PANDANGAN Luna mulai melebur, jantungnya terasa berhenti dan perasaan bahagia berubah menjadi kehancuran. Dia melihat Daniel dan Megan, mantan sahabatnya sendiri, terperangkap dalam sebuah momen intim yang memilukan.
Segala sesuatu terasa seperti berputar-putar dalam kepalanya saat cahaya matahari dengan terik membiaskan bayangan pengkhianatan melalui sela-sela jendela. Luna merasakan kepercayaannya yang hancur berkeping-keping dan kesedihan seakan meremas jantungnya.
Perlahan-lahan, kesadaran seolah membangun kembali dirinya yang hancur. Dia menyadari bahwa sebenarnya, ia telah melihat dunia dengan cara yang salah. Dunia yang sebelumnya terbungkus dalam kebahagiaan dan kepercayaan tiba-tiba terkuak, membawa gelapnya pengkhianatan dan ketidakadilan.
“Lu-Luna?” Daniel terbata melepaskan kegenggaman tangannya dari wajah Megan.
Luna tersadar dan ia memang harus tetap waras saat mendapati situasi gila seperti ini. “Apa aku menganggu kalian?”
“Luna…” Daniel melangkah mendekat, “a-aku bisa jelaskan ini semua…”
Saat tangan Daniel berusaha menggenggam pergelangan tangan Luna, wanita itu sudah segera menghempaskannya dengan berani. “Ternyata, aku terlalu naif untuk bisa memahami semua hal bodoh di dunia ini! Sudah kesekian kali dan sekarang, kamu mas, benar-benar mengancurkan perasaanku!”
“Enggak, ini nggak seperti yang kamu lihat, Luna. Aku bisa menjelaskannya, dengarkan dulu…”
“Apa lagi, Mas?! Ini sudah tepat, persis seperti yang aku lihat!” Luna kemudian berbalik dan berjalan cepat menghindari kedua orang yang sebelumnya sangat ia percaya itu. Dua orang yang rupanya telah menusuk hati Luna dari berbagai arah.
Luna melihat Aura yang masih menunggu duduk di kejauhan, Luna menahan air matanya dengan sekuat tenaga, setidaknya ia tidak ingin putrinya melihat dirinya yang sedang hancur begini. Dengan cepat Luna mengampiri Aura dan mengajaknya pulang lebih cepat.
“Loh, kamu mau kemana?!” tanya Mama mertua tiba-tiba muncul dan mencegah Luna pergi bersama Aura.
“Mau ijin pulang duluan, Ma. Saya sedang tidak enak badan…”
Mama mertua yang sering dikenal sebagai Mama Rinda ini memicingkan matanya, memandang penuh ketidaksukaan. Luna seharusnya sadar sedari dulu, bahwa seluruh keluarga Daniel memang tidak pernah suka terhadapnya, kecuali Maria, adik Daniel saja.
Luna sebelumnya selalu memandang bahwa dunia baik-baik saja, bahwa semua yang terjadi pasti karena suatu alasan. Ia menganggap bahwa tidak ada orang jahat di dunia ini, namun hari ini, keperihan sudah menjalar diseluruh tubuhnya. Membuat mata Luna terbuka lebar akan sesuatu yang lebih besar tepat di hadapannya. Bahwa, dirinya selama ini sebenarnya tidak baik-baik saja.
“Setidaknya jangan bawa Aura! Kalau kamu mau pulang, pulang aja sendiri!” hentak Mama Rinda masih tidak mau mengalah.
Luna kemudian menoleh ke arah Aura dengan lembut, “sayang, Mama mau pulang dulu yaa… kamu mau tetap disini atau bareng Mama?”
Aura dengan cepat menjawab dengan girang, “mau sama Mama!”
Luna menyeringai ke arah Mama Rinda dan segera menggendong Aura untuk membawanya segera pergi, “saya pamit dulu…”
...***...
“Ma, Papa nggak ikut pulang?” tanya Aura saat supir taxi menghentikan lajunya di depan rumah mewah milik mereka.
“Papa lagi sibuk, sayang…”
Aura hanya mengangguk-angguk, toh Daniel memang sedang sibuk sekarang, pikir Luna.
Luna dan Aura keluar dari mobil dan mendapati beberapa orang berjas hitam di depan rumahnya, beberapa diantaranya membawa intercom dan mengenakan kacamata hitam. Luna yang kebingungan dengan cepat mengampiri salah satu orang diantaranya.
“Maaf, ada apa ya ini?”
Seorang pria paruh baya dengan setelan serba hitam mengamati Luna dari atas hingga bawah, ia lalu menghela napas sebelum menjawab pertanyaan dari Luna. “Apa Anda memiliki hubungan dengan Pak Daniel?”
“Ya, saya istrinya…”
“Istri?”
