Takdir Yang Tak Terduga
"Huh, akhirnya selesai juga. Kebiasaan banget kalo mau tutup malah rame, jadi ngaret banget kan jam pulang kita" celetuk seorang gadis berambut pendek yang sedang berbaring di atas lantai.
Salma yang sedang membereskan meja kasir pun tertawa mendengar gerutuan temannya yang saat ini tengah menikmati hembusan angin dari pendingin ruangan.
"Alhamdulillah dong kalo rame, kan kita bisa dapet bonus" sahut Salma.
"Iya juga sih, tapi kan kesel juga kalo tiap hari kaya gini. Mana akhir-akhir ini kita sering banget dapet shift malem lagi, kan gue jadi jarang keluar sama pacar gue" sungut Maudy.
Setelah melihat semuanya rapi dan bersih, Salma pun mendekati Maudy dan menepuk punggung sahabatnya itu "Ayo pulang, udah beres semuanya"
Maudy yang mendengar ucapan Salma pun dengan semangat langsung berdiri dan bersiap-siap untuk pulang. Setelah memastikan semua pintu dan jendela sudah terkunci Salma pun menghampiri Maudy yang sudah duduk di atas motor matic nya.
"Ayo" ajak Salma pada Maudy yang sedang serius bermain ponsel.
Maudy yang merasa punggungnya di tepuk pun mengangkat pandangan nya, "Udah semua?"
"Udah" sahut Salma.
"Kuy, naik" seru Maudy sambil menghidupkan mesin motornya setelah sebelumnya memasukkan ponselnya ke dalam tas.
Salma pun naik ke atas motor Maudy, tak lupa ia juga mengenakan helm miliknya. Ya, walaupun tidak punya motor, Salma memang punya helm sendiri, karena ia sering membonceng pada Maudy yang rumahnya searah dengannya, atau kalau sedang beda shift dengan Maudy, Salma akan memesan ojek online, jadi helm ini sangat berguna untuknya, karena tak jarang helm yang diberikan oleh ojek online memiliki aroma yang kurang sedap.
Tak lama kemudian, Maudy pun mulai melajukan motornya, di sepanjang jalan Salma merenung memikirkan keluarganya di kampung, sudah hampir satu tahun ia bekerja di Jakarta dan hanya 2 kali ia bisa melihat keluarganya, itu pun mereka yang datang ke Jakarta, bukan Salma yang pulang ke kampung, karena dia tidak bisa mengambil libur lebih dari 1 hari, bahkan di hari lebaran.
Ya, itulah resiko bekerja di bidang kesehatan. Walaupun Salma hanya lulusan SMK Farmasi, tapi ia sangat bersyukur karena bisa diterima di sebuah apotek yang cukup besar di ibukota, mungkin karena Salma merupakan murid yang berprestasi di sekolahnya. Jika kalian lihat nilai raport nya, kalian akan banyak menemukan nilai yang sempurna di dalamnya. Bahkan ketika baru lulus, ia sudah diterima di 2 universitas negeri, namun karena terkendala biaya akhirnya Salma pun lebih memilih untuk bekerja dan membantu kedua orang tuanya.
"Sampai" seru Maudy setelah menghentikan motornya tepat di depan kosan Salma.
Salma yang baru tersadar dari lamunannya pun langsung turun dari motor Maudy dan melepaskan helm nya, "Makasih Mody, kamu mau mampir dulu nggak?"
"Nggak usah deh, udah cape banget gue, pengen mandi" jawab Maudy.
Salma pun mengangguk, "Oke deh, kamu hati-hati ya dijalan"
"Siap, ya udah gue jalan dulu, nanti kabarin aja ya lo besok masuk shift apa"
"Oke"
Setelah motor Maudy sudah tidak terlihat lagi, barulah Salma masuk ke dalam rumah, karena kamar yang saat ini ia tempati ada di dalam rumah si pemilik kos, terpisah dengan kamar anak kos lain yang bangunannya ada di samping rumah utama, Salma juga tidak mengerti kenapa ia diberi kamar disini, padahal dari yang ia dengar dari anak kos yang lain, masih ada beberapa kamar yang kosong disana. Tapi ia tidak mau ambil pusing, lagipula kamar yang ia tempati saat ini sangat luas dan lengkap, bahkan ada kamar mandi dalamnya.
