...****************...
Gea memberontak dalam pelukan Lukas namun tampaknya Lukas tak berniat melepaskan pelukan itu.
"Menjauh lah Lukas! Aku mohon lepaskan aku." ucap Gea terdengar lelah.
Lukas melemah, ia melepaskan pelukan itu namun tidak dengan jarak posisinya.
Tatapan Lukas jatuh pada bibir Istrinya sendiri.
"Kau tinggal dimana?" tanya Lukas melembut.
Gea kembali berusaha menjauhkan tangan Lukas yang memegangi tangan miliknya.
"Ini kantor kerjaku Lukas, jangan mengusikku dan tolong menjauh lah dari sisiku. Jangan membuat masalah untukku." ucap Gea terdengar memohon.
Lukas tersenyum, lagi dan lagi Lukas dengan berani menyentuh wajah Gea. Hal itu membuat Gea semakin risih, bagi Gea Lukas hanya luka masa lalu yang bahkan sulit sekali untuk sembuh.
Tak lama terdengar suara seseorang.
"Gea?" panggil seseorang itu mendekat.
Ada kelegaan kala seseorang itu mendekat, Lukas ikut menoleh membuat Gea bisa melepaskan dirinya dari cengkram Lukas.
"Kevin!!" panggil Gea yang malah berlari ke arah pria itu.
Ya, pria itu teman satu kantor Gea yang kini juga dipindahkan tugas ke Jakarta.
Kevin memberikan tatapan seolah bertanya membuat Gea berucap.
"Aku bisa ikut denganmu? Mobilku sedikit bermasalah." bohong Gea seraya meraih lengan Kevin membawanya menjauh dari Lukas.
Tak ada yang salah, Gea dan Lukas sudah satu tahun yang lalu bercerai jadi mau dekat dengan siapapun maka itu bukan kesalahan.
Lukas yang melihat Gea menaut lengan pria itu membuat nafas Lukas sedikit berhembus kasar dan tangannya terkepal cukup kuat, bagi Lukas hubungan ia dan Gea baik-baik saja.
'Kau tak boleh seperti ini Ge, aku dan kau kita masih Suami Istri!' ucap Lukas membatin.
Lukas melangkah keluar dari parkiran, sebuah mobil dengan merk yang terbilang bagus keluar dari parkiran itu.
Sekilas mata Lukas menangkap ada sosok Gea di dalamnya.
'Kau masih milikku Gea!' batin Lukas seraya menaiki mobil miliknya.
****
Di perusahaan Atma Grup, seorang pria duduk di dalam ruangan kerjanya yang cukup luas.
Ya dia adalah Lukas Atma, pemimpin pergerakan Perusahaan Keluarganya sendiri.
Tatapan dinginnya menatap lurus, ada banyak pikiran di dalam otaknya.
Matanya sesekali terpejam memikirkan apa yang telah terjadi pada dirinya dan Gea saat pertemuannya hari ini dengan Gea.
"Aku tak pernah menandatangani surat perceraian itu, lalu apa Gea tahu kenapa aku tak datang pada sidang perceraian itu? Ah sial, aku hampir gila karena kehilanganmu Ge dan kau malah bersama pria lain. Aku tak akan rela kalau kau dimiliki orang lain, kau hanya milikku dan selamanya akan tetap begitu." ucap Lukas posesif.
Sedangkan di sisi lain.
Gea duduk di sebuah restoran bersama dengan Kevin, pria yang juga tak kalah tampan dan berkulit putih.
"Maaf sebelumnya kalau aku terdengar ikut campur urusanmu, tapi apa kamu ada masalah Ge?" tanya Kevin terdengar hati-hati.
Gea menatap Kevin, ia menggeleng.
"Bukan masalah besar, Vin." ucap Gea seraya mulai memakan makanan di hadapannya itu.
Kevin mengangguk, ia bisa melihat kalau Gea seolah tak ingin membahas masalah barusan.
Helaan nafas Kevin terdengar.
"Kedepannya kalau ada yang mengusikmu katakan saja padaku, aku masih teman satu kantor mu." ucap Kevin terdengar tulus.
Gea mengangguk sambil tersenyum.
Keduanya tampak menikmati makan siang mereka, setelah makan siang berakhir Kevin dan Gea kembali ke kantor mereka bekerja.
"Lain kali biar aku yang traktir." ucap Gea.
"Iya, boleh. Jangan lupa ya." ucap Kevin membuat senyum Gea sedikit terukir.
***
Waktu terus berjalan, hingga sore menampakkan cahaya yang mulai meredup.
Gea menjauh dari mejanya, tujuannya mampir sebentar ke Coffee shop samping kantor. Ia ingin meredakan rasa lelahnya, bertepatan dengan Coffee shop berada di samping kantor.
Senyum ramah Gea terukir pada para Karyawan, tiba-tiba seorang pria menghentikan langkah Gea.
"Gea kan?" tanya pria itu.
"Iya Pak." lirih Gea.
"Bisa ikut saya ke ruangan sebentar?" tanya Pria itu.
