“Apa ini, kenapa wajahku seperti ini, apa yang mama lakukan dengan wajahku yang sebelumnya!” bentak Keenan yang membuat Hyunjie terhentak kaget.
“te.. tenanglah sayang, mama bisa menjelaskannya, kau.. kau masih tampan kok, hanya perlu dicukur sedikit saja,” sahut ibunya yang kembali duduk dipinggir ranjang seraya memegangi lengan Keenan, selagi pandangan Keenan belum bisa lepas dari cermin yang memantulkan kondisi wajahnya saat ini.
“kau mengalami luka bakar yang cukup serius Keenan, jadi terpaksa kami mengoperasi wajahmu, namun karena kami kesulitan membuat wajahmu yang sebelumnya jadi kami memutuskan untuk menggunakan wajah tersebut,” papar Sanha teman ibunya yang mencoba menenangkan amarah Keenan seraya berjalan mendekat.
“tidak.. tapi kenapa harus seperti ini hasilnya?!
Jika aku menjalani operasi seharusnya lebih tampan bukan?! Apa-apan ini!! Aku seperti kakek-kakek berusia 50 tahun!!” protes Keenan seraya meratapi nasib wajahnya yang telah berubah 360 derajat.
Sanha mengibaskan tangannya pada para perawat yang masih berdiri disudut ruangan, sebagai tanda dirinya meminta mereka pergi dan melanjutkan aktivitas mereka masing-masing. Mereka pun mengangguk bersamaan kemudian pamit undur diri dari ruangan tersebut.
“Kau hanya perlu memotong rambut, mencukur kumis dan janggutmu saja kok, percayalah, kau tak kalah tampannya dengan yang sebelumnya,” imbuh Sanha yang kembali beralih pada Keenan.
“Arrrgghhh!! Jika begini akhirnya seharusnya aku tak pernah kembali saja kesini!!” rajuk Keenan yang kemudian membaringkan tubuhnya dan membelakangi kedua wanita paruh baya itu.
“Yak! Omong kosong macam apa itu?! (seru Hyunjie seraya bangkit dari ranjang dan menatap tajam punggung putranya)
Tak pernah kembali?! Huh! Apa kau tahu perjuangan mama untuk tetap mempertahankanmu meski semua rekan mama menentang keras keputusan mama, mama tetap percaya dan yakin jika suatu hari nanti kau akan kembali!
Kau fikir siapa yang memandikanmu, yang merawatmu selama kau tertidur 5 tahun ini huh?! Jika bukan mama!! Lantas ini balasanmu terhadap mama Keenan!” amuk Hyunjie penuh emosional
Mendengar keluhan beruntun itu akhirnya hati Keenan sedikit luluh hingga bersedia menampakan kembali wajahnya, ia memutar tubuhnya serta kembali duduk bersandar disandaran ranjang namun masih dengan raut wajah kecutnya.
“Kau ingin mencukur rambutmu?
Di depan rumah sakit ada salon, kalau kau mau tante akan menemanimu kesana,” tawar Sanha dengan nada lembutnya sedangkan Hyunjie masih tampak kesal dengan ucapan asal putranya beberapa menit yang lalu.
Keenan pun mengangguk pelan, segera Sanha melenggang pergi keluar dari ruangan untuk membawakan kursi roda, sebab Keenan masih belum bisa berjalan.
“Dengar Keenan!
Cukup hari ini mama mendengar omong kosongmu, MENGERTI!
Jika kau mengatakannya lagi, mama yang akan MEMBUNUHMU SENDIRI!!” bentak Hyunjie yang membuat Keenan terhentak, sebab baru kali ini ia melihat amarah Hyunjie yang begitu mengerikan.
“Sudah cukup Hyunjie, pergilah, kau masih ada operasi kan, biar aku yang mengurus putramu,” ucap Sanha yang kembali dengan kursi roda.
...****************...
Diperjalanan menuju salon.
“Aku tak bermaksud menyakiti hati mama, aku hanya terkejut dengan rupaku yang mengerikan ini, maaf jika kata-kataku terlalu kasar,” ucap Keenan yang merasa bersalah lantaran sudah berbicara asal tanpa memikirkan perasaan ibunya yang telah menanti putranya terbangun.
“Iya, tante mengerti, tapi seharusnya kau meminta maaf pada ibumu bukan tante, kau fikir tante burung pengantar pesan,” celetuk Sanha sarkas.
Ditengah perjalanannya melewati loby, kedua mata elang Keenan tak sengaja melihat seseorang yang tak asing baginya tengah menari dan bernyanyi di televisi besar rumah sakit.
“tunggu sebentar,” tahan Keenan sembari menghentikan laju kursi roda dengan tangannya.
“Ada apa?” tanya Sanha bingung.
“Apa dia Kimbrian?” Keenan malah balik nanya seraya menunjuk ke layar televisi yang sedang menayangkan perform anggota boy band di acara awards tahunan.
“Kau mengenalnya?
Boy band itu sedang naik daun sekarang, salah satunya calon menantu tante, yaa tante harap sih gitu hheeehe,” selorohnya diiringi tawa renyahnya.
“Ehh tunggu.. tunggu, kau sudah mengenal Brian?
Sejak kapan?” tiba-tiba pembicaraan tersebut berubah menjadi lebih serius diantara keduanya.
“Saat pertama kali aku ke Jakarta, aku bertemu dengannya ditoserba kemudian secara kebetulan lagi bertemu di jalan, dan begitulah awal mula kita berteman, ada apa memangnya?” kata Keenan yang masih ingat dengan jelas kisah pertemuannya dengan pria yang bernama Kimbrain itu.
Ditengah keterkejutan Sanha yang tak pernah menyangka jika kedua bocah lelaki itu sudah saling mengenal, tiba-tiba seorang pria paruh baya muncul entah darimana.
“Ray Keenandra,” panggil pria paruh baya tersebut yang membuat Keenan pun menoleh dan menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya.
“Akhirnya kau tersadar juga, setelah sekian lama papi menantimu,” serunya lengkap dengan raut wajah berseri-seri kemudian ia pun memeluk Keenan erat seakan ingin menunjukan perasaan terdalamnya pada Keenan.
“Kenapa kau kemari?
Bukankah Hyunjie sudah bilang untuk tidak muncul secara tiba-tiba, kau perlu meminta ijin terlebih dahulu pada Hyunjie,” tegur Sanha seraya menarik paksa pria paruh baya tersebut untuk melepas pelukannya.
“Siapa dia?” tanya Keenan bingung.
“Maaf, tapi aku tak bisa mengendalikan diriku, saat aku mendengar kabar Keenan telah siuman aku langsung bergegas kemari tanpa berfikir panjang,” dalihnya.
“Hmm..
Banyak hal yang terjadi saat kau koma selama 5 tahun Keenan, kurasa kau harus mendengarnya sendiri dari mamamu nanti, kurang etis rasanya jika tante mendahului mamamu.
Dan kau Daniel!
Sebaiknya kau pergi sekarang, sebelum ku panggil security, kau bisa menemui Keenan kembali saat Hyunjie sudah mengijinkannya, Mengerti!” tegas Sanha.
“Ba.. baiklah, aku akan menunggu, terimakasih Keenan karena sudah kembali,” ucap pria tersebut seraya mengusap bagian atas kepala Keenan sebelum pamit undur diri meninggalkan Keenan dan Sanha yang masih memelototinya dari kejauhan.
“Siapa dia tante?” tanya Keenan kembali yang kekeuh ingin mengetahui identitas pria paruh baya yang sudah memeluknya penuh emosional.
“Berhenti merengek! Atau tante tidak akan menemanimu mencukur rambut!” ancam Sanha, sebagai senjata ampuh untuk menghentikan rengekan Keenan.
“Oke, oke, aku mengerti, aku akan menanyakannya sendiri pada mama nanti,” pasrah Keenan, karena baginya yang terpenting saat ini adalah menjadi tampan seutuhnya, dengan memangkas rambut, kumis dan janggut yang sudah seperti tanaman liar yang tumbuh diwajahnya.
“Bukankah mama bilang selama ini selalu merawatku dengan baik, lalu kenapa rambut, kumis dan janggutku dibiarkan tumbuh hingga segondrong ini,” keluh Keenan lagi begitu mereka melewati pintu utama.
“Kau ini cerewet sekali, dulu Hyunjie pernah mencukur kumis dan janggutmu, tapi kemudian dia ga sengaja melukai dagumu hingga berdarah, sejak saat itu dia berhenti mencukur kumis dan janggutmu karena takut akan melukai wajahmu.
Dan rambut, yak! ibumu seorang dokter bukan penata rambut, bagaimana jika potongannya kacau atau malah mencukur habis rambutmu, kau tahu kan, selain tentang mengobati pasien tak ada 1 pun yang bisa ibumu lakukan dengan benar,” dumel Sanha panjang lebar.
“Lalu, kenapa ga meminta orang lain saja untuk mencukurnya, atau menyewa pemangkas rambut professional,” celoteh Keenan lagi yang membuat Sanha semakin kesal mendengar rengekan putra temannya yang tak ada habisnya itu.
“Aughhh!!” dengus Sanha yang sudah tak bisa lagi mengendalikan emosinya hingga ia pun tak sadar sudah melepas kursi roda yang diduduki Keenan, hingga membuat kursi roda tersebut meluncur bebas ke area yang lebih rendah.
“yak.. yak.. yak tante!!” teriak Keenan kala kursi rodanya terus melaju cepat menuruni jalanan licin.
“Aughh sial!” sementara itu Sanha juga dibuat panik dan berlarian mencoba menangkap pegangan kursi roda yang terus melesat menjauhinya.
Sampai…
Ada seseorang yang tiba-tiba muncul lalu menahan laju kursi roda tersebut dengan segenap kekuatannya, ia pun lantas mengunci rodanya kemudian hendak pergi begitu saja tanpa menunggu ucapan terimakasih dari orang yang telah ditolongnya.
“tunggu,” cegah Keenan yang membuatnya menghentikan langkahnya sejenak kemudian sedikit memiringkan tubuhnya untuk sekedar menunjukan wajahnya pada pria yang sudah ditolongnya barusan.
Pupil Keenan membesar kala kedua pasang mata itu bertemu.
“Andheera,” gumam Keenan sepelan mungkin.
Tak ingin membuang waktunya lagi, gadis berjaket hitam itu pun lantas pergi dengan raut wajah acuhnya, tak perduli dengan apa yang hendak pria berjanggut itu katakan padanya.
...****************...
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments