Bismillah.
"Oh ini oranganya, perempuan gatel yang berani deketin Hamzah." Sindir Bunga, salah satu mahasiswi Universitas Binawan juga.
Bunga salah satu perempuan yang sedari dulu menyukai Hamzah. Banyak orang mengira dia dan Hamzah memiliki hubungan spesial, bahkan gosipnya sudah tersebar keseluruh kampus Binawan, ditambah lagi Hamzah membiarkan gosip itu hingga membuat orang-orang semakin yakin, jika Hamzah dan Bunga merupakan sepasang kekasih.
"Dasar tidak tahu malu, padalah dia mahasiwi baru loh." Sahut salah satu mahasiwi lagi yang memang mencari keberadaan Giya.
Vidoe yang tersebar diweb kampus benar-benar memojokan nama Giya. Bahkan baru saja dia keluar dari kelas langsung disambut dengan kata-kata yang tidak mengenakan untuk didengar.
"Sabar Gi, mereka semua tidak tahu seperti apa kejadian yang sebenarnya. Pasti ada orang yang ingin memfitnah dirimu." Batin Giya berusaha tetap tenang, tidak termakan omongan orang-orang ini.
Giya berusaha menebalkan kupingnya, dia tetap bersikap santai saja. Jia yang melihat Giya tidak tersulut emosi menghembuskan nafas kecil, Jia sangat bersyukur karena Giya tidak semakin membuat masalah untuk dirinya sendiri.
"Lo tuli ya!" Bunga dengan berani menarik kasar tangan Giya, sampai gadis itu kini menghadap dirinya.
"Maaf ada perlu apa?" tanya Giya masih bersikap santai.
"Lo, dasar perempuan gatel, berani-benarinnya lo deketin pacar orang."
Giya tetap stay cool, dia sama sekali tak terpancing emosi.
"Maaf sepertinya kamu salah mengartikan akan video yang viral diweb kampus, saya hanya tidak sengaja menabrak pacar kamu." Tegas Giya.
"Alah, bilang aja moduskan lo." Sahut beberapa mahasiswi yang terus menyudutkan Giya.
Bukannya Giya yang tersulut emosi malah Jia yang geram dengan orang-orang ini. Sungguh dia tak habis pikir, bagaimana bisa hampir banyak sekali mahasiswi yang mengidolakan seorang berandalan kampus seperti Hamzah.
"Ayo Gi, kita pergi dari sini. Jangan hiraukan orang-orang aneh ini."
"Lebih baik kita ke kantin bagimana Ji, aku merasa lapar." Sahut Giya.
Jujur Giya sama sekali tidak peduli dengan orang-orang yang kini tengah menatapnya dengan berbagain tatapan tak suka, apalagi Bunga yang seakan sangat membenci dirinya.
Akhirnya Giya dan Jia segera pergi ke kantin, tentu saja dengan sindiran-sindiran yang menjatuhkan nama Giya. Tapi Giya benar-benar tidak peduli.
"Huft! Sepertinya ini tidak akan mudah. Sabar Giya, jangan terbawa emosi oke." Batin Giya.
Hari-hari terus berjalan, bahkan bagi Giya waktu semakin bertambah cepat setiap harinya. Parahnya lagi masalah demi masalah semakin banyak dia dapat di kampus, hanya karena kejadian waktu ini, dia tak sengaja bertemu dengan Hamzah.
Ada yang lebih parah lagi bagi Giya. Setiap hari dia harus selalu bertemu dengan Hamzah, tentu saja membuat hari-harinya semakin tidak tenang. Yang paling membuat Giya tak habis pikir, dia memiliki tugas kelompok dari dosennya dan teman satu kelompoknya itu Hamzah.
Dan disinilah sekarang Giya, sedang mengerjakan tugas kelompok bersama Hamzah di sebuah cafe yang jarang dikunjungi oleh para penghuni kampus Binawan Jakarta.
"Ya Allah, kenapa aku tidak satu kelompok dengan Jia saja, kenapa pula harus dengan dirimu." Ketus Giya.
Hamzah yang mendengar keluah Giya hanya bisa tertawa renyah, akhir-akhir ini dia semakin tertarik dengan mahasiswi baru di kelasnya itu. Apalagi semenjak kejadian tabrak menabrak kala itu.
"Sudah tidak usah mengeluh, ayo kerjakan tugasnya." Giya hanya mampu mengangguk pasarah.
Keduanya mulai serius mengerjakan tugas mereka. Tugas komunikasi yang harus dipersentasikan nanti di depan kelas.
"Awas ya pas persentasi nggak datang." Ancam Giya.
Hamzah tersenyum. "Kayaknya lo berharap banget bisa tampil berdua sama gue di depan kelas ya."
"Dih pede, kalau bukan karena nilai saya juga malas kerja kelompok sama kamu." Sahut Giya.
Apalagi Giya mengingat setiap hari dia harus berhadapan dengan Bunga yang mengaku pacar Hamzah. Belum lagi fans panatik Hamzah.
Tanpa Hamzah sadari ada seorang yang sejak tadi memperhatikan dirinya dan Giya. Orang itu seakan sedang menatap remeh Hamzah, melihat Hamzah bisa tersenyum dengan seorang perempuan.
"Gue nggak akan pernah membiarkan lo bahagia Hamzah!" Batin orang itu, sambil menatap benci kearah Hamzah.
"Udah kelar ya tugasnya, sekarang aku mau pulang, jangan lupa besok masuk demi persentasi."
"Nanti aja sih pulangnya Gi, biar gue anter." Tawar Hamzah.
"Nggak!"
Tentu saja Giya akan menolak mentah-mentah tawaran Hamzah, bagimana jika ada anak kampus yang melihat dia dibonceng dengan Hamzah, pasti akan semakin gempar saja kampus mereka.
Dan Giya akan selalu menjadi topik hangat mereka setiap harinya, memikirkannya saja Giya sudah begidik ngeri sendiri apalagi kalau benar-benar terjadi, sekarang saja hidup Giya setiap hari rasanya selalu tertimpa masalah di kampus.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Giya ibu mau ngajak kamu pergi makan malam." Ucap ibu Imah.
Giya yang baru saja menyelesiakan beberapa tugas lainnya langsung menghampiri sang ibu yang sedang duduk di sofa.
"Makan malam dimana bu?" tanya Giya memastikan.
"Diluar sayang, di restoran kencana."
"Ibu ada uang?" tanya Giya lagi.
"Kamu ini ya, tenang saja ibu ada uang kok. Sudah sana siap-siap keburu kita nggak kebagain tempat sama menunya."
Giya patuh saja pada ibunya, bahkan tak butuh waktu lama Giya kini sudah rapi mengenakan pakaian yang lebih bagus dari sebelumnya.
"Kita langsung berangkat ini, Bu?"
"Iya ayo." Ajak ibu Imah..
Lagi-lagi Giya hanya bisa patuh, 30 menit berlalu akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan dengan menaiki grab car, tak perlu berlama-lama untuk Jia dan ibunya mereka langsung mencari tempat duduk dan langsung memesan makanan yang mereka inginkan.
Kira-kira 10 menit setelah Giya dan ibunya memesan makanan itu sudah datang.
"Kelihatanya enak banget bu." Ibu Imah mengangguk.
"Sudah ayo makan."
Disaat Giya dan ibunya sedang menikmati makanan mereka dan menikmati waktu bersama mereka, tiba-tiba saja ada keributan di meja yang tidak jauh dari tempat mereka makan.
Brak!
"Jangan sikap kamu, Hamzah." Teriak seorang laki-laki paruh baya.
Deg!
Seketika itu juga Giya langsung menoleh pada sebuh meja yang terjadi keributan saat nama seorang yang tidak asing di telinganya disebut.
"Hamzah." Ucap Giya pelan.
"Kenapa Hamzah harus menjaga sikap Hamzah? Memang selama ini, Hamzah pernah diajarkan untuk bersikap baik tidak bukan!" Hamzah balas meneriaki sang papa.
Anehnya semua orang tetap tenang kala keributan itu terjadi, seperti suatu hal yang sudah biasa.
"Ayo kita pulang Hamzah." Ajak seorang wanita paruh baya yang terlihat elegan, pasalanya ada dua perempuan yang seumuran mama Giya di meja keluarga Hamzah.
"Mama juga sama, kalian sama-sama egois!" Hamzah langsung melengos pergi tanpa mempedulikan kedua orang tuanya.
Deg!
Tanpa sengaja netra Hamzah dan Giya bertemu, Giya tidak tahu harus bereksperesi seperti apa. Jujur di dalam lubuk hatinya dia merasa iba terhadap keadaan keluarga Hamzah.
Bahkan Giya yang hanya tinggal dengan ibunya saja bisa begitu dekat dan sangat akur. Sedangkan keluarga Hamzah tidak bisa dikatakan harmonis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments