Bismillah.
"Mau kemana lo?" tanya Hamzah saat Giya hendak buru-buru pergi dari hadapannya.
Giya kini tampak kesal, bukankah tadi dia sudah coba meminta maaf pada Hamzah. Tapi kenapa sekarang bad boy satu ini menahan dirinya. Padahal saat ini Giya sedang terburu-buru.
Mau tidak mau akhirnya Giya kembali membalikan tubuhnya, sekarang dia berhadapan langsung dengan Hamzah. Jika tadi Giya tidak berani menatap Hamzah, maka kali ini beda cerita. Giya mengangkat wajahnya dan menatap kesal Hamzah.
"Tadikan saya udah minta maaf!" kesal Giya. Dia sudah tidak peduli lagi mau Hamzah seorang bad boy atau bukan.
Sayangnya Giya melupakan satu pesan Jia. Jika di kampus Binawan ini banyak sekali fans fanatik Hamzah.
Hamzah memincangkan matanya, jujur dia sedikit kaget mengetahui Giya berani membentak dirinya. Pasalnya belum ada satu perempuanpun yang berani terang-terangan menunjukan kekesalan pada dirinya. Kecuali seorang perempuan di dalam mobil taksi yang dia temui beberapa minggu lalu.
Tanpaknya Hamzah tidak menyadari jika perempuan itu Giya. Saat itu kebetulan Giya mengenakan masker dan topi.
"Gue nggak butuh maaf lo!" balas Hamzah tak kalah sengit.
"Jadi maunya apa? Saya buru-buru!" kesal Giya.
Giya tidak ingin terlambat masuk kelas hanya karena berdebat dengan seorang Hamzah yang tidak dikenalnya. Dia bukanlah tipe seorang gadis yang suka tidak mengikuti pelajaran tanpa adanya alasan.
"Tangunggjawab!"
"Tanggungjawab gimanan? Saya, kan nggak buat rugi situ. Saya juga udah minta maaf, saya rasa tidak ada hal yang penting lagi. Jadi saya permisi."
Buru-buru Giya pergi dari hadapan Hamzah, dia benar-benar tidak mau berurusan dengan orang-orang seperti Hamzah. Tapi sayangnya Giya tidak menyadari, ketika dia dan Hamzah tak sengaja berpelukan saat Giya menabrak Hamzah tadi, posisi keduanya memang seperti sedang berpelukan, Giya dan Hamzah berada argumen ada seorang yang sedari tadi mengambil beberapa gambar dan video keduanya.
"Bakal viral nih." Ucap orang itu lalu segera pergi dari tempatnya.
Jika Giya tidak menyadari kehadiran orang yang memotret mereka. Berbeda dengan Hamzah yang sudah tahu bahkan siapa pelakunya, tapi dia tidak membiarkan saja orang itu, Hamzah ingin melihat apakah gadis beranai seperti Giya akan tetap bertahan saat apa yang dia lakukan diketahui oleh orang-orang kampus.
Setelah kepergian Giya tidak terlalu lama, Hamzah juga meninggalkan tempat dia bertemu dengan Giya. Dia segera menuju kelasnya, sudah satu minggu Hamzah absen tidak kuliah.
"Ibu Ika sudah dari tadi Ji?" tanya Giya memastikan.
"Belum Gi, lagian kamu tumben banget telat." Bisik Jia.
"Abis kenapa musibah."
"Kenapa?" tanya Jia.
"Aku ketemu sama si Hamzah, akhirnya kita sedikit beradu argumen." Balas Giya berbisik juga.
"Apa! Wah, wah bahaya Giya. Kamu sebentar lagi pasti akan terkena bencana." Ujar Jia kaget, untung saja dia tidak berteriak di dalam kelas mendengar penjelasan dari Giya.
Mereka kembali mengikuti mata kuliah dengan fokus, sampai tiba-tiba pintu kelas terbuka dengan sendirinya menampakan sosok orang yang paling tidak ingin Giya lihat.
Hamzah berdiri di depan pintu kelas, netarnya langsung menangkap sosok gadis yang beberapa menit lalu sempat memarahi dirinya. Sebuah senyum licik terbit dikedu sudut bibir Hamzah, kala netranya tak sengaja bertatapan dengan netara indah milik Giya.
"Wah, wah, menarik sekali. Gadis itu berada di kelas ini juga." Batin Hamzah terus menatap kearah Giya. Sedangkan Giya sendiri pura-pura sibuk dengan kegiatannya.
"Mati aku, jangan bilang itu orang kelas ini juga." Kini giliran Giya yang membatin sendiri.
Ibu Ika sebagai dosen sudah tidak heran lagi melihat Hamzah yang datang terlambat. Melihat Hamzah tak kunjung segera masuk membuat ibu Ika menghela nafas pelan, menghadapi orang seperti Hamzah harus dengan kesabaran yang ekstra.
"Hamzah, kamu mau masuk kelas saya atau tetap berdiri disitu." Tegur ibu Ika.
"Eh ibu Ika, ada mahasiswi baru kok nggak kasih kabar saya." Bukannya menimpali apa kata dosennya, Hamzah malah mengambil topik baru.
"Kalau mau kenalan nanti saja setelah kelas saya." Balas ibu Ika malas.
Hamzah akhirnya segera masuk ke dalam kelas, sialnya bagi Giya. Karena Hamzah menggambil tempat duduk tempat di belakangnya.
"Astagfirullah, mau apa sih ini orang." Batin Giya, dia tidak ingin menjadi gosip satu kampus.
Sudah seminggu merasa kuliah dengan tenang di kampus Binawan, tapi kini malah bertemu dengan seorang Hamzah. Nyatanya diluar kelas sudah banyak gosip tentang Giya. Bahkan fans fanatik Hamzah, mengatai Giya yang tidak-tidak. Foto dan video tadi sudah tersebar hampir diseluruh fakultas yang ada di Universitas Internasional Jakarta.
"Hai kita ketemu lagi." Sapa Hamzah yang membuat Giya dan Jia saling melepar tatapan satu sama lain.
Giya menatap Jia dengan tatapan pertolongan, sedangkan Jia seakan menjawab aku tidak bisa berbuat apa-apa Giya. Begitulah kira-kira.
Sampai mata kuliah yang diisi oleh ibu Ika selesai Giya tidak fokus sama sekali. Sedangkan Jia langsung membuka ponselnya setelah ibu Ika keluar kelas. Ponsel Jia sedari tadi sangat berisik entah notifikasi apa yang membuat ponselnya menjadi terus berbunyi.
"Giya lihat!" pekik Jia hampir membuat semua orang yang masih berada di dalam kelas menoleh padanya.
"Maaf semua." Ucap Jia canggung, tidak sadar kedua gadis itu jika Hamzah masih berada di belakang mereka.
"Ada apa, Ji?" tanya Giya penasaran apalagi melihat wajah khawatir Jia.
"Kamu harus lihat ini."
Kedua bola mata Giya membulat sempurna saat melihat video dan beberapa foto yang ada di dalam hp Jia. Bahkan dia tak sengaja membaca beberapa komentar yang sangat menyudutkan dirinya.
"Astagfirullah." Ucap Giya pelan.
Sampai dia teringat jika Hamzah masih belum beranjak dari tempat duduknya yang duduk tepat di belakang Giya.
"Maksud kamu apa ini?" tuding Giya.
Hamzah yang sedari tadi hany pura-pura tertidur membuka kedua bola matanya saat mendengar teriakan Giya. Dia sudah yakin gadis di depannya ini akan marah.
"Mana gue tahu." Sahut Hamzah mengangkat kedua bahunya acuh
"Gue kasih tau ya, lo kan mahasiswi baru jadi cari tahu dulu siapa orang yang bakal lo hadapain di kampus ini."
"Saya nggak peduli, saya mau kamu hapus semua postingan itu!" tuntu Giya.
"Lah kok minat sama gue, yang post siapa yang suruh hapus siapa. Gue aja nggak tau siapa yang unggah." Sahut Hamzah masih sangat santai.
"Udah Gi, biarin aja orang kayak gitu mending sekarang kita keluar, jangan urusin dia." Jia yang sedari tadi diam kini membawa Giya segera keluar dari dalam kelas.
Baru saja mereka akan keluar kelas, tapi di depan sudah ramai mahasiswi. "Mau apa mereka?" tanya Giya menatap Jia penasaran.
"Yah, mereka itulah fans-fans panatik Hamzah."
"Bodo amat lah Ji, mereka mau ngomong apa nanti yang penting sekarang aku mau keluar dari kelas ini."
"Kamu yakin." Giya mengangguk ragu, tapi dia tetap berjalan keluar dari kelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments