Takdir Giya

Bismillah.

Giya dan Jia masih asyik mengobrol, mereka berdua sepertinya memang cocok menjadi teman. Saling menyambung satu sama lain jika diajak ngobrol, Giya sudah tidak peduli lagi keributan di depan sana, Jia lebih asyik menurutnya, lewat Jia juga dia bisa tahu banyak tentang kampus.

"Ji anterin aku ke ruang pak Adam yuk." Ajak Giya.

Pak Adam adalah dosen yang bertanggung jawab atas semua mahasiswa dan mahasiswi di kampus internasional Jakarta. Di dalam surat pemberitahuan Giya, dia disuruh untuk menemui pak Adam terlebih dahulu.

"Ayo, aku kasih tau ruangannya." Jia menarik pelan tangan Giya agar ikut dengan nya.

Di dalam benaknya Giya merasa aneh atas keributan yang baru saja dia saksikan. Kemana semua dosen yang bertanggung jawab di kampus ini. Mengapa membiarkan saja keributan yang ada, lalu bukankah ini kampus internasional. Kenapa sepertinya reputasi kampus sangat jelek jika seperti ini. Begitulah pikir Giya.

"Ji, ada keributan kok nggak ada satupun dosen atau petugas yang membereskan, malah dibiarin aja." Giya tidak bisa menahan rasa penasarannya.

Kedua orang itu tetap melanjutkan jalan mereka sambil terus ngobrol membahas tentang para pembuat kekacauan.

Huft! Jia menghembuskan nafas pelan sebelum menjawab pertanyaan Giya.

"Dosen sama pihak kampus gak ada yang tau Giya, karena tidak ada yang melapor. Mereka yang ketahuan oleh dua kubu itu telah melapor akan terkenal masalah, jadi semua orang memilih bungkam."

"Astagfirullah." Kaget Giya mendengar penjelasan dari Jia. Sebegitu liarkah orang-orang itu.

"Jadi sekali lagi aku saranin jangan dekat-dekat sama mereka. Yah, selain tidak ada yang berani melawan mereka. Banyak fans yang tergila-gila dengan Hamzah dan Nizam. Ketua dan wakil ketua geng Alpah."

Giya mengangguk mengerti, benar apa yang dikatakan oleh Jia. Dia tidak boleh berurusan dengan orang yang bernama Hamzah dan geng Alpah lainnya.

"Ingat Giya, fokuslah dalam kuliahmu dan hindari orang-orang yang berbahaya itu. Para dosen aja tidak berani macam-macam dengan geng Alpah. Belum lagi nanti bisa saja berurusan dengan para fans Alpah the geng." Batin Giya mengingatkan diri sendiri.

"Kita sampai." Ucap Jia saat mereka berdiri tempat di ruangan pak Adam.

"Aku cuman bisa nganter sampek sini Gi, semoga saja kita bisa satu kelas. Aku duluan ya." Pamit Jia yang didetujui oleh Giya, setelahnya barulah Jia mengetuk pintu di depannya itu.

saat sudah mendapatkan persetujuan dari pemilik ruang tersebut Giya segera masuk untuk menemui pak Adam.

"Giya Syalia, fakultas komunikasi." Ucap seorang laki-laki paruh baya, yang Giya yakini itu pak Adam.

"Benar pak." Jawab Giya cepat.

"Baiklah Giya selamat bergabung, sayang senang memiliki mahasiswi seperti kamu. Semoga kedepannya kamu akan memberikan prestasi baik untuk kampus ini."

"Aamiin."

"Silakan ke gedung fakultas komunikasi, ambil kelas A."

"Baik pak terima kasih." Ujar Giya lalu dia segera pamit pada pak Adam.

Langsung saja Giya mencari letak gedung fakultas komunikasi, pasalnya hampir semua fakultas ada di Universitas Binawan.

10 menit berlalu, akhirnya Giya menemukan fakultas yang dia cari. Gedung fakultas komunikasi tepat berada dipanggil tengah-tengah antara gedung fakultas lainnya. Untung saja Giya langsung menemukan kelasnya.

"Giya, kamu anak komunikasi dan berada di kelas A juga?" tanya Jia yang baru saja akan masuk kelas.

Giya mengangguk, Jia terlihat senang mengetahui dia dan Giya berada disatu jurusan juga satu kelas.

"Kita memang ditakdirkan berjodoh." Senang Jia.

