Jam sudah menunjukkan pukul 22.15 tapi gadis dengan piyama berwarna putih itu masih asyik menonton tayangan drama favoritnya di handphone, besok Salma mendapatkan shift siang, jadi besok dia bisa tidur lebih lama.
Di tengah-tengah acara menontonnya Salma merasa tenggorokannya kering, ia pun mengambil gelas berbentuk kepala kucing kesayangannya di atas nakas samping tempat tidurnya, namun ternyata gelas tersebut kosong, Salma pun menjeda tayangan drama nya terlebih dahulu untuk mengambil minum di teko besar yang terletak di samping meja belajar. Namun hasilnya nihil, teko tersebut juga kosong, Salma merutuk dalam hati, padahal biasanya ia selalu rajin mengisi teko itu, karena ia malas jika harus bolak-balik ke dapur hanya untuk mengambil minum.
Dengan langkah gontai Salma pun keluar dari kamar untuk mengisi teko nya, tak lupa ia juga sudah memakai hoodie oversize untuk menutup tubuh dan rambutnya.
Langkah Salma terhenti saat melihat sesosok laki-laki dengan kaos pendek berwarna putih dan celana selutut berwarna cream sedang mengumpat di depan kompor.
Duh, kenapa ada dia lagi sih.
Rutuk Salma dalam hati, tadinya dia ingin mengurungkan niatnya mengambil air di dapur, biarlah ia kehausan daripada harus berinteraksi lagi dengan pria itu, tapi naas sebelum berhasil kabur ternyata pria berparas tampan itu sudah menyadari kehadirannya.
"Eh, Salma. Mau ngapain malem-malem kesini? Mau bikin mie lagi?"
"Eh, nggak mas, saya mau ambil air" ucap Salma canggung sambil berlalu ke arah galon yang berada di dekat kulkas.
"Oh, kirain mau bikin mie lagi" balas Askara lesu.
Karena melihat gelagat Askara yang seperti kebingungan, Salma pun bertanya "Mas, kenapa? Kompornya mati?"
Askara memutar tubuhnya menghadap Salma, lalu menunjukkan ekspresi memelas, yang membuat gadis cantik itu termenung di tempatnya.
"Gue nggak bisa nyalain kompornya," ucap Askara pelan.
Apa? Salma tidak salah dengar? Andai saja yang bicara di depannya saat ini bukan anak dari Bu Rima, pasti Salma sudah tertawa dengan kencang. Tapi karena masih mengingat kebaikan Bu Rima kepadanya gadis cantik itu pun sebisa mungkin menahan tawanya.
Salma meletakkan teko yang ada di tangannya ke atas meja, setelah itu ia pun mengambil korek api yang ada di rak tempat bumbu.
"Harus pake korek mas nyalainnya," ucap Salma sambil menyalakan kompornya menggunakan korek api yang ada di tangannya, "Nah kan, nyala"
"Percuma banget kompor mahal-mahal tapi nyalainnya harus pake korek, mending pake tungku sekalian"
Salma tertawa mendengar gerutuan Askara, tapi kalau dipikir-pikir benar juga ucapan laki-laki itu.
"Emangnya mas Aska mau masak apa?" tanya Salma, karena seingatnya kemarin laki-laki itu bilang kalau dia tidak bisa memasak.
"Masak ini" ucap Askara sambil menunjukkan bungkus mie instan di tangannya.
"Bukannya kemarin Mas Aska bilang nggak bisa masak"
"Iya, emang gue nggak bisa masak, tapi daripada besok ada berita tentang aktor yang meninggal dunia dikarenakan kelaparan, kan nggak lucu" ucap Askara, yang disambut tawa oleh Salma.
"Sini, biar saya aja yang masakin" Salma mengulurkan tangannya untuk mengambil mie instan yang ada di tangan Askara.
"Emangnya nggak papa?" Tanya Aska ragu.
"Nggak papa, kebetulan saya juga mau bikin mie" ucap Salma akhirnya, padahal tadi dia hanya berniat mengambil air, tapi setelah melihat bungkus mie instan, dia jadi lapar juga.
Dengan girang, Askara pun memberikan mie nya pada Salma.
"Thanks ya, lo emang penyelamat gue" ucap Askara hendak menepuk lengan Salma, namun dengan cepat Salma menghindar.
"Eh, sorry" Askara kembali menarik tangannya dengan canggung, sungguh ia bukan sengaja ingin menyentuh gadis cantik di depannya, tapi tadi itu gerakan refleks karena ia terlalu bersemangat.
