Di arena sirkuit balap
“Gimana loe udah ada kabar belom, Jod?” Tanya Alex pada Jodi yang sedari tadi berjalan mondar-mandir sambil memegang hp miliknya.
“Ponselnya, nggak aktif bro.”Jawab Jodi.
“Woi, lama banget. Mana jagoan yang loe bilang, jangan-jangan nyalinya menciut saat tahu jika orang yang menantangnya itu Ricko.” Ucap seorang laki-laki yang sedari tadi berdiri di samping seseorang yang sedang menunggangi moge berwarna hitam miliknya. Sontak saja seluruh pengunjung yang ada disana tertawa sambil menyoraki Alex dan Jodi.
“B*cot loe!” Ucap Alex.
Selang beberapa menit sebuah motor Ducati merah memasuki arena sirkuit dengan kecepatan tinggi. Motor itu berhenti tepat di samping moge hitam tadi. Embun datang ke sirkuit dengan pakaian serba hitam miliknya dan tak lupa helm fullface kesayangannya. Rambutnya ia gulung ke dalam helm sehingga tidak ada yang tahu jika ia memiliki rambut yang panjang.
“Lama banget!” Protes Alex dengan setengah berbisik.
“Sorry gue tadi keasyikan ngobrol.” Embun hanya bisa nyengir kuda dari balik helm fullface miliknya. Tentu saja tidak ada yang tahu jika saat ini dia sedang tersenyum.
“Ya sudah. Balapannya akan segera dimulai dan seperti biasa, gue mau loe selalu hati-hati.” Embun mengangguk mengiyakan.
Ricko yang saat itu berada di samping Embun merasa penasaran dengan wajah laki-laki yang sudah ia tantang. Ia memberanikan diri untuk mengajak berkenalan Embun yang ia kira adalah seorang laki-laki.
“Gue Ricko.” Ricko mengulurkan tangan berniat berkenalan dengan orang yang sudah ia tantang. Embun tersenyum sinis dari balik helmnya mengabaikan tangan Ricko yang masih terulur tanpa niat menjabat.
Merasa di abaikan Ricko menarik kembali uluran tangan miliknya. Ia semakin dibuat penasaran dengan wajah orang yang sudah ia tantang.
Seorang gadis dengan pakaian serba mini berjalan di antara Embun dan Ricko, ia memainkan syal merah yang ia bawa di tangan kanannya kesana-kemari. Tak berselang lama gadis itu mengangkat tinggi tangannya dan menjatuhkan begitu saja seraya berkata ‘Go’ tanda start telah di mulai.
Embun dan Ricko seketika melaju dengan kecepatan tinggi. Mereka saling mengejar di arena balap, mulanya Embun berada di belakang Ricko namun saat memasuki tikungan, Embun berhasil menyalipnya. Tidak ada yang mau mengalah, mereka saling memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Keunggulan Embun tak berlangsung lama karena ia harus berada diposisi kedua kembali. Balapanpun terjadi dengan sengit dan penuh ketegangan.
Lampu sorot motor pertama yang memasuki garis finish terlihat, seluruh penonton yang menghadiri acara itu bersorak sekaligus penasaran siapa yang akan memenangkan balapan hari ini.
Garis finish sudah terlihat, Embun semakin menancap gasnya seraya menambah kecepatan, ia berhasil memenangkan pertandingan malam itu dengan sangat menakjubkan. Seluruh penonton bersorak gembira akan pencapaiannya. Sedangkan Ricko harus menelan kekalahan pertamanya dengan selisih waktu sangat tipis dari Embun.
“Loe emang nggak pernah mengecewakan gue Rain.” Ucap Alex.
Embun tersenyum, tak seperti kesehariannya ia dipanggil dengan sebutan Rain saat berada di arena sirkuit. Embun melakukan itu karena ia tak ingin ada yang mengetahui identitas aslinya sebagai Embun.
“Seperti biasa bang, kalian harus rahasiain identitas gue.” Alex dan Jodi mengangguki ucapan Embun sebagai tanda menyanggupi permintaannya.
“Bagian loe akan gue transfer nanti.” Ujar Alex
“Nggak perlu, bang Alex lakukan aja seperti biasanya.” Ucap Embun.
“Loe yakin?” tanya Jodi.
“Hemm.” Embun hendak pergi namun niatnya ia urungkan karena seseorang berjalan mendekatinya.
Ricko merasa kecewa karena sudah kalah, kendati demikian ia berjalan mendekati Embun yang saat itu sedang berbincang dengan Alex dan Jodi untuk memberikan selamat.