Salma membuka pintu dengan sangat pelan, takut mengganggu orang-orang yang ada di dalam rumah karena sekarang sudah hampir jam 11 malam, setelah itu ia pun langsung masuk ke dalam kamarnya yang letaknya tidak jauh dari pintu utama.
Sesampainya di kamar, Salma langsung meletakan tas dan sepatu di tempatnya masing-masing, setelah itu ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri, badannya benar-benar terasa lengket, karena walaupun ia bekerja di dalam ruangan ber-AC tapi karena harus mondar mandir kesana kemari melayani pasien dan mencari obat, tetap saja ia berkeringat.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Salma berniat untuk mendata daftar pasien hari ini, namun ia urungkan niatnya saat mendengar suara perutnya, Salma pun memegang perutnya yang baru terasa perih. Sangking banyaknya pasien hari ini ia sampai tidak sempat untuk makan malam, sepertinya makan mie instan malam-malam enak juga. Salma pun mengambil hoodie untuk menutupi rambutnya, walaupun di rumah ini hanya ada Bu Rima-pemilik kos, dan Bi Titin-asisten rumah tangga disini, namun tetap saja ia tidak nyaman jika rambutnya dilihat oleh orang lain, karena Salma sudah mengenakan hijab sejak duduk di bangku SD.
Salma pun keluar dari kamar dan menuju dapur, sepertinya Bu Rima dan Bi Titin sudah tidur, untung saja letak dapur terpisah dengan ruang utama, jadi ia tidak perlu takut jika suara memasaknya mengganggu mereka. Sesampainya di dapur Salma membuka kulkas untuk mengambil stok mie instan dan telur miliknya, walaupun Bu Rima sudah berkali-kali bilang padanya untuk menggunakan semua bahan makanan miliknya, tapi Salma tidak enak, jadi ia tetap membeli sendiri.
Saat sedang fokus menunggu mie nya matang, Salma terkejut saat tiba-tiba terdengar suara seseorang di belakangnya.
"Bi, lagi bikin mie ya? Aku mau juga dong"
Gadis dengan hoodie berwarna cream itu pun memutar tubuhnya dan menemukan seorang pria yang sedang meminum air putih di depan kulkas yang terbuka dengan posisi memunggunginya.
"Bi?" Tubuh Salma menegang saat pria di depannya tiba-tiba berbalik, "Eh sorry, sorry, gue kira tadi Bi Titin" ucap pria di depannya meminta maaf.
Selama beberapa detik mata mereka bertemu, namun dengan cepat Salma mengalihkan nya, ia yang merasa canggung pun hanya bisa menunjukkan senyuman kaku nya. Dia memang tidak bisa menyalahkan laki-laki itu karena kompor yang saat ini ia gunakan adalah kompor yang biasanya digunakan oleh Bi Titin, sedangkan anak-anak kos biasanya menggunakan kompor kecil yang ada sebelah kiri, tapi karena sejak kemarin kompor itu rusak, Bu Rima menyuruh anak-anak kos untuk memasak di kompor miliknya, sampai kompor yang baru datang.
"Maaf mas, kompor yang itu lagi rusak soalnya, jadi saya pake yang ini. Tapi, saya udah dapet izin dari Bu Rima kok buat masak disini" jawab Salma takut-takut, namun berbanding terbalik dengan Salma yang takut dimarahi karena menggunakan kompor milik Bu Rima, pria di depannya malah menahan tawa.
"Santai aja lagi, lo Salma kan?" Tanya pria yang Salma ketahui bernama Askara, dia merupakan putra tunggal Bu Rima. Namun Salma tidak pernah berinteraksi langsung dengan Askara, karena pria di depannya ini sudah tidak tinggal di rumah ini lagi.
"Iya," Salma mengerang dalam hati, kenapa juga sih laki-laki ini tidak langsung pergi saja, ia kan jadi canggung, bahkan sangking salah tingkahnya Salma malah mengaduk-aduk mie yang sudah matang di dalam panci.
"Sorry ya, gue tadi nggak liat-liat dulu"
"Iya nggak papa kok,"
"Mm, sorry lagi nih sebelumnya, tapi gue boleh minta tolong bikinin mie sekalian nggak? Gue laper" pinta Aska sambil memegang perutnya.
Salma yang melihat tingkah Aska pun terkejut, karena sosok yang ia lihat saat ini sangat berbeda dengan sosok yang biasa ia lihat di layar kaca.
Ya, Aska merupakan seorang aktor, sudah banyak film layar lebar yang dibintanginya, awalnya Salma juga terkejut saat mengetahui bahwa rumah yang saat ini menjadi tempat kosnya adalah rumah dari seorang aktor besar ibukota. Bahkan, sampai saat ini teman-teman di tempat kerjanya pun tidak mengetahui kalau idola yang mereka bicarakan setiap hari itu adalah anak dari pemilik kosnya. Kalau mereka tau, pasti mereka sudah heboh, apalagi Maudy yang merupakan fans garis kerasnya.
"Mau rasa apa?" Dengan gugup Salma pun bertanya. Mau bagaimana lagi, ia tidak mungkin menolaknya kan? Bisa-bisa ia diusir dari sini.
"Samain aja deh, thanks ya, kalo udah selesai panggil aja, gue di ruang tv" setelah mengatakan hal itu, Aska pun pergi meninggalkan dapur.
Salma yang tanpa sadar menahan nafas sejak tadi pun langsung merasa lega, karena selama hampir 19 tahun ia hidup di dunia, baru kali ini ia berduaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya, apalagi ini di tempat tertutup, walaupun di dapur, tetapi area ini terpisah dari rumah utama karena dapur ini adalah dapur bersama, jadi anak-anak kos juga bisa bebas mengakses nya.
Buru-buru Salma mengangkat mie nya yang sudah terlalu matang ke dalam mangkuk lalu menambahkannya dengan air termos, setelah itu ia kembali memanaskan air untuk memasak mie pesanan Aska.
Sambil menunggu air nya panas, Salma mengaduk mie nya agar tercampur dengan bumbu, ia menatap nanar isi mangkoknya, padahal ia lebih menyukai mie yang tidak terlalu matang, tapi apa boleh buat, ia tidak mungkin membuang mie yang sudah matang ini.
Setelah mie milik Aska matang, Salma pun mengambil nampan untuk membawa mie nya, tak lupa ia juga membawakan segelas air putih untuk laki-laki itu, anggap saja ini sebagai balas budi karena Bu Rima sudah sangat baik kepadanya.
Salma pun membawa nampan di tangannya ke ruang tv, Askara yang tadinya sedang berbaring di atas sofa sambil bermain ponsel pun langsung mendudukkan dirinya. Dengan telaten Salma menaruh semangkuk mie dan segelas air putih di hadapan Aska.
"Wah, thanks ya, maaf ngerepotin, gue nggak bisa masak soalnya" ucap Askara dengan cengiran nya.
"Nggak ngerepotin kok mas, kan sekalian. Ya udah saya permisi dulu ya" ucap Salma sambil mengangkat nampan yang masih berisi mie miliknya.
"Loh, lo mau makan dimana?" tanya Aska heran, ia kira gadis itu akan makan dengannya disini.
Dengan alis berkerut, Salma pun menjawab "Di kamar."
"Kenapa nggak disini aja? Makan bareng-bareng kan lebih enak, daripada sendirian"
"Mm... saya... mau sambil ngerjain tugas di kamar" jawab Salma gugup, ia benar-benar tidak menyangka Askara akan berbicara seperti itu.
"Oh, ya udah deh," sahut Askara dengan wajah kecewa nya. "Sekali lagi makasih ya mie nya" lanjutnya.
Salma sempat termenung selama beberapa detik saat melihat senyuman yang muncul di bibir Askara, namun dengan cepat ia menundukkan pandangannya dan mengucap istighfar di dalam hatinya.
"Iya, sama-sama mas, saya permisi dulu ya"
Setelah mengatakan hal itu, Salma pun langsung buru-buru meninggalkan Askara dan masuk ke dalam kamarnya, sesampainya di kamar Salma langsung meletakkan nampan yang ia bawa ke atas meja belajar lalu ia pun menjatuhkan tubuhnya di atas kursi.
Sungguh, ia sangat lemas sekarang, Salma mengangkat tangannya dan meletakkannya di atas dada, kenapa jantungnya berdetak begitu cepat?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments