Jadi mamahnya Caca?

"Siapa yang mau jadi mamah nya Caca?"

Tubuh Salma menegang saat mendengar suara bariton milik seorang pria yang kini sudah berdiri di depan pintu pembatas antara bagian dalam dan bagian luar apotek. 

"Ka Salma, pah" ucap Caca sambil menunjuk Salma yang wajahnya sudah memucat, rasanya ia ingin menenggelamkan diri saja di sungai amazon. 

"Caca, kamu nggak boleh tunjuk-tunjuk gitu sama orang yang lebih dewasa, nggak sopan" tegur dokter Damar dengan lembut. 

"Sorry pah" lirih gadis kecil itu merasa bersalah.

"Jangan diulangi lagi ya"

Caca menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan sang ayah. Maudy dan Mbak Manda yang merasa canggung pun pura-pura sibuk menghitung pembukuan hari ini, sedangkan Salma masih terdiam di tempatnya dengan senyuman kaku nya. 

"Salma, maaf ya kalau Caca kurang sopan" ucap dokter Damar memecah keheningan. 

"Eh, iya dok, nggak papa kok, Caca juga cuma bercanda" balas Salma.

Dokter Damar pun tersenyum, lalu pria berusia 35 tahun itu beralih menatap sang putri "Ya sudah, kalau gitu Caca bereskan barang-barangnya, kita pulang"

Caca pun mengangguk, gadis kecil itu langsung berdiri dan membereskan mainannya yang berserakan di lantai.

"Dokter udah selesai praktek nya?" tanya Mbak Manda. 

"Sudah, nanti tolong salin daftar pasien hari ini ke buku saya ya" jawab dokter Damar sambil menyerahkan buku ditangannya.

Mbak Maudy pun berdiri dan menerimanya "Siap dok,"

"Salma sudah mau pulang?" tanya dokter Damar beralih pada Salma.

Salma yang tengah membantu Caca membereskan barang-barangnya pun mengalihkan pandangannya pada lelaki dewasa yang masih berdiri di depan pintu itu. 

"Iya dok, sebentar lagi" jawab Salma dengan tangan yang masih sibuk membantu Caca.

"Mau bareng?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh dokter Damar membuat kedua wanita yang sedang duduk di depan meja kasir saling berpandangan dan menahan senyum. 

"Eh, nggak usah dok, saya masih harus closing dulu sama Mbak Manda" jawab Salma sungkan, ini memang bukan pertama kalinya dokter Damar mengajaknya pulang bersama, sebelumnya juga Salma pernah di antar pulang oleh beliau, itu juga karena paksaan Caca. 

"Udah lo pulang aja nggak papa Sal, nanti biar gue closing sama Maudy sama Nanda"

Salma langsung mengerang dalam hati saat mendengar ucapan Mbak Manda, tadi kan dia cuma mencari-cari alasan saja agar bisa menolak ajakan dokter Damar, eh malah langsung dipatahkan begitu saja, dasar Mbak Manda!

Laki-laki yang mengenakan kemeja berwarna hitam itu pun kembali menatap Salma meminta jawaban. 

"Mm, tapi-"

"Ayolah kak, pulang sama aku aja"

Caca menarik ujung baju Salma meminta perhatian, dan ya Salma tidak pernah bisa menolak jika gadis kecil itu sudah mengeluarkan puppy eyes andalannya. 

"Ya udah iya, kakak pulang sama kamu," ucap Salma sambil mengusap kepala Caca, "Sebentar ya dok, saya ambil tas dulu di belakang"

"Oke, saya tunggu di mobil ya"

Setelah mengatakan itu dokter Damar pun keluar dari apotek, Maudy yang sejak tadi sudah menahan diri pun langsung berbicara. 

"Cie, yang mau pulang bareng"

Salma yang sudah terbiasa dengan ledekan teman-temannya pun mengabaikan ucapan Maudy, ia langsung mengambil tas nya dari loker dan mengajak Caca untuk keluar. 

"Mbak, Mod, aku pulang duluan ya" walaupun sedikit gondok dengan kelakuan dua wanita di depannya, tetapi Salma tidak lupa untuk berpamitan terlebih dahulu pada mereka. 

"Iya, hati-hati lo, kabarin kalo udah ada kemajuan" jawab Mbak Manda, diikuti suara tawa Maudy. 

"Iya, nanti aku video call buat laporan"

Jawaban penuh emosi dari Salma pun mengundang tawa dari kedua wanita beda usia itu. 

Tak ingin berlama-lama mendengar celotehan teman-temannya Salma pun menarik tangan Caca untuk keluar dari apotek, setelah Caca berpamitan pada Mbak Manda dan Maudy.

***

"Ca, kasian loh itu Kak Salma nya, kamu kan udah besar masa masih di pangku sih" ucap Damar dari balik kemudi. 

Mendengar ucapan sang ayah, bukannya turun Caca malah semakin mengeratkan pelukannya di perut Salma. 

"Ca… "

"Nggak papa kok dok" ucap Salma membela Caca. 

"Tapi Caca berat loh, kaki kamu nggak sakit?"

Salma menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, kalau boleh jujur sih sebenarnya kakinya sudah mulai kesemutan, tapi ia tidak enak mengatakan nya, Salma juga tidak tega melihat Caca yang kelihatan sangat nyaman di pangkuannya. 

Melihat respon Salma yang tidak mempermasalahkan kelakuan putrinya, Damar pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. 

Sisa perjalanan mereka diisi dengan keheningan, karena si pencair suasana sudah terbang ke alam mimpinya. 

Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, akhirnya mobil yang dikendarai oleh Damar pun berhenti tepat di depan kos Salma. 

"Sebentar ya, saya pindahin Caca ke belakang dulu" ucap Damar sebelum keluar dari mobil. Karena Caca tertidur di atas pangkuan Salma, jadi dia harus memindahkan sang anak terlebih dahulu agar Salma bisa bangun. 

Salma memundurkan tubuhnya saat Damar mengambil Caca dari atas tubuhnya, setelah itu ia pun langsung keluar dari dalam mobil. 

"Aw… " Salma memekik merasakan kakinya seperti di aliri listrik saat menapak di atas tanah. 

"Kamu kenapa? Ada yang sakit?" Tanya Damar khawatir. 

"Nggak papa kok dok, cuma kesemutan aja" jawab Salma dengan ringisan yang masih tersisa di bibirnya.

"Aduh, maaf banget ya, gara-gara Caca kamu malah jadi gini"

"Eh, nggak papa dok, sebentar lagi juga sembuh" balas Salma canggung. 

"Beneran nggak papa?" tanya dokter Damar memastikan.

Salma pun berusaha untuk tersenyum dan menganggukkan kepalanya "Iya nggak papa dok, makasih ya udah anterin saya pulang"

"Sama-sama. Mm… saya anterin kamu ke dalam ya? Pasti kamu jalannya susah kan"

"Eh? Nggak usah dok, saya bisa sendiri kok. Dokter pulang aja nggak papa, kasian Caca" ucap Caca panik, bukan bermaksud tidak sopan, tetapi di kos nya memang ada larangan untuk membawa lawan jenis ke dalam kos, lagipula kakinya kan hanya kesemutan biasa bukan patah tulang. 

"Ya sudah kalo gitu saya jalan dulu ya" ucap Damar pasrah. 

"Iya dok, hati-hati"

Setelah mobil milik dokter Damar tidak terlihat lagi, barulah Salma masuk ke dalam rumah. 

"Ehem… "

Salma menghentikan langkahnya saat mendengar bunyi deheman seseorang, saat membalikkan tubuhnya ia menemukan Bu Rima yang sedang menyiram tanaman di samping rumah. 

"Eh, ibu" Salma pun menghampiri pemilik kos nya itu dan mencium tangannya. 

"Kok tumben pulang cepet?"

"Iya bu, tadi aku nggak ikut closingan soalnya, jadi langsung pulang"

"Oo… " Bu Rima menganggukkan kepalanya, "Kamu dianterin sama dokter itu lagi ya?"

"Iya bu,"

"Kayaknya dia suka sama kamu deh"

Salma menepuk dahinya pelan, sebenarnya hari ini orang-orang pada kenapa sih? Kenapa semua orang mengatakan kalau dokter Damar menyukai nya, padahal kan beliau memang baik pada semua orang, lagipula Salma lebih pantas menjadi kakaknya Caca daripada ibunya Caca. 

