Nadira masih belum menerima kenyataan yang ada. Sejak pagi ia hanya mengurung diri di kamar. Entah bagaimana cara ia untuk menjalani kehidupannya nanti.
Nadira mengambil ponsel miliknya yang tergeletak di atas meja. Ponsel itu terus berdering sejak tadi. Nadira melihat banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari salah satu teman kerjanya di toko. Nadira mulai menulis pesan bahwa ia sedang tak baik-baik saja sehingga tak bisa masuk kerja.
Nadira teringat dengan club malam tempat kesuciannya terenggut. Ia memutuskan untuk pergi ke club tersebut. Nadira pergi dengan penampilan culunnya. Karena niatnya datang kesana hanya untuk menemui Alex, bukan untuk bekerja.
Dengan menaiki ojek, kini Nadira telah sampai di depan club malam. Memang terlihat masih sepi karena masih sore. Nadira menghubungi nomor ponsel Alex karena tadi sudah sempat mengirim pesan jika ia akan datang.
Terlihat Alex keluar dari club miliknya, menghampiri Nadira yang sedang berdiri membelakanginya. "Nad," panggil Alex.
Nadira menoleh menatap Alex yang berdiri di hadapannya. Sedangkan Alex mengernyitkan kening melihat penampilan Nadira. Sempat ia tak percaya jika wanita yang berdiri di hadapannya itu adalah Nadira.
"Lo beneran Nadira?" tanya Alex.
"Iya ini aku Nadira. Beginilah penampilanku sesungguhnya," ucap Nadira.
"Lo pintar sekali nyembunyiin wajah cantik Lo, Nad. Gue nggak habis pikir," ucap Alex sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Jadi, ada urusan apa Lo datang kemari? Apa Lo mau kerja lagi disini?"
Nadira menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku hanya ingin melihat CCTV bulan lalu pada tanggal 1 Mei."
"Memangnya apa yang ingin Lo ketahui sampai nanya CCTV segala?" tanya Alex.
"Malam itu aku ternoda oleh seseorang dan sekarang aku hamil. Tentu aku ingin menyimpan rekaman CCTV itu sebagai bukti," ucap Nadira.
"Astaga, jadi selama ini Lo selalu nolak tawaran Gue karena hal itu. Maaf, Nad, kalau boleh Gue tahu, siapa lelaki yang sudah menodaimu?"
"Leon, dialah orangnya," ucap Nadira.
"Apa? Jadi dia orangnya? Lo akan sangat sulit untuk meminta pertanggungjawabannya, Nad. Orang tuanya pun pasti tidak setuju," ucap Alex dengan perasaan prihatin.
"Aku tahu, tetapi apa salahnya untuk mencoba. Walaupun pada akhirnya pasti hanya penolakan yang aku terima." Nadia menghela napasnya di akhir perkataannya.
"Ayo ikut! Gue dengan senang hati memberikan salinan CCTV yang Lo minta. Ingat, Nad, jika butuh apa-apa Lo bisa bilang Gue. Sekarang Jelita nggak ada di samping Lo, jadi hanya Gue yang bisa bantu Lo," ucap Alex tulus.
"Terima kasih banyak." Nadira senang karena sepertinya Alex begitu peduli kepadanya. Walaupun belum lama mereka saling mengenal, tetapi Nadira yakin jika Alex memanglah orang baik. Hanya saja pekerjaannya yang kurang baik.
Setelah mendapatkan salinan CCTV, Nadira langsung berpamitan untuk pergi.
Nadira akan langsung pergi menuju ke rumah Leon. Tak sulit untuk mendapatkan informasi alamat rumah anak orang paling berpengaruh di kotanya. Hanyalah bermodakan tekad yang membuat Nadira seberani itu mendatangi kediaman Leon. Ia memikirkan masa depan anaknya kelak.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 40 menit, kini Nadira sampai juga di depan bangunan mewah yang terlihat seperti istana. Ada sedikit keraguan di hatinya untuk menginjakkan kakinya ke tempat sebagus itu.
Seorang satpam menghampiri Nadira yang sejak tadi berdiri memperhatikan bangunan mewah di hadapannya. ''Permisi, maaf ada urusan apa berdiri disana? Sebaiknya Nona segera pergi karena Nona menghalangi jalan.''
''Mohon maaf jika kedatangan saya mengganggu. Saya hanya ingin bertemu dengan Kak Leon,'' ucap Nadira.
''Tuan Leon ada di dalam. Apa sebelumnya Nona sudah memiliki janji?''
Nadira diam sambil menggelengkan kepalanya. Ia datang memang tanpa janji apa pun. Hanya bermodalkan tekad, ia bisa berdiri di depan rumah yang terlihat seperti istana itu.
Leon yang sedang duduk di teras, tak sengaja menatap ke luar. Ia melihat satpam yang sedang mengobrol bersama seorang wanita. Karena penasaran, Leon pergi ke depan untuk mengeceknya.
''Wah wah ... lihatlah! Siapa yang berani datang kemari?'' ucap Leon dengan nada bicara tak bersahabat.''
''Kak Leon, saya mau bicara penting,'' ucap Nadira.
Leon mengernyit heran, tak percaya jika Nadira datang ke rumahnya untuk menghampirinya. Namun, karena penasaran dengan apa yang akan Nadira katakan, tentunya Leon mengijinkannya masuk. Saat ini keduanya berada di ruang depan rumah itu.
''Sekarang katakan, apa maksud kedatangan Lo kemari?'' tanya leon penasaran.
''Aku hamil anak Kak Leon,'' ucap Nadira.
Seketika Leon langsung tertawa lepas. Ia geli mendengar perkataan Nadira yang tak masuk akal. Bagaimana mungkin ia menghamilinya sedangkan melihat penampilannya saja membuatnya muak.
''Lo gila? Beraninya Lo ngaku-ngaku hamil anak Gue. Bisa saja Gue tuntut Lo dengan tuduhan pencemaran nama baik,'' kata Leon.
Nadira mengambil flashdisk dari dalam tas kecil yang ia kenakan lalu memberikannya kepada Leon. ''Disini ada rekaman CCTV yang bisa Kak Leon lihat. Lebih tepatnya rekaman CCTV di club milik Kak Alex.''
''Gue penasaran dengan barang bukti yang Lo bawa ini. Jangan-jangan ini bukti yang sudah Lo palsukan,'' ucap Leon menuduh.
''Sebaiknya Kak Leon melihatnya dulu baru berkomentar,'' ucap Nadira.
Leon bergegas pergi ke kamarnya mengambil laptop. Sedangkan Nadira masih duduk disana seorang diri. Dari jarak jauh, terlihat orang kepercayaan orang tua Leon sedang memperhatikannya.
Kini Leon kembali menghampiri Nadira dan duduk di hadapannya. Leon mengambil flashdisk yang tergeletak di atas meja. Mencoba membuka file yang Nadira maksud.
Kedua mata Leon terbelalak saat melihat tayangan CCTV dirinya berada di club malam dan masuk ke sebuah ruangan VIP. Disana terlihat seorang wanita yang sudah menunggunya. Leon beralih menatap Nadira untuk mengetahui apa yang di maksudnya.
''Ini emang Gue dan Gue sudah lama menjadi langganan di club itu. Apa masaahnya dengan Lo? Lalu kenapa Lo ngaku-ngaku hamil anak Gue?''
''Putarlah video itu sampai habis!'' pinta Nadira.
Leon kembali memutar video itu. Ia sempat tak percaya saat dirinya ternyata mencoba melecehkan pelayan club yang ada di ruangan itu. Seingatnya, malam itu ia meniduri Vanesa, mantan kekasihnya, bukan pelayan club seperti yang ada di rekaman CCTV.
''Bagimana mungkin itu terjadi? Gua nggak mungkin meniduri wanita itu?'' ucap Leon sambil menggelengkan kepalanya.
''Itu memanglah Kak Leon dan malam itu sedang mabuk. Jadi, apa pun bisa terjadi malam itu termasuk menodai wanita tersebut yang tak lain adalah saya,'' ujar Nadira.
''Ckck ... Lo mau nipu Gue? Jelas-jelas penampilan Lo berbeda dengan gadis yang ada di club malam itu,'' ucap Leon.
Nadira mulai melepaskan ikat rambutnya. Lalu melepaskan kaca mata tebalnya dan tak lupa merapikan penampilannya di hadapan Leon. Kedua mata Leon terbelalak, merasa tak percaya dengan kenyataan yang baru saja di lihatnya. Upik abu seperti Nadira ternyata mempunyai paras yang sangat cantik.
''Waw ternyata Lo cantik juga, culun. Apa dengan kecantikan itu Lo mau menjerat lelaki kaya seperti Gue? Jadi, Lo dengan sengaja datang kesini dengan pura-pura hamil dan minta Gue tanggung jawab, begitu?''
''Apa Kak Leon tidak berniat untuk bertanggung jawab dengan darah dagingnya sendiri?'' tanya Nadira.
''Hahaha ... Itu sudah alasan klasik untuk seorang wanita dari kalangan bawah seperti Lo. Pasti Lo emang sengaja menjerat lelaki kaya seperti Gue agar mau menikahi Lo dan nantinya Lo bisa hidup enak,'' ucap Leon menuduh.
Nadira merasa sakit mendengar perkataa Leon. Mungkin dari awal kedatangannya kesana memang salah. Sudah pasti Leon tak percaya dan pastinya tak mungkin mau bertanggung jawab.
''Maaf jika kedatangan saya sudah mengganggu. Saya permisi dulu. Lupakan saja apa yang sudah saya katakan tadi. Saya akan membesarkan anak ini seorang diri,'' ucap Nadira dengan penuh kekecewaan dalam hatinya.
Nadira pergi begitu saja tanpa menunggu komentar dari mulut Leon. Bahkan bukti satu-satunya yang ia punya ia tinggalkan begitu saja. Nadira sudah tak peduli lagi dengan pengakuan dan tanggung jawab Leon. Seharusnya dari awal ia sadar diri jika tak mungkin Leon akan menerimanya. Orang terpandang seperti Leon bisa dengan mudah melakukan apa pun untuk menghilangkan jejak bahkan bukti yang ada.
'Apa yang harus aku lakukan ke depannya? Aku tidak mampu membesarkan anak ini seorang diri," gumam Nadira sambil mengelus perutnya yang masih rata. Rasa sesak di dalam dadanya membuat air matanya sejak tadi tak bisa berhenti menetes.
.....
.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Azrilali Ali
sabar ya nadira
2023-08-07
0