Bab. 5. Menyesal

Arisha kini tengah menangisi kondisinya, ia tidak menyangka bahwa apa yang mereka lakukan saat itu, menumbuhkan benih di dalam rahimnya.

"Arga, ya aku harus mengatakan hal ini kepada Arga. Bukankah besok Arga berjanji akan datang untuk menemui ku di kampus."

"Ya aku harus mengatakan bahwa aku sedang mengandung anaknya. Ia harus bertanggungjawab atas anak yang ada didalam rahim ku." ucap Arisha lirih.

Arisha kembali menangis, ia benar-benar tak tau harus melakukan apa saat ini. Sesaat kemudian terdengar sebuah ketukan pintu dari luar.

"Arisha bolehkah aku masuk ?." tanya Willy sahabatnya.

"Masuklah !" jawab Arisha dengan pelan.

Perlahan pintu terbuka dan terlihat Willy masuk dengan membawa sebuah parsel buah. Melihat itu Arisha segera bangkit dan ia duduk sambil meminta buah jeruk yang ada didalam parsel tersebut.

"Arisha aku dengar kau sedang sakit, jadi aku memang sengaja membawa ini untukmu. Makanlah jika memang kau menyukainya." ucap Willy sambil memberikan apa yang dibawanya.

"Terimakasih, aku tiba-tiba ingin sekali makan buah jeruk itu." jawab Arisha dengan jujur.

"Arisha apakah kau sudah pergi ke Dokter ? Jika belum mari aku antar." ucap Willy.

Arisha terdiam mendengar ucapan sahabatnya itu. Mana mungkin ia berkata jujur saat ini. Sementara ia belum mengetahui bagaimana reaksi Arga setelah mendengar penjelasannya.

"Lho kok malah diem ? Dijawab udah kek belum kek bukannya bengong Arisha." ucap Willy.

"Sudah aku baru saja pulang dari rumah sakit." jawab Arisha kemudian.

"Lalu bagaimana hasilnya ?." tanya Willy penasaran.

"Aku baik-baik saja, setelah meminum obat pasti akan segera sembuh." jawab Arisha sambil mengunyah jeruk yang sudah ia kupas.

"Syukurlah jika begitu. O ya Arisha, kedatangan ku kali ini sekalian aku ingin berpamitan jika besok aku harus ikut kedua orang tuaku untuk pindah ke luar kota."

"Kebetulan ayahku pindah tugas, jadi kami harus segera pindah ketempat kerja ayah yang baru. Aku harap kita masih menjadi sahabat meskipun aku harus pergi ke luar kota." Jelas Willy.

Arisha langsung memeluk tubuh sahabatnya itu dengan erat. Air matanya kembali menetes. Ia sangat sedih sekali mendengar ucapan Willy.

Saat ini ia tengah rapuh dan sangat membutuhkan teman untuk berbagi tapi ternyata sahabatnya sejak dibangku SMP itu harus segera pergi meninggalkan dirinya dengan segudang masalahnya.

"Arisha jangan menangis, aku bukannya pergi untuk selamanya, aku hanya harus pindah keluar kota itu saja tidak lebih." ucap Willy sambil membalas pelukan sahabatnya itu.

Keduanya saling berpelukan, selam tak rela jika harus segera berpisah. Setelah puas mencurahkan perasaannya, kedua saling pandang dan tersenyum.

"Lalu siapa yang akan menjadi sahabat ku Willy. Arga sudah pergi dan kini kau juga ingin pergi." ucap Arisha sambil menghapus air matanya.

"Arisha, aku cuma pindah saja, tidak seperti Arga yang pergi dan tak kembali." ucap Willy dengan cemberut.

"Kau ini selalu saja mengatakan bahwa Arga pergi dan tak kembali. Besok ia kan datang tau, apakah kau yakin tidak ingin bertemu dengannya ?." tanya Arisha.

"Sebenarnya aku ingin sekali bertemu, akan aku hajar dia karena telah membuat mu bersedih hati. Ia harus bertanggungjawab itu." ucap Willy.

Hati Arisha terasa sakit saat mendengar ucapan sang sahabat, meskipun sebenarnya bukan itu yang Willy maksud.

"Kalau begitu kau jangan pergi sebelum kau menghukum Arga." jawab Arisha.

Willy hanya tersenyum mendengar ucapan Arisha. Meskipun ia ingin sekali bertemu dengan Arga namun ia tetap harus segera pergi meninggalkan kota ini, dan harus pindah ke kota lainnya.

"Maaf ya Juliet aku harus pergi, dan yang pasti aku tidak ingin disebut sebagai obat nyamuk. Apalagi sang Romeo sudah lama tak datang." ucap Willy.

Lagi-lagi Arisha hanya bisa tersenyum pahit mendengar ucapan Willy. Seandainya saat itu ia memilih untuk bergabung dengan yang lainnya, pasti hal ini tidak akan ia alami.

Pasti saat ini ia tengah fokus terhadap kuliahnya, sekaligus mengawali bisnisnya untuk bisa menjadi seorang pengusaha sukses.

Tapi lagi-lagi impian itu harus ia kubur dalam-dalam, karena tak mungkin saat ini ia bisa memulainya. Apalagi dengan kondisinya yang kini berbadan dua.

"Malah melamun, apa kau masih terbayang dengan adegan mesumnya Arga ?." ledek Willy.

"Apaan sih !." ucap Arisha dengan melemparkan sebuah bantal ke arah Willy.

Dengan sigap Willy menahannya dan melemparkannya ke arah Arisha. Keduanya kemudian tertawa terbahak-bahak.

Membuat Arisha melupakan apa yang terjadi saat ini. Mereka berdua bermain lempar bantal sambil mengenang masa-masa indah saat dibangku sekolah.

Setelah puas, Willy segera pamit. Ia harus segera berangkat untuk mengikuti kedua orang tuanya. Pindah ke luar kota dan meninggalkan Arisha dengan kondisinya saat ini.

"Arisha aku pamit dulu ya, semoga kau cepat sembuh dan kau harus sehat sebelum Arga kembali. Sampaikan salam ku untuk Arga." ucap Willy.

"Mengapa kau buru-buru sekali, tunggulah sebentar lagi." ucap Arisha.

"Maaf Arisha aku harus segera pergi. Aku pasti sudah ditunggu oleh kedua orang tuaku." ucap Willy.

Setelah mengatakan hal itu, Willy segera berpamitan kepada kedua orang tua Arisha. Sementara Arisha seakan tak rela jika harus berpisah dengan Willy.

"Hati-hati dijalan, jangan lupa untuk menelfon setelah kau sampai." ucap Arisha sambil memeluk tubuh Willy.

Willy hanya tersenyum sambil membalas pelukan Arisha. Setelah itu ia akhirnya pergi meninggalkan Arisha yang sedang terpuruk itu.

Kini tinggal Arisha yang harus berjuang untuk mendapatkan pertanggungjawaban dari Arga. Hanya saja Arisha tidak yakin apakah Arga mau bertanggung jawab atau tidak.

Arisha kembali masuk kedalam kamarnya, ia kembali menangis meratapi nasibnya saat ini. Dengan lembut Arisha membelai perutnya yang masih rata itu.

"Nak kau harus kuat, kita akan berjuang bersama-sama apapun yang akan terjadi nanti. Jangan jadi anak yang lemah kau harus kuat." ucap Arisha sambil mengelus perutnya.

Meskipun Arisha tidak tau bagaimana nantinya, namun ia bertekad akan membesarkan anak yang kini ada didalam kandungannya.

Apa yang dikatakan oleh Dokter itu benar, bahwa anak yang ada didalam kandungannya saat ini berhak untuk hidup dan mendapatkan penghidupan yang layak.

Ia berhak untuk hidup bahagia meskipun dengan ataupun tanpa seorang ayah. Arisha harus kuat demi bayi yang kini ada didalam kandungannya.

Sementara sang ayah sangat kecewa dengan apa yang terjadi pada Arisha. Putri yang selama ini ia banggakan ternyata malah mencoreng nama baik keluarga.

Gadis itu kini telah hamil diluar nikah, bahkan ia tau jika Arga adalah bapak dari bayi yang ada didalam kandungan putrinya itu.

Namun hal itu yang membuat sang ayah khawatir, karena tidak mungkin Arga bertanggung jawab atas kehamilannya Arisha.

Terpopuler

Comments

Zaqian Laili

Zaqian Laili

Arga sungguh kejam, lebih memilih karir dari pada darah dagingnya sendiri

2023-07-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!