*********

Waktu terus berjalan, tidak terasa sudah hampir satu minggu lebih Giya berstatus sebagai mahasiswa di universitas Binawan. Satu minggu ini pula, Giya tak pernah lagi melihat kekacauan yang terjadi di kampus.

Giya juga merasa sangat bersyukur, dia hanya melihat Hamzah si bad boy kampus satu kali. Kini Giya jadi merasa aman, sudah segala cara dia punya untuk menghindari Hamzah jika nanti mereka bertemu, tapi Giya harap mereka tidak akan pernah bertemu.

"Pagi ibu." Sapa Giya melihat ibunya sudah berada di ruang makan untuk sarapan.

"Pagi Giya, gimana kuliah kamu selama satu minggu ini?" tanya ibu Imah.

"Alhamdulillah lancar bu." Sahutnya.

"Lalu pekerjaan ibu di kota bagaimana? Apakah baik-baik saja sama seperti di kampung?"

"Baik-baik saja, ibu bahkan mendapatkan bonus dari atasan. Oh iya, hampir saja ibu lupa. Minggu depan rencananya ibu mau buka toko kue."

"Masya Allah, Alhamdulillah ibu serius?" tanya Giya lagi belum percaya sepenuhnya.

"Serius Giya."

Lalu ibu dan anak itu kembali melanjutkan obrolan mereka, sambil sarapan. Tak butuh waktu lama Giya sudah menyelesaikan sarapannya.

"Ibu Giya berangkat duluan ya. Assalamualaikum." Pamit Giya sambil bersalaman dengan ibu Imah, saat Giya menyalami ibunya. Ibu Imah menyelipkan uang di tangan beliau untuk jajan Giya.

"Terima kasih bu." Ujar Giya mencuri ciuman di pipi ibunya, setelah itu barulah Giya pergi. Tak lupa ibu Imah juga menjawab salam putrinya.

Seperti biasa dia akan menaiki angkot untuk berangkat ke kampus. Giya bukanlah gadis yang memiliki gengsi setinggi langit, jadi baginya ke kampus dengan angkot sudah biasa sekali.

"Alhamdulillah hari ini cuacanya sangat mendukung, semoga kalau toko ibu sudah buka ramai pembeli." Ucap Giya pada dirinya sendiri.

Giya asyik dengan pikirannya sendiri, sesekali dia mengucapkan Alhamdulillah, karena dirinya dan ibunya dipermudah saat berada di kota. Sampai dia tidak sadar jika di depannya ada seorang yang sedang merokok sambil memunggungi dirinya.

Bruk!

"Astagfirullah hal-adzim." Kaget Giya, dia segera memungut buku-bukunya yang berserakan, sedangkan orang yang berdiri di sembarang tempat itu hanya diam saja, sambil menatap marah Giya.

Sambil memunguti bukunya Giya mengerut tidak jelas. "Ada tempat lain bukan untuk bersantai, kenapa harus di tengah jalan begini." Protes Giya sambil mengangkat kepalanya untuk melihat siapa orang yang baru saja dia tabrak.

"Nona perhatikan langkah anda! Anda yang menabrak saya." Sahut orang itu tidak ada ramah-ramahnya.

Deg!

Giya kaget setengah mati dibentak oleh orang yang tidak dia kenal, bersamaan dengan itu tatapnya kembali bertemu dengan laki-laki bermata elang ini, kali ini Hamzah tidak memakai masker.

"Dia, bukankah dia Hamzah si bad boy kampus. Astagfirullah, tamat sudah riwayatmu Giya." Giya akui Hamzah tampan, pantas saja fansnya membludak di Universitas internasional jakarta, mungkin itu juga alasan kenapa Hamzah selalu memakai masker untuk menutupi wajah tampanya. Pikir Giya.

Padahal Giya sudah membuat rencana agar tidak bertemu Hamzah selama di kampus atau dimanapun. Sampai hari ini akhirnya Giya bertemu dengan Hamzah dengan cara yang membuat laki-laki itu menggeram marah dan sekarang laki-laki itu saat ini sedang menatap dirinya dengan tajam.

"Ya Allah kenapa harus ketemu Hamzah sih." Gerut Giya merasa menyesal sekali.

"Maaf saya tidak sengaja." Ucap Giya pada akhirnya.

Giya buru-buru ingin pergi, tapi siapa sangka Hamzah mencegahnya.

"Mau kemana lo?"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!