Gea tahu siapa pria yang kini bicara dengannya, pria itu senior Gea ditempat ini.
Dia sudah cukup berumur, Gea sangat tahu kalau tatapan pria itu sedikit cabul.
"Aku Helmi, ada sedikit pekerjaan yang ingin aku berikan padamu." ucap Helmi.
Gea menghela nafasnya, belum Gea berucap seseorang menarik tangan Gea. Dia Kevin.
"Sebelumnya maaf Pak Helmi, aku dan Gea sudah mau pulang. Kalaupun memang ada pekerjaan maka bisa dilanjut besok, lagipula ini sudah waktu jam kerja pulang." ucap Kevin.
Helmi hendak berucap namun Kevin segera menarik tangan Gea hingga keluar dari kantor itu.
Gea menatap tangannya yang ditaut oleh Kevin.
"Oh maaf Ge, aku tak berniat begitu. Maaf ya." ucap Kevin salah tingkah.
Gea tersenyum, ia mengangguk.
"Aku malah berterima kasih karena kamu telah menolongku." lirih Gea.
Kevin membalas senyum Gea.
"Kamu udah mau pulang Vin? Kalau belum, apa mau aku traktir minum kopi sebentar?" tawar Gea menunjuk ke Coffee shop di samping kantor.
Kevin terlihat mengangguk.
"Boleh, dengan senang hati." ucap Kevin.
Kini dua orang itu menikmati kopi dan kue.
"Kamu tinggal dimana disini Ge?" tanya Kevin.
Gea menjauhkan gelas yang berada di tangannya.
"Aku tinggal di salah satu Apartemen disini, kalau kamu?" tanya Gea seraya menyuap kentang goreng.
Kevin menatap Gea.
"Aku juga tinggal di Apartemen." ucap Kevin.
Gea hanya mengangguk, setelahnya hanya keheningan saja yang terjadi pada keduanya.
Tiga puluh menit lamanya, Gea melangkah menuju kasir. Ia membayarkan kopi milik Kevin dan dirinya.
Baru saja keduanya keluar dari Coffee shop itu tampak sosok pria dengan setelan jas menatap Gea cukup tajam.
"Gea!" panggilnya datar.
Suaranya terdengar seolah ada kemarahan pada nadanya.
Ia mendekat kearah Gea membuat Kevin menghadang pria itu.
"Sayang" panggil pria yang tak lain adalah Lukas.
Helaan nafas Gea terdengar saat Kevin menoleh menatapnya.
"Vin terima kasih untuk hari ini, kau bisa pulang lebih dulu." ucap Gea tersenyum.
Kevin mengernyitkan dahinya, ia sudah melihat pria yang kini menyebut Gea dengan sebutan 'sayang', tadi pagi juga ia sempat melihatnya.
"Apa kamu mengenalnya Ge?" tanya Kevin.
Gea hanya tersenyum, tangannya ia letakan pada bahu Kevin.
"Sampai ketemu besok Vin." ucap Gea seolah tak ingin Kevin terlibat dalam masalahnya.
"Oke, aku pergi duluan." ucap Kevin yang paham maksud Gea.
Gea tersenyum lagi pada Kevin, terdengar hela nafas Lukas.
Ia mendekati Gea hendak memeluk wanita itu namun Gea menahannya.
"Aku tidak punya urusan lagi denganmu!" ucap Gea dengan tatapan dinginnya.
"Dia siapamu?" tanya Lukas tak memperdulikan ucapan Gea.
Gea muak, ia menjauh dari Lukas namun bukan Lukas kalau dengan mudah melepaskan Gea.
Tampak Lukas menarik Gea cukup kasar menuju mobil miliknya.
"Lukas!" sentak Gea marah.
Lukas melotot.
"Aku ingin menjelaskan sesuatu, kau harus ikut dengan ku!" ucap Lukas.
"Tidak mau! Aku sudah tak punya urusan denganmu Lukas, lepas!" tekan Gea.
Lukas menghela nafasnya, ia membuka pintu mobil lalu memasukan Gea ke dalamnya.
"Ada banyak hal yang harus kita bicarakan!" ucap Lukas.
Gea menggeram marah saat Lukas memasangkan sabuk padanya.
CUP
Lukas menghadiahi kecupan di pipi Gea.
"Diam Ge!" lirih Lukas penuh peringatan.
Setelah memasukan Gea, Lukas tampak menyusul naik ke mobil. Ia segera menjalankan mobilnya.
Sebuah Apartemen mewah menjadi tempat pemberhentian Lukas.
Lukas melemparkan kunci mobilnya pada penjaga Apartemen itu, ia kembali menarik tangan Gea menuju unitnya.
"Lukas apa kau ini gila? Lepaskan aku!" sentak Gea terus berontak.
Lukas geram, ia langsung menggendong Gea ke punggungnya membuat Gea semakin berontak.
BRUK
Lukas meletakkan kasar Gea di atas sofa.
Ia berjongkok mengunci pergerakan Gea, mata Lukas terpejam seolah ia tengah menahan amarahnya.
"Kau selingkuh Ge? Apa dia pria barumu selama satu tahun meninggalkanku?" tanya Lukas.
Gea mencoba mendorong Lukas namun pria itu kini mencengkram kuat tangan Gea.
"Jawab aku Ge!" tekan Lukas.
"Jangan konyol, apapun kehidupanku bukan urusanmu lagi!" bentak Gea.
Lukas terkekeh kecil.
"Kau tak paham ucapanku Ge? Kau masih Istriku sayang, mengertilah! Punya hubungan dengan orang lain artinya kau selingkuh, kau tak paham hm?" tanya Lukas yang mulai melemahkan cengkeramannya di tangan Gea.
Lukas membelai pelan wajah Gea yang hampir menangis itu.
"Aku tak pernah menandatangani surat perceraian itu, asal kau tahu Ge saat aku terbangun kau sudah menghilang. Aku kecelakaan saat itu, lalu bagaimana caranya aku menandatangani surat itu hm?" tanya Lukas.
Gea lelah, ia muak dengan segala ucapan Lukas. Kalaupun dimasa lalu bukan Lukas yang menandatangani, tapi cap jari Lukas ada disana meresmikan perceraian mereka.
Apapun alasannya, Gea sudah rela atas perceraian itu, ia sama sekali tak pernah menyesal sekalipun.
"Lukas, aku lelah sekali. Aku mohon sangat kepadamu agar kau bisa mengerti aku. Kita sudah berakhir, aku dan kau…"
Lukas tiba-tiba menyatukan bibirnya dengan Gea, ia memulai mencium Gea saat Gea mulai berontak. Semakin Gea menolak maka semakin gencar pula Lukas ******* bibir wanita di hadapannya itu.
Lukas mendorong kasar tubuh Gea ke sofa, ia benar-benar merindukan Gea tapi Gea terus saja menolaknya.
Hingga tangis isakan Gea terdengar saat Lukas mulai melucuti kancing kemeja Gea.
Lukas menyerah, ia paling tak sanggup mendengar tangis milik Gea.
"Jangan menangis, aku tak berniat menyakitimu." lirih Lukas mengusap air mata milik Gea.
Gea terisak dalam posisi Lukas menindih tubuhnya.
Lukas menahan diri, ia bangkit seraya membantu Gea duduk.
"Maaf Ge, aku minta maaf. Apa aku melukaimu, katakan padaku dimana yang sakit?" tanya Lukas cemas saat Gea semakin terisak.
Gea menatap wajah Lukas yang sangat dekat sekali dengannya.
"Kau sudah berhasil melukaiku dan sekarang kau membantu luka itu kembali terbuka, iya kau memang luka terbesar untukku. Aku lelah sekali Luk, aku muak!" ucap Gea menyampaikan isi perasaannya.
Lukas menarik tubuh Gea masuk ke dalam pelukannya.
"Iya, aku paham. Istirahatlah Ge, kau tidur saja nanti aku bangunkan setelah makan malam." bisik Lukas.
Gea mendorong tubuh Lukas namun pelukan Lukas terlalu kuat untuknya membuat Gea hanya bisa pasrah.
Merasakan Gea melemah membuat Lukas langsung menggendong tubuh wanitanya itu, ia membawa Gea menuju ke arah kamar miliknya.
"Istirahatlah Ge, aku akan memasak untukmu nanti." ucap Lukas membelai wajah Gea.
Saat Lukas hendak pergi Gea menahan pergerakannya.
"Aku mau pulang Luk." ucap Gea.
Lukas menggeleng.
"Sekarang ini tempat kita sayang, atau kau mau kita kembali pulang ke rumah?" tawar Lukas menatap Gea sambil tersenyum.
Helaan nafas Gea terdengar.
"Kau memang gila Luk." ucap Gea.
Lukas tersenyum seolah ucapan Gea adalah pujian untuknya.
Ia memeluk Gea lagi.
"Kedepannya juga kita akan terus tinggal bersama, jadi berhenti menolak keberadaan ku." lirih Lukas.
Gea bisa mencium wangi tubuh milik mantan Suaminya itu.
"Menjauh lah Luk, aku lelah." ucap Gea.
Lukas tersenyum, ia melepaskan pelukan itu seraya merapikan rambut Gea.
"Iya, aku akan mandi dan kau beristirahatlah. Jangan berpikir bisa kabur sayang, didepan sana ada beberapa penjaga. Sulit untukmu bisa lari dariku." lirih Lukas dengan wajah tenangnya.
Gea tak menggubris ucapan Lukas, ia sudah lelah sekali. Gea memilih duduk di atas ranjang milik Lukas membuat senyum Lukas terukir.
Pria itu berjalan pergi menuju kamar mandi meninggalkan Gea yang kini merebahkan dirinya di atas ranjang miliknya.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Pembaca Setia
sebenarnya apa yg terjadi ya trus siapa yg menandatangani surat perceraian Lukas dan Gea ??
2023-07-21
0
PES 2018
semangat thor
2023-07-10
0