolahnya kali ini tidak menyenangkan sama sekali. Tapi, bagaimana pun ia harus tetap bertahan.
Tok.. Tok..
Terdengar suara ketukan di pintu kamar Suci. Suci pun segera duduk dan menyuruh orang di balik pintu itu masuk. Yang tak lain adalah Ibunya, Mama Ayu.
Mama Ayu masuk dengan wajah sumringahnya. Ia memeluk bahkan mengecup kening Suci.
“Gimana sekolahnya tadi? Seneng nggak?”, tanya Mama Ayu yang terlihat begitu bahagia.
Oh, andaikan Mama Ayu tahu apa yang terjadi pada Suci hari ini, pasti ia tidak akan mampu tersenyum seperti itu. Suci tidak tega harus membicarakan hari buruknya di hari pertamanya masuk sekolah menengah ke atas.
“Suci senang kok Ma. Semua teman-teman Suci baik-baik semuanya”, jawab Suci dengan melebarkan senyumannya sehingga Mama Ayu tidak curiga padanya.
“Oh iya, kata Pak Ucup tadi lihat kamu bersama Rangga? Beneran kakak kamu sekolah di sana juga?”, tanya Mama Ayu yang terlihat antusias.
Suci tidak bisa mengelak, ia hanya bisa menganggukkan kepalanya saja. Tidak mungkinkan ia mengadu soal Rangga yang mengerjainya habis-habisan? Pasti Mama Ayu akan langsung bersedih. Dan Suci tidak mau melihat mamanya sedih karenanya.
“Terus?”, tanya Mama Ayu yang ingin mendengar cerita lebih dari Suci.
“Terus gimana maksudnya Ma?”, jawab Suci bingung dengan pertanyaan ambigu dari mamanya.
“Ya, terus kamu dan kakak kamu gimana?”, tanya Mama Ayu lagi yang greget banget karena Suci yang tidak paham maksudnya.
“Ya, nggak gimana-gimana Ma. Biasa aja. Mama kan tahu kalau kak Rangga ngga suka sama aku”, jawab Suci yang mengingatkan Mamanya.
“Sabar ya sayang. Mama yakin kok, Rangga pasti sayang sama adiknya yang cantik ini. Semoga dengan ini kalian bisa makin dekat ya. Mama lega deh, karena ada kakak kamu yang bisa jagain kamu waktu di sekolah”, oceh Mama Ayu yang berpikir semuanya baik-baik saja.
Hah.., seandainya Mama Ayu tahu. Jika Suci yang harus menjaga dirinya sendiri dari ulah Rangga.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Semangat suci
2024-01-13
1
Neldes Novber
Semangat thor. Saling suport ya thor😊
2023-10-05
1
auliasiamatir
udah tau kk nya jahat pun, kok malah tenang aneh 🙄
2023-09-09
2