Luna tidak menjawab lagi dan berharap orang itu segera menjawab pertanyaannya tanpa panjang kali lebar.
“Begini, kami dari kepolisian ingin memeriksa rum—“
“Menggeledah.”
“Ya?” pria itu mengerjap.
“Anda menggeledah rumah kami, saya hanya memberikan saran kata yang lebih tepat!”
Ia kembali menghela napas lagi sebelum menjawab kalimat Luna barusan, “kami sudah memiliki ijin, jadi ini pemeriksaan yang legal!”
“Ada masalah apa memangnya?”
“Anda tidak tahu? Suami Anda sudah terlibat penggelapan dana dari investor!”
“Apa maksudnya?”
“Kebetulan Anda disini, jadi, saya tidak ingin berbaik hati. Anda juga harus ikut diperiksa!”
“Tunggu sebentar!” Luna memandangi putrinya yang masih terlalu polos untuk memahami situasi apa yang sedang terjadi saat ini. “Saya tidak ada hubungannya dengan penggelapan dana atau apalah itu! Dan juga, saya tidak percaya jika ini benar-benar dari kepolisian…” ucap Luna kemudian, ia mengamati orang-orang bersetelan hitam yang menyeramkan itu, daripada orang dari kepolisian mereka lebih terlihat seperti geng mafia yang suka menggeledah rumah orang seenaknya sendiri.
“Mama…” panggil Aura pelan, dari suaranya yang bergetar ia sudah tampak tidak nyaman dengan orang-orang dewasa di sekitarnya ini.
“Yang jelas saya tidak ada hubungan sama sekali dengan masalah ini. Biarkan saya masuk dan mengambil barang kami, saya akan pergi. Dan kalian silahkan geledah saja sesuka hati kalian!”
Pria itu lalu tersenyum licik, mengijinkan Luna untuk masuk dan mengambil beberapa barangnya bersama dengan Aura. “Kamu tunggu disini sebentar ya…” Luna meminta Aura untuk tinggal di kamarnya sebentar, kemudian ia segera melesat pergi ke ruang kerja milik Daniel. Ruangan yang nyaris tidak pernah dijamah oleh Luna. Ia menyalakan saklar lampu dan mendapati ruangan berukuran 5 x 5 meter ini memiliki aroma khas seperti Daniel, yang diam-diam membuat hati Luna kembali hancur ketika mengingat kejadian yang barusan disaksikannya di rumah mertua.
Meskipun Luna tampak tenang di luar, sebenarnya di dalam dirinya tampak rapuh juga, tubuhnya bisa saja bergetar hebat jika ia tidak bisa menahannya, ia hanya ingin terlihat tetap tegar saat bersama dengan putrinya, Aura.
Sebelum orang-orang berpakaian serba hitam itu mengacak-acak rumahnya, Luna sudah sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya suaminya itu lakukan selama ini. Ia lalu membuka satu per satu laci di lemari, membuka beberapa dokumen penting yang berserakan di meja dan memeriksa apa-apa saja yang terasa janggal.
Tanpa sengaja ia menemkan sebuah amplop kecil, yang kemudian Luna buka dan mendapati beberapa lembar foto suaminya, Daniel, yang sangat ia cintai, sedang bermesraan bersama dengan Megan. Luna sangat mengenal tempat ini, ini adalah villa di Bali milik keluarga Daniel. Terdapat tulisan tanggal di belakang lembar tersebut, kemungkinan foto ini diambil sekitar 2 bulan yang lalu. Saat Daniel berkata bahwa dia sangat sibuk dengan pekerjaannya bulan itu dan akan melakukan perjalanan bisnis, tapi rupanya, Luna terlalu bodoh untuk mempercayai semua perkataannya.
Selama ini, mereka masih memiliki hubungan. Seharusnya Luna sadar sedari dulu, bahwa sampai kapanpun, dirinya tidak akan pernah dipandang lebih baik dari Megan oleh suaminya. Sedari dulu, ternyata hanya Megan yang menarik hati Daniel, hanya Megan yang paling cantik dimata Daniel. Sedangkan Luna, memang dari awal bukanlah siapa-siapa.
Dalam keheningan rumah mereka yang kini berubah menjadi tanah penuh duri, Luna bersumpah untuk tidak membiarkan pengkhianatan ini mengalahkannya. Ia sudah terlalu muak dengan segala fakta yang baru saja disadarinya!
...***...
Note : foto yang ditemukan oleh Luna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
User Minor
nyesek nggak sih thor
2023-07-21
0
Davina Malik
Jadi kepo sama masa lalu Luna kenapa gak diterima di keluarga Daniel
2023-07-14
0
Sonoo
Dasar pelakor! Ngeselin banget jadi orang😤
2023-07-06
1