"Ish ibu, enggak lah, tadi itu kebetulan aja dokter Damar udah selesai praktek nya"

"Tapi kamu nggak suka kan sama dia?"

Salma sampai tersedak ludahnya sendiri saat Bu Rima melemparinya pertanyaan yang sangat tidak terduga, "Ya nggak lah bu"

Mendengar jawaban dari Salma, Bu Rima pun melebarkan senyumnya. 

"Bagus, ya udah kamu masuk sana, bersih-bersih terus makan, tadi Bi Titin masak ikan tongkol kesukaan kamu"

"Ya udah, aku masuk dulu ya bu, ibu jangan lama-lama, matahari nya lagi terik banget, nanti ibu malah pusing"

"Iya, ini sebentar lagi selesai"

Salma pun menganggukkan kepalanya, lalu melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam rumah, Bu Rima memang sebaik itu padanya, mungkin karena beliau tidak mempunyai anak perempuan, makannya Bu Rima selalu memperlakukannya seperti anaknya sendiri. Salma tak henti-hentinya bersyukur, karena sejak merantau ke Jakarta ia selalu dipertemukan dengan orang-orang yang baik. 

Terpopuler

Comments

bobaa~

bobaa~

kayaknya dokter damar beneran suka deh sama salma. soalny mbak Mandanya kok gak diajak jugaa

2023-12-17

1

lihat semua
Episodes
1 Interaksi pertama
2 Si cantik Caca
3 Jadi mamahnya Caca?
4 Interaksi kedua
5 Rumor
6 Overthinking
7 Jebakan Maudy
8 Pacar Askara
9 Meet and greet Askara
10 Khawatir
11 Perhatian
12 Perhatian (2)
13 Berita mengejutkan di pagi hari
14 Huru Hara
15 Diserbu wartawan
16 Pelukan
17 Apartemen Askara
18 Menikah?
19 Setuju?
20 Hari-H
21 Malam pertama
22 Press conference
23 Bianca
24 Resign
25 Gengsi Maudy
26 Istri yang menggemaskan
27 Bukan waktu yang tepat
28 Ciuman Askara
29 Kejadian memalukan
30 Ulang tahun Caca
31 Cemburu
32 First kiss
33 Tamu tak diundang
34 Kedatangan Bianca
35 Konfirmasi
36 Masa lalu Askara
37 Second kiss
38 Rumah baru
39 Delayed first night
40 Mandi bersama
41 Perjodohan?
42 Bertemu Bianca
43 Lingerie
44 Girls time
45 Duda tua nyebelin
46 Kucing pintar
47 Kecelakaan
48 Sweet seventeen
49 Jogging
50 Berkunjung ke rumah mamah
51 Kesedihan Caca
52 Bentakan Damar
53 Tangisan Maudy
54 Maaf
55 Malam penghargaan
56 Rencana Bianca
57 Pendaftaran
58 Campus tour
59 Jadi mamahnya Caca part 2
60 Permintaan maaf Maudy
61 Field trip?
62 Perawan tua
63 Dua wanita asing
64 Tak direstui?
65 Cemburu
66 Jalan-jalan ke Mall
67 Semakin dekat
68 Istri Damar
69 Berbohong
70 Merajuk
71 Lampu hijau
72 Minta izin
73 Murka Maudy
74 Mamah Caca
75 Saya juga mau dong
76 Berbohong
77 Berbohong lagi
78 Bertemu Bella
79 Kisah Bella dan Askara
80 Tiga berandal
81 Fakta yang mengejutkan
82 Cinta
83 Pacar Hanum
84 Terpesona
85 Surat ancaman
86 Asing
87 Berubah
88 Terluka
89 Pingsan
90 Hamil
91 Menjenguk Caca
92 Caca kangen mamah
93 Doakan saja
94 Campur aduk
95 Tangisan Salma
96 Sudah move on
97 Aku suka kamu
98 Keluarga bahagia
99 Kebohongan baru
100 Drop
101 Pemandangan yang menyakitkan
102 Hancur
103 Keguguran
104 Koma
105 Menyesal
106 Prescon, lagi?
107 Menolak
108 Emosi Agam
109 Berlian yang disia-siakan
110 Berakhir
111 Mengembalikan
112 Cerai
113 Perempuan misterius
114 Curiga
115 Siapa dia
116 Apakah dia?
117 PENGUMUMAN
118 Konsekuensi
119 Kebenaran
120 Emosi Maudy
121 Keputusan
122 Gadis yang menggemaskan
123 Tertangkap
124 Bukan pelaku utama
125 Pelaku sebenarnya
126 Penangkapan
127 Kesempatan
128 Berjalan lancar
129 Berhasil
130 NEW STORY
131 Dilarang jatuh cinta
132 Surat cerai
133 Perpisahan
134 Time flies
135 Keluarga bahagia
136 Berhasil
137 S. Farm
138 Andai
139 Terimakasih
140 Semoga tercapai
Episodes

Updated 140 Episodes

1
Interaksi pertama
2
Si cantik Caca
3
Jadi mamahnya Caca?
4
Interaksi kedua
5
Rumor
6
Overthinking
7
Jebakan Maudy
8
Pacar Askara
9
Meet and greet Askara
10
Khawatir
11
Perhatian
12
Perhatian (2)
13
Berita mengejutkan di pagi hari
14
Huru Hara
15
Diserbu wartawan
16
Pelukan
17
Apartemen Askara
18
Menikah?
19
Setuju?
20
Hari-H
21
Malam pertama
22
Press conference
23
Bianca
24
Resign
25
Gengsi Maudy
26
Istri yang menggemaskan
27
Bukan waktu yang tepat
28
Ciuman Askara
29
Kejadian memalukan
30
Ulang tahun Caca
31
Cemburu
32
First kiss
33
Tamu tak diundang
34
Kedatangan Bianca
35
Konfirmasi
36
Masa lalu Askara
37
Second kiss
38
Rumah baru
39
Delayed first night
40
Mandi bersama
41
Perjodohan?
42
Bertemu Bianca
43
Lingerie
44
Girls time
45
Duda tua nyebelin
46
Kucing pintar
47
Kecelakaan
48
Sweet seventeen
49
Jogging
50
Berkunjung ke rumah mamah
51
Kesedihan Caca
52
Bentakan Damar
53
Tangisan Maudy
54
Maaf
55
Malam penghargaan
56
Rencana Bianca
57
Pendaftaran
58
Campus tour
59
Jadi mamahnya Caca part 2
60
Permintaan maaf Maudy
61
Field trip?
62
Perawan tua
63
Dua wanita asing
64
Tak direstui?
65
Cemburu
66
Jalan-jalan ke Mall
67
Semakin dekat
68
Istri Damar
69
Berbohong
70
Merajuk
71
Lampu hijau
72
Minta izin
73
Murka Maudy
74
Mamah Caca
75
Saya juga mau dong
76
Berbohong
77
Berbohong lagi
78
Bertemu Bella
79
Kisah Bella dan Askara
80
Tiga berandal
81
Fakta yang mengejutkan
82
Cinta
83
Pacar Hanum
84
Terpesona
85
Surat ancaman
86
Asing
87
Berubah
88
Terluka
89
Pingsan
90
Hamil
91
Menjenguk Caca
92
Caca kangen mamah
93
Doakan saja
94
Campur aduk
95
Tangisan Salma
96
Sudah move on
97
Aku suka kamu
98
Keluarga bahagia
99
Kebohongan baru
100
Drop
101
Pemandangan yang menyakitkan
102
Hancur
103
Keguguran
104
Koma
105
Menyesal
106
Prescon, lagi?
107
Menolak
108
Emosi Agam
109
Berlian yang disia-siakan
110
Berakhir
111
Mengembalikan
112
Cerai
113
Perempuan misterius
114
Curiga
115
Siapa dia
116
Apakah dia?
117
PENGUMUMAN
118
Konsekuensi
119
Kebenaran
120
Emosi Maudy
121
Keputusan
122
Gadis yang menggemaskan
123
Tertangkap
124
Bukan pelaku utama
125
Pelaku sebenarnya
126
Penangkapan
127
Kesempatan
128
Berjalan lancar
129
Berhasil
130
NEW STORY
131
Dilarang jatuh cinta
132
Surat cerai
133
Perpisahan
134
Time flies
135
Keluarga bahagia
136
Berhasil
137
S. Farm
138
Andai
139
Terimakasih
140
Semoga tercapai

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!