Chapter 3 Pemulihan pertama

Chapter 3 Pemulihan pertama

Keesokan harinya, masih dirumah sakit Haneul Jakarta, tempat dimana Ray Keenan dirawat. Pria yang telah dicukur itu tengah terduduk bersandar disandaran ranjang sembari termenung memikirkan sesuatu dalam benaknya.

Tak hanya pertemuannya kemarin dengan gadis yang menjadi target pembalasan dendamnya, tapi juga kisah mengenai masa lalu ibunya yang diceritakan Hyunjie tadi malam.

Tentang ayah biologisnya yang sudah menelantarkannya demi wanita lain, dan juga kenyataan mengenai kegilaan ibu tirinya yang sudah mencelakai dirinya hingga berniat membunuhnya belasan tahun silam.

Note: yang udah baca Mimpi dan Harapan udah dijelasin ya mengenai kecelakaan beruntun yang memakan banyak korban termasuk Hyunjie dan Keenan, namun beruntung mereka berdua bisa selamat.

Dan kini ayah biologisnya kembali memunculkan dirinya, dengan tujuan ingin menjadikan Keenan pewaris dari Hotel Zeus sebagai tanda permintaan maaf darinya karena telah menelantarkan dirinya dan ibunya selama ini.

...----------------...

Adegan kembali ke malam hari dimana Keenan tengah terduduk diranjang sedang Hyunjie duduk dpinggir ranjang sembari memandangi wajah putranya dengan tatapan sendu, setelah memaparkan kisah cinta pilu masa lalunya pada putra semata wayangnya itu.

“Apa kau kecewa karena mama baru menceritakan hal ini padamu, Keenan?” tanya Hyunjie seraya meraih lengan putranya lalu mengusap-usapnya lembut.

“tidak, mama sudah berusaha dengan baik, maaf karena aku sudah kasar pada mama tadi siang, dan juga terimakasih karena sudah melahirkan dan merawatku dengan baik. Aku tak perduli siapapun ayah biologisku, karena bagiku, aku hanya memiliki mama sebagai ibu dan sekaligus sosok ayah bagiku,” tutur Keenan yang membuat Hyunjie emosional dan menangis terharu, dengan cepat Keenan menarik ibunya agar masuk ke dalam pelukan hangatnya.

“terimakasih, terimakasih Keenan, terimakasih,” ucap ibunya ditengah isak tangis haru dan bahagianya, memiliki putra seperti Keenan adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan padanya.

...----------------...

Kembali ke saat ini.

“Keenan!!” seru seorang gadis yang tiba-tiba muncul dengan membanting pintu kamar Keenan.

“Astaga!” kaget Keenan seraya memegangi area dadanya.

“Akhirnya kau sadar juga!!” hebohnya yang kemudian memeluk erat Keenan sampai Keenan kesulitan bernafas.

“Uhhuk!! Uhukk!! Yak cukup lepaskan!!” pekik Keenan yang mencoba menjauhkan tubuh gadis tersebut.

“Kau tahu!! Aku benar-benar bahagia sekali saat mendengar kau akhirnya sadar, aku bahkan langsung kabur kemari dari syutingku kemarin, uuhhh!! Aku sangat sangat sngat merindukanmu!!” serunya lagi yang kemudian menciumi pipi Keenan untuk mengekspresikan kebahagiaannya yang luar biasa.

“Aiisssh!! Berhenti menciumiku JISO!!” teriak Keenan, namun tampaknya gadis itu tak menggubris emosional Keenan, ia malah cengengesan sembari memegang erat tangan Keenan.

“Aku sudah mengosongkan jadwalku selama 1 pekan ke depan,” paparnya.

“kenapa?” tanya Keenan seraya mengangkat 1 alisnya.

“karena aku ingin menemanimu melakukan pemulihan, siapa tahu dengan hadirnya diriku disisimu, tubuhmu bisa cepat pulih dan beraktivitas normal seperti sebelumnya,” katanya antusias.

“tidak perlu, dengan bantuan para medis pun sudah cukup, kehadiranmu hanya akan membuat kepalaku pusing karena suara cemprengmu!” ketusnya sembari mencoba melepaskan genggaman erat karibnya itu.

“Bodo amat, pokoknya aku yang akan menemanimu pemulihan titik!” teguh Jiso tak ingin mengalah.

Tok..tok.. suara ketukan pintu yang kemudian disusul dengan kemunculan seorang perawat wanita dari balik pintu, membuat keduanya serempak menoleh ke arah pintu.

“sudah waktunya mas Keenan menjalani pemulihan,” ujar sang perawat yang kemudian menarik kursi roda yang berada disudut ruangan dan mendorongnya hingga ke pinggir ranjang Keenan.

“oke!! Ayooo!!” seru Jiso seraya bangkit dari pinggiran ranjang lalu membantu Keenan turun dari ranjang.

Karena tubuh Keenan yang cukup besar membuat perawat tersebut dengan sigap membantu memopoh sisi lainnya, sebab sudah pasti Jiso tak akan bisa mengatasinya sendiri.

“biar aku aja kak, bisa tolong tunjukan ruangannya,” kata Jiso ketika sang perawat hendak mendorong kursi roda yang diduduki Keenan.

“Aiissh.. biarkan para medis melakukan tugasnya Jiso! Jangan mengganggunya,” celetuk Keenan dengan nada sarkasnya.

“gak mau tuh! ayoo kak dimana tempatnya,” ulang Jiso.

“ahh iya, ayo,” sahut sang perawat dengan senyum kikuknya ia pun berjalan lebih dulu untuk menuntun jalan.

...****************...

Ruangan Fisioterapi, selagi Keenan melakukan pemulihan dengan dibantu tenaga medis pria, Jiso terlihat anteng duduk dipinggir dengan pandangan yang tak lepas dari aktivitas karibnya itu.

Keenan mencoba berjalan perlahan dengan berpegangan pada pegangan besi dan dibarengi oleh tenaga medis yang berdiri disampingnya, meski tekadnya sangat kuat agar bisa cepat kembali berjalan dengan normal, namun tampaknya kedua kakinya tidak bisa diajak bekerja sama hingga membuatnya terjatuh, dengan sigap sang perawat tersebut menangkapnya.

Sontak saja hal itu pun membuat Jiso bergegas menghampiri Keenan dengan raut wajah khawatirnya.

“Astaga Keenan, kau gak apa-apa?!” panik Jiso sembari memindai seluruh tubuh Keenan dari atas sampai bawah.

“Gak, gak apa-apa,” respon Keenan yang kembali mencoba menggenggam erat pegangan besi untuk membantunya berdiri tegap.

“Oke saya lepaskan dalam hitungan ke 3 ya, 3..2..1,” ucap sang perawat yang kemudian perlahan melepaskan tubuh Keenan, agar Keenan bisa berjalan sendiri.

Namun baru saja beberapa langkah, Keenan kembali terjatuh yang membuat pergelangan kakinya keseleo.

“Arrghh!” rintihnya bersamaan dengan mendaratnya bokong Keenan dilantai yang keras.

Sang perawat yang lengah itu pun lantas mengecek kondisi pasiennya dengan raut wajah khawatirnya, begitu pun dengan Jiso yang ikut-ikutan heboh lantaran takut Keenan mendapatkan cedera yang cukup parah.

“Sebaiknya hari ini dicukupkan sampai disini aja,” ujar sang perawat seraya mencoba membantu Keenan berdiri dengan 1 kakinya, sebab yang 1 nya lagi masih terasa linu.

“tidak, aku gak apa-apa, aku hanya butuh istirahat sebentar, akan ku lanjutkan kembali,” kekeuh Keenan yang kini sudah kembali duduk dikursi rodanya.

“jangan membantah Keenan!

Perawat tahu mana yang terbaik untuk tubuhmu, jadi turuti saja perintahnya, kita bisa melakukannya pelan-pelan oke!” timbrung Jiso.

“tidak, aku tidak memiliki banyak waktu, aku harus segera pulih!” tegas Keenan seraya memasang wajah seriusnya ditengah nafas yang terengah-engah karena kelelahan.

“kau!...”

“Jika kau tak ingin membantu sebaiknya kau pergi!!” pekik Keenan dengan sorot mata tajamnya yang membuat Jiso menghembuskan nafas pasrahnya.

...****************...

Sore harinya, karena suntuk seharian dikamar Keenan pun meminta Jiso untuk menemaninya berkeliling disekitaran taman rumah sakit.

“Apa ada hal yang menganggumu?” tanya Jiso ketika Keena terus terdiam dan hanya memandangi area taman yang dilewatinya.

“huh? Ngg.. nggak, apa kau masih sering bertemu dengan Kimbrain?” tanya Keenan yang akhirnya membuka pembicaraan setelah Jiso memancingnya.

“Brain? Amm.. udah ga terlalu sering sih, jadwalnya lebih padat ketimbang aku. Ahh iya! kudengar dia sudah kembali ke Indonesia tadi malam, mau ku hubungi?” tawar Jiso seraya menghentikan sejenak kursi roda Keenan.

“Apa dia sering menjengukku saat aku koma?” tanya Keenan lagi.

“hmm.. entahlah, saat aku ajak mengunjungimu dia selalu beralasan, mungkin dia ingin mengunjungimu sendirian.

Tapi…, kurasa ada sikapnya yang aneh, setiap aku membahas tentang dirimu, dia selalu mangkir dan mengalihkan ke pembahasan lain, apa kalian berdua sempat bertengkar sebelum kau mengalami kecelakaan?” papar Jiso seraya kembali mendorong kursi roda Keenan, dan melaju tanpa tujuan yang pasti.

“tidak, hubunganku baik-baik saja,” sahut Keenan.

“lantas kenapa dia seperti yang enggan membicarakan tentang dirimu,” balas Jiso lagi yang heran dengan perubahan sikap karibnya itu.

“tunggu.. bukankah itu dia!” sambung Jiso kala melihat sosok yang dikenalnya turun dari mobil dan hendak berjalan memasuki pintu utama rumah sakit dengan didampingi 1 manajer serta beberapa staf keamanan yang berjaga disisi kanan dan kiri.

“siapa?” tanya Keenan yang tak bisa jelas melihat sosok yang dilihat Jiso lantaran staf keamanan itu menutupi Kimbrain.

“Brain, sedang apa dia disini, mungkinkah chek up,” Jiso bermonolog.

“antarkan aku padanya,” kata Keenan.

“oke,” sahut Jiso yang lantas mendorong kursi roda lebih cepat agar bisa menyusul langkah karibnya yang sudah lebih dulu memasuki rumah sakit.

...****************...

Didepan ruangan tempat dimana Kimbrain melakukan chek up, terlihat 2 staf keamanan itu berjaga dengan muka sangarnya disisi kanan dan kiri pintu, kalau-kalau ada fans fanatik yang ingin menerobos masuk bertemu dengan Kimbrain.

“Hai, pak Ali, pak Beno,” sapa Jiso pada staf keamanan yang juga dikenalnya.

“Iya Sore nona Jiso!” balas keduanya serempak sembari membungkukan tubuhnya.

“Brian sakit?” tanya Jiso dengan nada sepelan mungkin lantaran banyak pasien serta tenaga medis lainnya yang berseliweran diarea tersebut.

“tidak nona, hanya chek up bulanan saja, ada apa?” sahut pak Ali.

“Ahh masih lama ga? Aku.. amm ingin bicara dengannya sebentar bisa?” ijin Jiso diiringi senyum ramahnya.

“Sebentar saya ijin ke manajernya dulu ya,” timpal pak Ali lagi yang kemudian mengetuk pintu sebelum masuk ke dalam ruangan tersebut.

“oke, aku tunggu ditangga darurat yang ada dipojokan sana ya, kurasa disana tempatnya sepi,” ucap Jiso pada pak Beno sebab pak Ali sudah pergi sebelum dirinya menuntaskan apa yang ingin disampaikannya.

“baik, akan saya sampaikan nona,” respon pak Beno sopan.

“oke terimakasih pak Beno,” tutupnya kemudian pergi dengan mendorong kursi roda Keenan menuju tempat yang mereka sepakati.

“Apa harus sembunyi-sembunyi seperti ini?” protes Keenan.

“Aku tak bisa terlihat bersamanya, itu akan merepotkan, kau tahu kan sudah banyak idol pria yang digosipkan kencan denganku, huuh!! Aku tak sanggup jika harus mendapat cacian dan makian lagi dari fans nya Brain yang bejibun itu hihhh!! Mengerikan,” keluhnya panjang lebar.

...****************...

30 menit kemudian, namun Kimbrain tak kunjung muncul hingga membuat Keenan menghela nafas kesalnya lantaran dibuat lama menunggu.

“huhh!! Kau yakin dia akan datang?” keluh Keenan.

“tunggulah sebentar lagi, kau ini ga sabaran banget,” sambar Jiso yang ikut emosional kala karibnya itu melampiaskan kekesalannya pada dirinya.

“tapi…,”

Belum sempat Keenan kembali mengoceh panjang lebar, handle pintu terlihat bergerak tanda ada seseorang yang hendak masuk.

“Keenan,” ucap Brain pelan kala matanya menangkap sosok karibnya tengah terduduk dikursi roda sedangkan Jiso duduk disalah satu anak tangga.

“Jiso, hehee,” timbrung Jiso sembari nyengir, untuk memberitahukan pada Brian jika disana tak hanya ada Keenan, melainkan ada dirinya juga yang duduk dipojok anak tangga.

“Ka.. kau sudah sadar,” lanjut Keenan.

“Siapa Keenan?” tanya sang manajer yang ikut bergabung diantara mereka setelah mengintip sebentar ke balik pintu.

“Ahh ini.. temanku, bisa kau tinggalkan kami sebantar,” pinta Brian pada manajernya.

Meski awalnya ragu namun akhirnya sang manajer pun mengijinkan Brian berbincang dengan teman prianya yang berada dikursi roda tersebut.

“kau juga,” kata Brian seraya mengarahkan sorot matanya pada Jiso yang masih tersenyum cerah menyambut kedatangan karibnya yang super sibuk itu.

“Aku?!” pekik Jiso yang tak menduga jika diirnya juga akan diusir dalam pembicaraan kedua karibnya.

“he’em, aku ingin bicara berdua saja dengan Keenan,” tambahnya lagi yang membuat Jiso pun hanya bisa menghembuskan nafas pasrahnya lalu bangkit dan keluar dari ruangan sempit tersebut.

...****************...

Bersambung…

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!