Dalam Pelarian

“APA yang Anda lakukan disana?!” seru seorang pria yang seketika berdiri di ambang pintu, membuat lutut Luna semakin lemas. Ia menahan tangisnya yang berat dan meremas selembar foto yang masih berada di genggamannya.

“Saya hanya ingin mengecek sesuatu, setelah ini kami akan segera pergi…”

“Cepat selesaikan dan pastikan tidak mengambil sedikitpun barang milik suamimu! Aku sudah berbelas kasihan padamu jadi jangan melunjak!”

Luna terdiam dan meletakkan kembali dokumen yang sempat ia acak-acak sebelumnya.

Ia tahu bahwa seharusnya, saat ini, akan lebih masuk akal jika ia menghubungi suaminya dan memberitahu apa yang sedang terjadi di rumah. Tapi waktu yang tidak pernah tepat selalu jadi jawaban, Luna memaksa dirinya untuk tidak peduli. Lagipula, sampai saat ini pun Daniel tidak berusaha menghubungi Luna sama sekali, pria itu masih dengan nyaman di rumah orang tuanya bersama pacar gelapnya. Luna menggertakkan giginya, merasa sangat kesal karena bagaimanapun juga ia adalah seorang perempuan yang ingin diperlakukan dengan layak, tapi Daniel malah diam saja tanpa menunjukkan rasa penyesalan.

“Mah, meleka itu siapa?” tanya Aura segera setelah Luna melangkahkan kaki di kamarnya.

“Oh, tidak apa-apa. Mereka hanya mengecek di rumah kita apakah ada pencuri atau tidak…”

“Penculi?”

Luna mengangguk, “iya, jadi, kita akan menginap di luar dulu ya hari ini, sayang. Nanti kalau pencurinya udah ketangkep kita balik lagi ke rumah…”

“Telus Papa gimana?”

“Papa nanti yang berjaga di rumah, Aura sama Mama dulu, oke?”

Aura mengangguk meskipun tidak mengerti juga. Ia membawa boneka beruang kesayangannya saat Luna menggandengnya untuk pergi meninggalkan rumah. Kini, Luna tidak mau diam saja. Jika memang Daniel tidak peduli lagi padanya, untuk apa Luna harus peduli juga?

...***...

Sudah pukul setengah 7 malam, Luna mengecek layar ponselnya dan masih saja tidak ada pemberitahuan apapun disana. Alih-alih mengharapkan pesan dari Daniel tentang penyesalannya atau permintaan maafnya atau mungkin paling tidak berusaha untuk menjelaskan, tapi nyatanya tidak ada. Bahkan mengabari apakah dia sudah pulang atau belum saja tidak sama sekali. Luna sedikit cemas, atau bahkan Daniel tidak merasa kehilangan dirinya ataupun Aura saat ditinggal begini? Namun perasaan itu justru tergantikan dengan rasa takut, takut tentang apa mungkin terjadi sesuatu padanya, bagaimana jika Daniel pulang ke rumah dan mendapati rumah digeledah seperti tadi siang. Apakah Daniel sedang dalam masalah sekarang? Pikir Luna khawatir, ia menggigiti buku-buku jarinya tanpa sadar.

“Mama?” panggil Aura pelan membuka matanya sayup-sayup.

“Kamu belum tidur?”

“Sudah, tapi telbangun lagi kalena Mama seperti siap-siap mau pelgi. Kemana, Ma?”

Luna sedikit kebingungan dan sadar bahwa dirinya lagi-lagi bersikap bodoh dan masih bisa-bisanya memikirkan suaminya yang bahkan tidak peduli kepadanya. “Mama cuman mau keluar sebentar beli ice cream, kamu mau kan?”

Aura mengangguk senang, meskipun matanya sudah setengah terpejam namun ia tetap senang mendengar kata “ice cream”.

Luna kemudian pergi setelah Aura setuju untuk nanti dibelikan ice cream, hotel disini dan minimarket tidak terlalu jauh, jadi Luna bisa dengan mudah mencarinya nanti.

Langkah kakinya diburu waktu, Luna merentangkan tangannya dan menghentikan salah satu taxi. “Cepat ya, Pak!” pinta Luna menuntun si sopir taxi jalan ke rumahnya.

“Baik, Bu…”

Sesampainya di rumah, benar saja, orang-orang menyeramkan yang sebelumnya berkerumun disini sudah menghilang, namun suasana rumah serasa sangat kosong. Perlahan Luna melangkah masuk, beberapa barang sudah menghilang entah kemana, mungkin disita atau dibawa kabur. Ia berjalan pelan dan mendapati Daniel sedang duduk menundukkan kepala di sofa ruang keluarga. Namun yang membuat Luna tak berani melangkah lagi adalah, ada Megan di sampingnya.

Luna merasa kasihan kepada dirinya sendiri. Kenapa juga ia harus bersembunyi dan seolah-olah justru dia yang salah dalam keadaan ini. Bukan begini kan seharusnya?

“Terus bagaimana, mas?” tanya Megan pelan memegangi pundah Daniel di sampingnya. Luna samar-samar mendengar suara yang semakin lama ia benci itu.

Daniel menggeleng, “aku nggak tau lagi, mereka menyita seluruh asetku, dan Luna tiba-tiba pergi membawa anakku!”

“Dia pasti kembali…” ucap Megan lagi membuat dada Luna terasa sesak. Menyadari bahwa dirinya sangatlah bodoh, bahkan Megan saja bisa menebak bahwa lagi dan lagi Luna pasti akan kembali juga.

“Enggak…” Daniel menggeleng, “kali ini enggak, dia nggak pernah marah karena sebelumnya dia cuman berperasangka. Tapi kali ini kita membuat perasangkanya menjadi nyata. Di depan matanya…”

Megan lalu menghela napas, “dia tau masa lalu kita, wajar dia berperasangka buruk setiap melihat kita bersama kaya gini…”

“Tapi kali ini dia melihat kita berciuman, Gan. Aku yakin dia nggak akan percaya sama aku lagi…”

“Apa maksudmu, mas?!” Megan kemudian meninggikan nada suaranya. “Apa maksudnya kamu menyesal gitu mas, sudah menjalin hubungan ini bersamaku selama ini?!”

“Sayang…” ucap Daniel, tangan Luna bergetar saat mendengar panggilan itu Daniel ucapkan namun bukan ditujukan untuk dirinya. “Udah pasti aku sayang banget sama kamu, tapi kamu taukan aku punya anak…”

“Terus?”

“Aku tetap harus berhubungan dengan istriku, meskipun kamu tahu rahasiaku tentang dia, tapi aku punya anak yang sangat kucintai juga…”

Deg!

Rahasia apa maksud Daniel? Pikiran Luna sudah melayang entah kemana. Apa maksudnya rahasia tentang perselingkuhan mereka? Atau rahasia lainnya?

“Apa kamu akan mencintai anakmu dari Luna aja?”

Daniel mengejap dan tidak tau apa maksud dari Megan, tentu saja ia sangat mencintai Aura, karena dia adalah darah dagingnya sendiri, meskipun dibalik itu masih banyak rahasia yang belum terungkap antara hubungan Daniel dan Luna yang sebenarnya.

“Tentu saja, dia anakku satu-satunya…”

“Kamu yakin mas?”

Daniel terdiam lagi.

Kemudian Megan memegangi tangan Daniel dan membawanya ke atas perutnya, “bagaimana kalau Aura bukan anakmu satu-satunya?” tanyanya tersenyum senang menantikan jawaban dari Daniel.

“A-apa maksudmu, jangan-jangan… apa ada seorang anak dalam perutmu?”

Megan mengangguk antusias, “aku hamil anakmu, mas!”

Daniel tersentak tidak percaya, entah perasaan apa ini, kaget, kesal namun juga senang. Ia kesal karena waktu yang tidak tepat, namun ia juga senang karena ia sudah berhasil membuahi Megan, dan saat ini mengandung anak darah dagingnya sendiri.

Namun disisi lain, Luna diam terpaku, bersembunyi seakan-akan dialah selingkuhannya. Suamiku menghamili wanita lain. Pikiran itu merasuki kepala Luna hingga lututnya lemas tak karuan, ia berusaha untuk menghindar dan pergi agar hatinya tidak lebih hancur lagi.

Braakk!!!

Apadaya Luna malah tidak sengaja memecahkan sebuah pot bunga di belakangnya, ia sudah cukup merasa seperti orang tolol disini, sekarang malah ingin menunjukkan diri dengan keadaan yang menyedihkan begini. Luna merapatkan genggamannya dan berusaha untuk bangkit, namun saat berdiri ia sudah mendapati Megan dan Daniel di hadapannya. Melihat dengan wajah penuh rasa iba…

Terpopuler

Comments

Davina Malik

Davina Malik

Sakit banget gak sih istri sah malah berasa selingkuhan, lanjut ah

2023-07-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!