Salma yang tidak ingin suasana berubah menjadi canggung pun langsung menyuruh Askara untuk menunggu diluar "Nggak papa, ya udah mas tunggu aja di depan, nanti kalo mie nya udah jadi, aku anter ke depan"
"Ya udah gue ke depan dulu ya," ucap Askara yang dibalas dengan anggukan oleh Salma.
Setelah Askara pergi, Salma pun langsung mengambil panci dan mengisinya dengan air, setelah itu ia letakkan diatas kompor yang sudah menyala sejak tadi.
Di tengah kegiatan memasaknya, Salma tiba-tiba saja tertawa mengingat obrolannya dengan Askara tadi, ternyata berinteraksi dengan pria itu tidak semenakutkan bayangannya, karena yang baru ia tau ternyata Askara adalah sosok laki-laki yang santai dan menyenangkan.
Sesuai dengan ucapannya tadi, setelah mie nya siap, Salma pun langsung membawanya ke ruang tengah, tempat Askara menunggu.
Askara yang tengah fokus menonton televisi pun langsung bangkit dan berniat untuk mengambil nampan yang ada di bawa oleh Salma.
"Sini biar gue yang bawa"
"Eh, nggak usah mas, biar saya aja" seru Salma saat Askara hendak mengambil nampan di tangannya, Salma jadi gugup lagi karena tangan besar Askara tak sengaja menyentuh tangannya.
Namun, Askara tak menanggapi ucapan Salma, ia tetap mengambil nampan tersebut dan meletakkannya di atas meja ruang tengah.
"Hari ini lo nggak ngerjain tugas kan?"
Dengan kening berkerut Salma pun menjawab, "Nggak"
"Bagus, jadi lo harus makan disini nemenin gue" ucap Bagas dengan kedua sudut bibir yang terangkat.
"Tapi mas-"
"Duduk."
Belum selesai berbicara, Askara sudah memotong ucapannya dengan tegas, akhirnya dengan pasrah Salma pun mendekat ke arah Askara yang sudah duduk di sofa sambil menepuk tempat kosong di sampingnya.
Namun, bukannya duduk di samping Askara, Salma malah memilih untuk duduk di lantai dan mengambil jarak yang cukup jauh dari laki-laki itu.
"Saya disini aja mas," ucap Salma sambil menarik mangkuk mie nya mendekat.
Melihat hal tersebut, Askara pun bangkit dan mengikuti Salma duduk di lantai.
"Eh, mas ngapain duduk di bawah juga?"
"Lah, lo ngapain coba duduk di bawah?" Bukannya menjawab, Askara malah balik bertanya pada Salma.
Salma yang kehabisan kata-kata untuk menjawab ucapan Askara pun akhirnya memilih untuk memakan mie nya.
"Lo suka liat acara ini nggak?" Ucap Askara tiba-tiba, Salma yang tengah fokus menikmati mie instannya itu pun mengangkat wajahnya dan menatap layar televisi di depan nya.
"Suka, biasanya kalo lagi shift malem, saya suka nonton ini sama temen di apotek" ucap Salma saat melihat tayangan ulang program pencarian bakat yang tengah jadi pembicaraan di mana-mana, karena pesertanya memiliki suara yang bagus dan tentunya dengan penampilan yang menarik.
Askara menarik kedua sudut bibirnya karena telah berhasil membuka percakapan dengan Salma. "Jagoan lo siapa?"
"Safira" ucap Salma menyebutkan nama kontestan favoritnya. Bukan tanpa alasan Salma menyukainya, selain karena suaranya yang sangat merdu dan wajahnya yang membuat semua orang refleks mengucapkan masyaAllah saat melihatnya, juga karena jalan hidup mereka yang lumayan mirip. Gadis cantik yang masih berusia 17 tahun itu sudah harus berjuang untuk keluarganya di usianya yang masih sangat muda, mirip dengan kisah hidupnya bukan?
"Cocok."
Salma mengernyitkan keningnya saat mendengar ucapan yang dilontarkan oleh laki-laki di depannya, "Maksudnya?"
Mendengar pertanyaan Salma, Askara pun mengangkat pandangannya dan menatap tepat pada kedua bola mata berwarna coklat terang milik Salma, "Iya cocok, sama-sama cantik."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
bobaa~
awww..
jangan mass, gue salting nantii
2023-12-17
0