Sejak kejadian malam itu Nadira tak mau lagi menggantikan Jelita bekerja. Ia juga lebih sering diam tak seperti sebelumnya. Bahkan beberapa kali Nadira mencoba menghindari Jelita.
Terlihat Jelita menghampiri Nadira yang sedang duduk sendirian.
''Nad, Gue mau bicara sama Lo.'' Jelita menarik kursi yang ada di samping Nadira, lalu duduk disana.
''Bicara apa?'' Nadira mengalihkan arah pandangnya hingga kini menatap sahabatnya.
''Besok Gue mau pindah kuliah ke luar kota. Maaf baru bicara sama Lo. Gue bingung mau memulainya dari mana. Gue nggak tega ninggalin Lo sendirian,'' ujar Jelita.
Air mata Nadira seketika keluar begitu saja. Merasa tak rela untuk berpisah dengan sahabatnya. Walaupun Jelita suka menyusahkan, tetapi jika tidak ada dirinya entah siapa lagi yang mau berteman dengan Nadira.
"Jel, kenapa baru bicara sekarang?" tanya Nadira dengan penuh kekecewaan.
"Maaf." Hanya satu kata itu yang keluar dari mulut Jelita. Ia menunduk lesu, merasa tak tega kepada sahabatnya.
"Aku tak mungkin melarangmu pergi. Biar bagaimana pun aku dukung keputusanmu. Jangan lupakan aku ya! Kembalilah jika kamu merindukanku." Nadira langsung menghambur ke dalam pelukan sahabatnya itu.
''Lo emang sahabat terbaik Gue Nad,'' ucap Jelita sambil melepaskan pelukannya kembali.
Nadira dan Jelita saling pandang dan tersenyum. Sebagai tanda perpisahannya, Jelita berniat mengajak Nadira makan malam bersama di restoran mewah yang belum pernah Nadira kunjungi. Mereka akan memanfaatkan waktu berdua tanpa ada orang lain yang mengganggu termasuk kekasih Jelita.
''Gue tunggu Lo nanti malam ya. Alamatnya nanti Gue share ke nomor Lo,'' ucap Jelita kepada Nadira.
''Kita tidak pergi bersama?'' tanya Nadira memastikan.
Jelita menggelengkan kepalanya. ''Tidak dong, kan nanti malam Gue mau bikin surprise buat Lo.''
Nadira semakin bingung dengan apa yang sedang Jelita rencanakan. Namun, selama itu bukan hal yang negatif, Nadira pasti akan menurutinya. Akhirnya Nadira mengiyakan permintaan Jelita.
''Baiklah, nanti malam aku pergi sendiri saja,'' ucap Nadira.
....
....
Sudah satu bulan sejak kepergian Jelita. Kini Nadira menjalani hari-harinya seorang diri. Teman satu kampusnya tidak ada yang mau berteman dengannya karena penampilan Nadira yang terlihat kampungan tentunya tidak level dengan mereka. Nadira tidak mau ambil pusing. Lagian ia berniat kuliah untuk menuntut ilmu, bukan untuk eksis saja seperti beberapa mahasiswi pada umumnya.
Seperti biasa, saat jam istirahat tiba Nadira duduk sendirian di tangga sambil menikmati sepotong roti yang ia beli tadi pagi. Nadira sekali pun tak pernah menginjakkan kakinya ke kantin, karena menurutnya harga makanan disana sangat mahal.
Leon dan gengnya menuruni tangga dan sengaja berhenti di dekat Nadira.
''Lihat guys, ada gembel nih,'' ucap Leon kepada para sahabatnya.
''Enaknya di apain ya?'' tanya salah satu dari mereka yang benama Reno.
''Kita buang saja ke laut haha ... '' Tawa Leon menggelegar diikuti oleh teman-temannya yang juga menertawakan Nadira.
Nadira hanya diam saja. Sudah biasa ia di tertawakan seperti itu oleh semua orang di kampus. Leon yang merasa diabaikan oleh Nadira merasa geram. Ia merebut roti yang ada di tangan Nadira lalu membuangnya.
''Beraninya Lo nyuekin kita cupu,'' ucap Leon dan kini ia mengambil tas milik Nadira.
Leon mengeluarkan semua benda dari tas itu dan melemparkannya ke lantai. Para mahasiswi yang melihat itu mulai berkumpul dan menyaksikan apa yang sedang Leon lakukan. Leon menemukan sebuah cek dari tas milik Nadira dengan jumlah angka yang cukup fantastis yang tertulis disana.
''Wah lihat nih guys, ternyata si cupu punya cek juga loh. Sepertinya ini pemberian dari om om,'' ucap Leon sambil memperlihatkan nominal yang tertulis di cek itu.
''Kembalikan!'' Nadira mencoba merebut satu-satunya harta berharga yang ia miliki. Namun, Leon sama sekali tak membiarkannya merebut cek itu dari tangannya.
Sebenarnya itu adalah cek pemberian dari Jelita sebelum pergi ke luar kota. Hanya saja cek itu belum Nadira cairkan karena ia rasa untuk saat ini belum terlalu membutuhkan uang dalam jumlah besar.
Tanpa rasa kasihan, Leon mulai menyobek cek tersebut menjadi beberapa bagian. Nadira menganga tak percaya dan kedua matanya berkaca-kaca. Sedangkan para mahasiswi yang menyaksikan itu bersorak senang.
Leon dan gengnya pergi bergitu saja setelah puas melihat Nadira menderita.
Nadira menangis tersendu-sendu, merasa begitu sakit karena selalu di perlakukan tidak baik oleh teman satu kampusnya. Padahal selama ini ia tak pernah sekali pun memiliki kesalahan kepada mereka. Namun, beberapa dari mereka sendiri yang mencari-cari kesalahan dengannya.
Nadira berlari pergi menuju ke toilet karena rasa mual yang tiba-tiba ia rasakan. Di dalam toilet pun beberapa mahasiswi saling berbisik melihat Nadira. Mereka bergosip jika Nadira sedang hamil anak om-om.
Ketika hendak keluar dari toilet, tiba-tiba Nadira terjatuh tak sadarkan diri. Salah satu dari mahasiswi yang melihat kejadian itu bergegas keluar mencari bantuan. Tak lama datanglah beberapa pemuda dan mulai mengangkat Nadira. Ia dibawa menuju ke ruang UKS.
Kini Nadira sudah di tangani oleh seorang dokter wanita yang bertugas di kampus itu. Tak lama Nadira pun mulai membuka kedua matanya yang tampak berat. Ia menatap ke sekeliling, melihat dosen pembimbingnya sedang bercengkerama dengan dokter yang tadi memeriksanya.
''Kenapa aku ada disini?'' Nadira berucap lemah.
Mereka berdua mengalihkan arah pandangnya menatap Nadira. Terdengar helaan napas dari dosen yang selama ini sangat membanggakan Nadira. Namun, sekarang prestasi yang selama ini ia tonjolkan tertutup oleh skandal yang bisa mencoreng nama kampus.
''Kamu sudah sadar? Bapak sangat keewa sama kamu, Nad. Bisa-bisanya kamu hamil di luar nikah saat masih kuliah,'' ucap Pak Bima.
''Hamil? Maksud Bapak apa?'' Nadira bingung seolah tak mengerti.
''Setelah saya perksa kemungkinan kamu sedang hamil, Nad. Coba kamu cek pakai ini,'' ucap sang dokter sambil menyodorkan testpack yang sedang ia pegang kepada Nadira.
Nadira masih terdiam sambil memegang testpack yang ada di tangannya. Jika saja memang benar hamil, tentu itu akan menjadi masalah besar untuknya. Malam itu saat Leon merenggut kesuciannya, Nadira memang sedang dalam masa suci.
''Nad, kenapa kamu masih diam disitu? Cepat pergi cek ke toilet!'' pinta Pak Bima yang sudah tak sabar menunggu hasilnya.
''Maaf, Pak. Saya permisi dulu.'' Nadira beranjak dari duduknya lalu pergi menuju ke toilet yang kebetulan da di ruangan itu.
Beberapa menit kemudian, Nadira keluar dari toilet dengan membawa testpack di genggamannya. Sama sekali ia belum melihat hasilnya. Jujur Nadira takut jika hasilnya memang positif.
''Bagaimana hasilnya?'' tanya Dokter Rani saat melihat Nadira yang mulai mendekat.
''Saya belum melihat hasilnya, Dok,'' jawab Nadira.
''Biar saya lihat!'' Dokter Rani mengulurkan telapak tangannya, mengambil testpack dari tangan Nadira.
Terlihat raut kekecewaan dari wajah dokter Rani. Ternyata hasil dari testpack tersebut benar positif. Tak menyangka jika Nadira, mahasiswi yang terlihat lugu hamil di luar nikah.
''Kamu benar hamil, Nad. Disini terlihat garis dua,'' ucap Dokter Rani sambil memperlihatkan testpack yang sedang dipegangnya.
''Apa?'' Pak Bima begitu terkejut. Menyayangkan jika mahasiswi kesayangannya ternyata tak sebaik yang ia kira.
''Maaf, malam itu saya ternoda,'' ucap Nadira sambil menunduk. Air matanya menetes begitu saja dari sudut matanya. Tak menyangka jika kejadian malam itu menumbuhkan benih di perutnya.
''Saya sangat kecewa dengan kamu, Nad. Maaf, tapi kejadian ini harus saya laporkan kepada Dekan,'' ucap Pak Bima lalu bergegas pergi dari ruang UKS.
Beberapa mahasiswi yang sedang menguping saling berbisik. Dalam hitungan detik gosip tersebut tersebar ke semua penghuni kampus. Nadira yang baru keluar dari ruang UKS di pandang jijik oleh setiap orang yang berpapasan dengannya.
Salah satu mahasiswi menghampiri Nadira yang baru duduk di kelasnya. ''Nad, Lo di panggil ke ruang Dekan.''
''Baiklah,'' ucap Nadira dengan lemas. Ia sudah bisa menebak dengan apa yang akan terjadi dengannya.
Ternyata benar dugaannya, Nadira di keluarkan dari kampus, berikut dengan beasiswanya yang langsung di cabut oleh pihak kampus. Pupus sudah cita-cita yang sudah ia impikan selama ini. Ini bukan akhir, tetapi awal untuk ia menghadapi cobaan terberat dalam hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Azrilali Ali
jahat bgt Dion,
2023-08-07
0