“Selamat, loe menang.” Lagi-lagi Embun mengabaikan uluran tangan Ricko dan hanya diam mendengar ucapan selamat dari Ricko. Ricko merasa marah karena sikap baiknya yang tak disambut oleh Embun. Namun pada kenyataannya bukan tanpa alasan Embun bersikap cuek, ia melakukan itu agar identitas yang selama ini ia sembunyikan tetap tersimpan rapi. Alex yang melihat kondisi tidak kondusif berinisiatif menyela.
“Sorry bro jagoan gue mau lewat, karena ada urusan penting.” Ucap Alex.
Ricko tak langsung pergi, ia masih berdiam diri di depan Embun. Ia semakin dibuat penasaran akan orang yang beberapa waktu lalu sudah membuatnya kalah.
“Bro?” Suara Alex kembali terdengar dan menyadarkan Ricko dari lamunannya. Ricko melangkah menepi dan hanya bisa melihat kepergian Embun begitusaja tanpa ia tahu identitas aslinya.
Adit, sahabat Ricko yang saat itu melihatnya berdiri mematung menepuk kuat lengan Ricko. “Loe ngapain berdiri disini?”
“Siapa nama orang yang sudah mengalahkan gue hari ini?” Bukannya menjawab pertanyaan Adit, Ricko justru menanyakan identitas asli Embun.
“Gue denger namanya Rain.” Jawab Adit.
“Lalu apalagi info yang loe dapet.”
“Nggak ada. Mereka merahasiakannya.”
“Kenapa?”
“Entahlah. Mungkin aja ia ingin terkesan misterius atau…”
“Atau apa?” Tanya Ricko penasaran.
“Atau karena orang yang sebenarnya sudah ngalahin loe hari ini itu bukan cowok tapi cewek. Haha ...” Canda Adit.
“Menarik.” Ucap Ricko tersenyum penuh maksud.
“Gue mau loe cari tahu siapa orang itu dan loe harus laporkan identitas aslinya sama gue.” Padahal adit hanya bercanda namun Ricko menganggapnya serius karena beberapa alasan.
“Apa? Ayolah bro, gue nggak serius ngomong kayak tadi. Nggak mungkin kan kalau loe kalah sama cewek.” Ucap Adit, sontak saja ia langsung mendapat hadiah pelototan mata dari Ricko.
“Oke-oke, gue bakalan cari tahu.”
“GOOD.”
***
Embun memasuki area gerbang rumah saat jam sudah menunjukan waktu satu dini hari. Ia mematikan mesin motornya dan memilih menuntun moge kesayangannya itu agar tidak menimbulkan kebisingan yang dapat membangunkan singa yang sedang tidur.
Di garasi ia menstandartkan motor serta melepas helm dan menyimpannya di tempat yang sudah tersedia. Kemudian Embun berjalan dengan langkah mengendap-endap layaknya seorang maling memasukin rumah yang terlihat mewah, rumah yang selama ini menjadi tempat bernaungnya bersama ayah Bagas.
Klik
Bunyi kunci telah terbuka membuat Embun mendorong pintu utama, ia menunduk dan dengan sangat hati-hati mendorong pintu agar dirinya bisa masuk. Setelah masuk ia mengunci kembali pintu tersebut kemudian memutar pelan badan, masih dalam kondisi menunduk. Saat sudah menghadap ruang tamu, terlihat lampu ruang tamu dalam kondisi padam.
“Huffst… untung ayah sudah tidur, sepertinya malam ini gue aman.” Gumam Embun pelan.
Embun menegakkan badan dan dengan langkah percaya diri ia berjalan memasuki rumah, Embun pikir jika ayah Bagas sudah terlelap dalam mimpinya. Embun berjalan menaiki tangga, saat ia sudah berada pada anak tangga yang pertama tiba-tiba lampu ruangan menyala dengan terang. Embun menutupi wajahnya yang kala itu pandangannya tampak silau dan berpendar akibat cahaya lampu.
“Siapa sih yang malem-malem ngidupin lampu? ganggu pandangan mata aja.” Gumam Embun.
Deg
Beberapa saat kemudian kedua matanya membola saat ia melihat seseorang yang menatap matanya dengan tajam dan seketika itu pula nyali Embun menciut bagai plastik yang terkena panas api. Ia diam mematung seolah sedang melihat malaikat pencabut nyawa. Bahkan tenggorokannya saat ini sudah mengering.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments