4. Berubah

Setelah kejadian di kantin yang membuat heboh itu, beberapa hari setelahnya, para murid beasiswa mulai melawan perilaku bullying dan berusaha untuk terus membuat kemajuan dalam belajar, agar mereka bisa menampar orang-orang yang hanya berbicara dengan uang itu.

Walau ada beberapa orang yang masih takut, tapi semakin hari, tingkat bullying menjadi berkurang, dan sebagai gantinya, orang yang membuat situasi seperti ini yang menjadi sasaran bully para murid yang merasa jika mereka superior.

seperti hari ini, Emeline tengah menahan diri agar tidak mencabik-cabik wajah gadis menyebalkan yang beberapa hari ini terus menggaggunya setelah kejadian di kantin waktu itu, buka hanya gadis di hadapannya ini, tapi hampir semua pembully yang suka membully murid beasiswa beralih membullynya saat mereka kehilangan mainan mereka.

Kemarin-kemarin ia menahan diri atas gangguan dari mereka, tapi sepertinya sekarang ia tidak bisa melakukan itu, karena sekarang mereka melakukan gangguan menggunakan makanan.

Ya, makanan. Makanan favoritnya, mie ayam dan bakso. Seprtinya aku harus menegaskan jika Emeline yang sekarang sangat tergila-gila dengan bakso dan mie ayam, kenapa? Karena itu adalah makanan favoritnya di kehidupan sebelumnya.

Dan lagi, ia tidak bisa mentoleri siapapun yang bermain-main dengan makanan, saat banyak orang di luar sana menderita karena kelaparan.

"Liat tuh, pantes banget buat gembel kayak lo." Seseorang berbicara, dia adalah orang yang menumpahkan bakso yang belum Emeline makan sesuap pun.

"Sialan..." Umpat gadis itu dengan nada rendah.

"Lo ngomong apa?! Lo ngumpat sama gue? Berani lo?!" Siswi yang mengganggunya kali ini adalah kakak kelasnya.

Emeline menaikkan wajahnya dan menatap nyalang pada kakak kelas di hapannya yang bernama Sindi, ia tidak peduli siapa orang tanya atau dari kalangan mana dia berasal, yang Emeline tahu, dia akan habis hari ini di tangannya.

"Iya! Aku mengumpat, memangnya kenapa?!" Gadis itu berdiri sambil menggebrak meja dengan kuat, membuat semua orang berjengit kaget dan menatap dengan tatapn tak percaya ke arah Emeline.

"Berani lo sama gue?!"

"Aku berani! Memangnya kenapa?!" Emeline semakin menaikkan intonasi suaranya, sampai kejadian berikutnya membuat semua orang kaget bukan main.

"Aakk- anj*ng! Lepas!"

Emeline menarik dan menjambak rambut Sindi , dia bahkan menariknya ke belakang, hingga Sindi mendongak menatap Emeline yang terlihat menakutkan.

"Sepertinya aku harus memberimu pelajaran agar kau jera, dan agar menjadi contoh untuk orang lain yang selalu mengganggu ketenanganku." Suara yang keluar dari bibir tipis Emeline terkesan dingin dan penuh dengan tekanan, membuat Sindi merinding, bahkan teman-temannya hanya diam, mereka tidak tahu harus beraksi seperti apa.

"Aaakkkhh!"

Sindi semakin berteriak kesakitan saat Emeline menarik rambutnya dan berjalan meninggalkan kantin, menuju lapangan yang memang berada tepat di depan kantin.

Emeline itu melepas cengkramannya di rambut Sindi dengan kasar, membuat Sindi jatuh terduduk dengan rambut yang acak-acakan.

Para siswa dan siswi yang lain menonton dari sisi lapangan, mereka ingin melihat, sejauh apa gadis yang mendeklarasikan perlawanan untuk para murid beasiswa.

Dan detik berikutnya, mereka malah sangat kaget dengan apa yang di lakukan Emeline, gadis itu menyiram Sindi dengan air yang berada di dalam ember, entah air apa itu, tidak ada yang tahu, yang pasti, air itu ada di dekat pot bunga.

"Aakh!"

Sindi memekik dengan keras saat merasakan dinginnya air menyentuh kulitnya, ia mendongak menatap Emeline yang tersenyum manis.

"Kenapa? Hanya air, loh. Bukankah kau biasanya juga melakukan ini pada murid yang kau bully, kau bahkan menyiramnya dengan air bekas pelan." Ujar gadis itu dan menatap mata Sindi yang bergetar, "Kau beruntung, ini hanya hasil tampungan hujan, tadinya aku ingin menyimammu dengan air pelan juga." Lanjutnya.

Emeline lantas berjongkok, ia menyamakan tingginya dengan Sindi, "Mau kemana?" Tanya gadis itu saat Sindi beringsut menjauh darinya.

Di genggamnya kerah baju Sindi dan menariknya mendekat, "Ku dengar kau pernah melepas baju seorang siswi dengan sengaja di hadapan bnyak orang, bagaimana ya, jika aku melakukan hal yang sama padamu? Hm?" Emeline tersenyum semakin lebar saat melihat wajah ketakutan dari mangsanya.

"Ti-tidak! Kumohon, jangan..."

Emeline mendatarkan pandangannya, "Apa kau mendengarkan, saat orang yang kau hina dan kau injak-injak harga dirinya memohon?"

"Tidak, bukan?"

Emeline bersiap untuk merobek baju milik Sindi yang telah basah dan membuat baju itu terlihat menerawang, ia lalu melihat pada sekitar yang hanya diam sambil memperhatikan, beberapa bahkan memvideo hal ini, lalu beralih pada Sindi yang menunduk seolah dia pasrah.

"Ck! Sialan!"

Emeline lalu melepaskan cengkramannya dam melempar jaket yang ia pakai pada Sindi yang sudah menangis, dan kini menatapnya tidak mengerti.

"Jangan salah paham, aku hanya tidak mau menjadi seperti dirimu." Setelah mengatakan itu, ia lalu berbalik dan hendak pergi dari lapangan, tapi berhenti beberapa langkah setalhnya.

"Miris sekali, padahal perundungan terjadi tepat di depan mata, tapi tidak ada satupun yang melerai, malah menikmati dan mengabadikan hal itu." Sarkasnya dan menatap remeh semua orang yang ada di sana. "Sekolah elite nih, bos!" Lanjutnya dengan suara lantang dan mengacungkan jari tengah pada kumpulan anggota OSIS yang baru datang.

*****

Sepeninggalan Emeline, kumpulan murid itu langsung bubar atas perintah dari anggota OSIS, mereka memikirkan apa yang di katakan oleh Emeline, entah sejak kapan, mereka menjadi terbiasa dengan adanya tindak bullying di sekolah yang di katakan sebagai sekolah elite dan melahirkan banyak bakat hebat ini.

"Gue bisa sendiri." Sindi, gadis itu berdiri sendiri dan menolak uluran tangan teman-temannya ataupun anggota OSIS.

Ia merasa sangat menyedihkan, apakah ini yang di rasakan oleh orang-orang yang menjadi korban bullying-nya selama ini?

Walau banyak orang yang melihat dan menyaksikan, tapi tidak seorangpun yang menolong. Dia bahkan tidak bisa melawan Emeline tadi, dia sangat takut, ini pertama kalinya dia di perlakukan sedemikian rupa.

Sindi mengeratkan genggamannya pada jaket milik Emeline yang sekarang ia pakai, lalu terkekeh kecil. "Seenggaknya dia masih punya rasa simpati dan rasa manusiawi." Uajrnya miris, air matanya mengalir tanpa ia tahu, "Dan gue bahkan lebih buruk dari sampah karena nggak punya hal itu." Lanjutnya.

Sindi menyeka air matanya dan pergi dari lapangan, perkataannya barusan di dengar oleh tema-temannya dan para anggota OSIS yang berada di dekatnya, membuat mereka terdiam dan saling pandang.

Beberapa murid mulai mempertanyakan kebenaran dari reputasi sekolah ini, sekolah elite yang banyak melahirkan siswa siswi yang berbakat.

Mari kita bahas tentang sekolah ini, ini adalah sekolah yang memiliki sejarah panjang dan reputasi bagus, Diamond High School.

Ini adalah sekolah menengah atas yang memiliki murid dari berbagai negara, banyak anak konglomerat dan pejabat yang menimba ilmu di sekolah ini.

Dulu sekolah ini tidak pernah membedakan anatara murid beasiswa atau murid biasa, pihak sekolah memberikan perhatian setara untuk keduanya, dan para murid bersaing dengan sehat untuk menjadi yang paling berbakat.

Di sekolah ini, bakat nomor satu, jika kau mempunyai bakat dan bisa terus mengembangkannya, maka kau bisa belajar di sini, tapi itu dulu.

Semenjak kepala sekolah baru menjabat enam tahun yang lalu, para murid yang berasal dari kalangan orang-orang atas mulai mendominasi dan melakukan penindasan pada para murid beasiswa.

Mereka merasa superior karean memiliki uang dan latar belakang keluarga yang hebat, sekarang bukan bakat yang utama, tapi uang yang berbicara.

Selama kau memiliki uang, kau bisa melakukan apapun di sini, ironis bukan?

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Shai'er

Shai'er

semoga jadi lebih baik

2023-07-24

2

Shai'er

Shai'er

ngerasain jugak kan😏😏😏

2023-07-24

0

Shai'er

Shai'er

🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️🤦‍♀️

2023-07-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!