Semalam, Azalea tidak bisa tidur dengan nyenyak. Matanya sudah mengantuk, tetapi kepalanya terlalu riuh oleh kemungkinan yang akan terjadi pagi ini.
Pagi-pagi sekali, ponselnya telah berdering, Mona yang menghubungi menanyakan acara kencannya malam tadi. Azalea menjawab dengan lesu. Ia tidak membicarakan tentang sandiwara yang dilakukannya.
“Cowoknya ganteng, ‘kan?”
Pertanyaan itu berhasil mengantarkan ingatan Azalea pada ciuman pertamanya yang tercuri. Tanpa sadar, Azalea tersenyum dengan jari telunjuk meraba bibir.
“Gue yakin sekarang lu lagi senyum membayangkan wajah tampannya,” sahut Mona meledek.
“Sialan, lu. Udah ah, gua mau bangun.”
“Dih, bentaran dong. Enggak asik banget. Cerita yang lengkap.” Mona masih mendesak, tetapi Azalea tidak peduli. Ia memutus sambungan telepon mereka secara sepihak.
Azalea melemparkan ponsel secara asal ke ranjang, lalu beranjak turun untuk menuju kamar mandi mengabaikan panggilan yang kembali berbunyi. Ia sudah tidak bisa tidur lagi.
Usai mencuci wajah, menggosok gigi dan mencepol rambutnya secara asal, Azalea langsung turun ke lantai bawah menuju ruang makan. Perutnya sudah keroncongan minta diisi. Semalam, dirinya benar-benar tidak bisa makan dengan cara yang baik.
“Hei, mandi dulu dong! Calon suami udah datang, udah rapi. Kamunya belum mandi begini.” Maryam, mamanya Azalea geleng-geleng kepala melihat polah putri bungsunya itu. “Reynand di ruang tamu, lagi ngobrol sama Papa. Sana cepet mandi,” ujarnya penuh penekanan yang langsung dipatuhi Azalea.
Tiga puluh menit kemudian, barulah Azalea kembali turun. Ia kebingungan saat mendapati ruang tamu telah kosong.
“Cari siapa? Reynand bentar lagi datang,” kata Samuel, papanya Azalea melewati putrinya yang kini menatap penuh tanya.
“Gimana, Pa?” tanya Maryam sambil menyiapkan sarapan untuk suaminya.
“Tadi pulang karena ditelepon sama Pak Emery,” jawab Samuel sebelum menyeruput kopi di hadapannya.
“Mereka setuju dengan putri kita?” Maryam kembali bertanya. Ia duduk di samping Samuel, tangannya menahan cangkir yang telah sampai di bibir suaminya itu. “Nanti lagi ngopinya, udah, kan tadi sama Reynand.”
Samuel menurut. Ia mengurungkan niat untuk menikmati secangkir kopi lagi. Diletakkannya kembali cangkir itu ke tatakan. Tatapannya kini serius menatap Maryam yang menunggu jawaban.
Sementara itu, Azalea juga tidak ingin ketinggalan berita. Ia ingin mengetahui nasibnya di masa depan yang sedang dipertaruhkan. Ia duduk di hadapan sang mama dalam diam. Jantungnya berdetak kencang, menunggu setiap cerita yang disampaikan.
“Pak Emery meminta pernikahannya dipercepat. Dia enggak mau buang-buang waktu.” Bertepatan dengan itu, asisten rumah tangga datang mengabarkan jika Reynand telah datang. “Kok, cepat banget?”
Ketiganya berjalan keluar menyambut kedatangan sang tamu. Bertapa terkejutnya Azalea mendapati Reynand datang bersama seorang lelaki tua. Bukan itu yang membuat jantungnya seakan terlepas dari sarangnya, melainkan apa yang dibawa di belakang mereka.
Samuel mendatangi Emery, menjabat tangan lelaki itu sebagai bentuk kesopanan. Keduanya tersenyum lebar, ia pun langsung mengajak tamunya duduk di ruang tamu.
“Saya tidak mau berlama-lama. Niat baik sudah sepatutnya dipercepat bukan?” Emery bermonolog yang dibalas dengan anggukan Samuel. “Saya ke sini untuk melamar Azalea, putri kedua keluarga ini. Bagaimana Pak Samuel?”
Keheningan seketika menyelimuti ruangan itu. Azalea bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri. Ia menyembunyikan wajah dengan menunduk dalam, tidak berani mendongak walaupun sangat penasaran dengan ekspresi Reynand saat ini.
“Kalau saya, sih, setuju saja Pak Emery. Tapi, semua keputusan ada di tangan Azalea.” Suara Samuel sedikit memberikan ketenangan kepada Azalea.
Azalea mendongak, menatap sang papa. Namun, ia juga tidak bisa mencegah rasa ingin tahunya akan ekspresi Reynand. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Reynand juga tengah menatap kepadanya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Detik itu juga, kepala Azalea kembali tertunduk antara malu dan resah kerana kepergok lelaki itu.
“Tapi, seperti yang sama-sama kita ketahui kalau Azalea masih kelas sebelas. Usianya baru enam belas tahun, Pak ....” Detik itu juga terdengar suara batuk Reynand. Sedangkan Azalea memejamkan mata, merasa bersalah sekaligus malu karena sandiwaranya terbongkar. “Saya pikir kalau acara pernikahan mereka dirahasiakan atau kita tunda dulu sampai Azalea lulus sekolah.” Samuel berkata sopan.
“Kakek, bisa kita bicara sebentar.” Suara Reynand terdengar dingin sampai menusuk tulang Azalea.
Hawa dingin menyergap sekujur tubuh Azalea. Seolah, nyawanya telah tercabut dari raga. Darahnya pun membeku seketika.
“Sebentar. Tidak masalah kalau menikah dengan rahasia dulu, untuk pesta bisa kita bicarakan selanjutnya. Sekarang juga kita nikahkan mereka, Pak Samuel—“
“Kakek!” sergah Reynand cepat. Ia merasa tidak terima dengan keputusan ini. Terlebih setelah mengetahui kalau ternyata Azalea telah membohonginya secara mentah-mentah.
“Kakek tahu kamu sudah tidak sabar, ‘kan? Kapan lagi kamu dapat daun muda, ha?” Emery sengaja menggoda sang cucu. Ia benar-benar tidak mengerti dengan penolakan yang dilakukan Reynand.
Riuh tawa para orang tua kini memenuhi ruangan itu. Beberapa saat kemudian, Jasmine datang dan diperkenalkan dengan calon besan mereka. Reynand pun paham jika Azalea menggunakan status dan umur Jasmine untuk menipunya. Bodohnya ia percaya begitu saja dengan rubah kecil Azalea.
“Berarti sudah sepakat ya dengan pernikahan ini?” tanya Emery sedikit mendesak.
Samuel menoleh kepada Azalea yang kini juga tengah menatapnya. “Diamnya anak gadis tandanya setuju, Pak Emery,” katanya salah mengartikan tatapan sang putri.
“Kalau begitu kita langsung nikahkan saja.” Keputusan para orang tua tidak lagi bisa dibatalkan.
Acara sederhana dan penuh hikmah pun diadakan. Pernikahan antara Azalea dan Reynand telah berlangsung seadanya.
“Ayo cium tangan suami kamu, Azalea!” Perinta Maryam langsung dituruti oleh Azalea dengan perasaan takut.
Pikiran dan hati Azalea begitu berkecamuk saat ini. Ia tahu jika Reynand tidak akan mudah melepaskannya. Kebohongan yang dilakukannya tentu sangat berakibat fatal, dan ia tidak akan bisa lari maupun sembunyi di mana pun, sebab hidupnya kini telah berada dalam genggaman seorang Reynand.
Azalea mencium punggung tangan suaminya. Lantas, Reynand meraih pinggangnya dan melabuhkan kecupan di kening. Tidak hanya sampai di sana, lelaki itu juga melabuhkan ciuman lembut di bibir Azalea yang bergetar.
“Siap-siap dengan malam pertama kita, Istriku.” Reynand berbisik tepat di hadapan wajah Azalea usai melepaskan ciumannya.
Tepuk tangan anggota keluarga menjadi penutup acara penuh sakral itu. Setelahnya, berlanjut dengan acara makan-makan.
“Saya akan langsung memboyong istri saya tinggal di apartemen,” kata Reynand di tengah acara makan. Kalimatnya begitu tegas dengan raut yang tegas pula. Ia memastikan setiap anggota keluarga yang ada mendengar apa yang diucapkan, terutama Azalea yang harus mengerti apa yang ia inginkan.
Azalea menghentikan suapannya. Di kepalanya langsung tercetak jelas ucapan yang tadi dikatakan Reynand.
Malam pertama?
Azalea langsung menggeleng berulang kali. Demi apa pun, ia belum siap dengan ritual apa saja setelah sah menjadi istri seorang Reynand Adanu Emery, lelaki asing yang baru dutemuinya dua kali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Fitri
kk keren 😍😍😍
2023-07-03
0