Dini dan Ayu pun keluar dari rumah sakit dan masuk kedalam mobil, kemudian Ayu melajukan mobilnya menuju kantor.
Ya Ayu kerumah sakit tadi menggunakan mobilnya, yang merupakan hadiah ulang tahun dari Ayahnya. Ayu merupakan anak satu-satunya Bapak Hasan Wijayanto yang berpengaruh cukup besar di kota X. Hasan Wijayanto memiliki perusahaan yang cukup besar dan juga mempunyai beberapa villa dan restoran yang salah satunya tempat Dini bekerja.
Di perjalanan Ayu tetap fokus meyetir, tiba- tiba Dini menyuruh Ayu untuk berhenti.
“ Yu berhenti sebentar” perintah Dini sambil melihat kearah seseorang.
Ayu yang masih merasa binggung mengapa Dini tiba-tiba menyuruhnya berhenti, akan tetapi Ayu tetap menuruti perintah sahabatnya itu.
“ Din kenapa??” Tanya Ayu penasaran
“Tuh di depan ada bapak-bapak”sambil menunjuk kearah seorang bapak “ tunggu sebentar ya” kata Dini sambil keluar dari mobil hendak menghampiri seorang bapak yang terjatuh.
“isss ko aku di tinggal sih”batin Ayu dan ikut keluar dari mobil menghampiri Dini.
“Pak kenapa??,ada yang bisa saya bantu?? Tanya dini dan berusaha membantuh seseorang yang tidak lain adalah Pak Dimas Sanjaya untuk berdiri.
Pak Dimas tak menjawap pertanyan dari Dini dan terus memandang wajah Dini yang terlihat sedikit khawatir.
“Masih ada ya, wanita yang baik hati dan tulus dalam membantu” batin Pak Dimas.
Dini pun bertanya kembali yang membuat Pak Dimas tersadar dari lamunannya.
“ Bapak baik-baik saja kan??” Tanya Dini yang masih terlihat khawatir
“Eh iya Nak, Bapak baik-baik saja” sambil tersenyum.
“Apa kita antar pulang saja pak??” Tanya Dini lagi.
“ Iya pak kita antar pulang saja ya, kelihatanya bapak kecapean” sambung Ayu.
Pak Dimas tersenyum mendengar tawaran yang diberikan kedua wanita di depannya.
“ Tidak usah Nak, sebentar lagi supir saya akan menjemput” kata Pak Dimas sambil tersenyum, entah apa yang ada di pikiran pak Dimas sehingga membuat Dia tersenyum dari tadi.
“Baiklah Pak, tapi kita akan tetap menunggu sampai supir bapak datang” kata Dini
“ Iya pak betul yang dikatakan teman saya” sambung Ayu.
“ Maaf telah merepotkan kalian” kata pak Dimas.
“ Kita tidak merasa direpotkan ko, bahkan kita merasa bersyukur bisa membantu bapak", Sambung Dini
Tak lama dari kejauhan terlihat sebuah mobil yang hendak menghampiri mereka, mobil itu parkir tepat di hadapan mereka. Seorang pria keluar dari mobil dengan menggunakan kemeja berwarna putih yang terlihat begitu rapi.
“Maaf Tuan, saya terlambat menjemput, sehingga membuat Tuan menunggu lama ” kata pria itu sambil membukakan pintu mobil dan membungkukan badanya.
“ Iya tidak apa-apa Aryo” sambung Pak Dimas.
Aryo merupakan asisten pribadi Pak Dimas. Pak Dimas pun berpamitan kepada Ayu dan Dini.
“Nak Bapak pergi dulu ya” kata pak dimas lalu masuk kedalam mobil tidak lupa Dia melihat Papan nama kedua wanita itu.
“ Iya pak, hati-hati ya pak” jawab Dini dan Ayu bersamaan.
Pak Dimas pun tersenyum sambil menutup pintu mobil, mobil pak Dimas melaju meninggalkan Dini dan Ayu yang masih berdiri.
“ Yu, ayo brangkat” kata Dini sambil berjalan menuju mobil, Ayu pun mengikuti langkah Dini.
Di dalam mobil terlihat pak Dimas terus senyum-senyum sendiri entah apa yang ada di pirannya, Aryo yang melihatnya pun merasa heran tapi Dia takut untuk menanyakannya.
“ Aryo ambilkan hp saya”perintah Pak Dimas.
“ Baik Tuan” jawab Aryo sambil meberikan hp milik Pak Dimas. Pak Dimas menggambil hpnya dan segerah menghubungi Rendi.
Ayu dan Dini pun tiba di kantor. setelah selesai memarkir mobil, Ayu dan Dini pun berlari menuju Lift, di depan lift terlihat dua orang yang sedang berdiri yang tidak lain adalah Tuan Rendi dan Bima. Bima merupakan asisten pribadinya.
“ Permisi Pak kita mau lewat” kata Dini sambil melihat kearah Tuan Rendi. Rendi pun hanya melihat Dini dan Ayu tanpa bergeser sedikitpun dari tempat dimana ia berdiri.
“Permisi pak, kita mau lewat, telfonan ko di depan lift, menutup jalan tau” kata Dini sedikit kesal karena Rendi tidak bergerak dari tempat dimana ia berdiri.
Dini dan Ayu pun masuk kedalam lift dan menekan salah satu tombol yang ada di lift. Terlihat Rendi masih menatap Dini dengan tatapan dinginya.
Di dalam lift.
“ Din ko ngomongya gitu??” Tanya Ayu yang sedikit khawatir di tambah lagi dengan tatapan dingin dari Rendi.
“Ah bodo amat siapa suruh menghalangi jalan” kata Dini yang masih kesal.
Dini dan Ayu pun tiba, teman-temannya yang melihat mereka langsung menghampiri.
“ Dini, Ayu kalian dari mana?? Ko baru datang sekarang?? tanya Lila salah satu temanya.
“ Panjang ceritanya Lil, nanti saja aku ceritakan” kata Dini, sambil menuju meja dimana Dia akan bekerja, di ikuti oleh Ayu.
"Dini, Ayu, ibu Dewi menyuruh kalian datang keruangannya” kata Lila yang membuat langkah Dini dan Ayu berhenti.
“ Aduh pasti kenal marah, nasip-nasip baru pertama kerja sudah dapat marah” kata Dini, Ayu dan Dini pun menuju ruangan Ibu Dewi.
Di depan lift Dimas dan Bima masih tetap berdiri.
“ Aslamualikum Pa” kata Rendi mengangkat telefon dari papanya.
“ Wa’alaikum salam Nak” jawab Pak Dimas yang merupakan papanya Rendi.
“ Ada apa Pa tumben menelfon” Tanya Rendi penasaran.
“ Papa meyuruh kamu mencari wanita yang telah menolong Papa tadi, Papa lupa berterimakasih kepada kedua wanita yang telah menolong papa” kata Pak Dimas.
“ Tapi kan Pa, Rendi masih banyak urusan, gimana kalau Papa suruh Pak Aryo saja?” kata Rendi lembut berharap papanya akan menyetujui sarannya.
“ Tidak boleh!, harus kamu yang mewakili Papa untuk berterima kasih kepada kedua wanita itu” kata Pak Dimas dengan tegas. "Ini perintah loo, oh iya namanya Dini Andriani dan temanya, Papa lupa nama temanya, intinya kalau kamu sudah menemukan Dini Andriani harus berterima kasih kepadanya dan juga kepada temannya itu ok” kata Pak Dimas
“ Tapi Pa, Rendi belum selesai berbicara telefon sudah dimatikan.
“ Sial” kata Rendi sambil mengacak-acak rambutnya. Bima yang melihatnya tetap diam, ia takut bertanya akan membuat amarah tuan Rendi bertambah.
Rendi pun masuk di dalam lift dikuti oleh Bima.
Didalam lift.
“ Bim, cari tau perempuan tadi, semua tentangnya jangan sampai ada yang terlewatkan. Beraninya sekali Dia memarahi saya” kata Rendi dengan wajah yang berwana merah kerena berusaha menahan emosinya.
“ Baik tuan” jawab Bima yang mengerti maksut dari tuan Rendi
“ Satu lagi, cari perempuan yang bernama Dini Andriani” sambung Rendi lagi tanpa melihat kearah Bima.
“ Baik tuan, saya akan memberi tahu tuan apabilah sudah saya temukan. Rendi hanya diam mendengar jawaban dari Bima.
Rendi dan Bima pun keluar dari lift, beberapa orang yang melihatnya sedikit membungkukan badan. Rendi yang melihatnya tidak memberi respon sama sekali ia tetap berjalan menuju ruangannya.
Di ruangan Ibu Dewi
Tok tok tok, di dalam ruangan terlihat Ibu Dewi yang sibuk memeriksa kembali data-data yang telah diberikan oleh Bima.
“ Masuk..”perintah Ibu Dewi tanpa melihat siapa yang datang.
Dini dan Ayu pun masuk lalu berdiri tepat di depan meja kerja Ibu Dewi. Ibu Dewi sempat meririk mereka dan tetap melanjutkan kegiatanya
“Ada perlu apa kalian kemari??” tanya Ibu Dewi datar sambil melihat kearah Ayu dan juga Dini.
“ Saya Ayu Ibu dan ini teman saya Dini, kami berdua adalah anak magang disini Ibu” jawab Ayu gugup.
Ibu Dewi yang mendengar kata Ayu langsung mengiggat.
“ Oh kalian yang tidak ikut apeel tadi alias terlambat?” tanya ibu Dewi.
“ Iya Ibu” jawab Ayu dan Dini bersama sambil menundukan kepala.
“Kalian tahu apa kelasahan kalian” Tanya ibu dewi dengan suara sedikit lebih tinggi dari biasanya. Dini dan Ayu yang mendengarnya semakin takut.
“ Iya Ibu, kami minta maaf, kami berjanji tidak akan mengulanginya lagi” jawab Dini dan Ayu bersamaan, mereka sadar apa yang mereka buat adalah suatu kesalahan.
“ Apa yang membuat kalian terlambat” taya Ibu Dewi lagi.
“ Kami mengantar adik saya kerumah sakit, tadi pagi adik saya pingsan” kata Dini gugup. Ibu Dewi yang mendengarnya sedikit merasa ibah.
“ kalian kan bisa minta izin terlebih dahulu”kata Ibu Dewi dengan lembut.
“ Ya sudah mulai besok sampai seterusnya jangan ulangi kesalahan yang sama, kalian beleh pergi” kata Ibu Dewi tegas.
“ Baik Ibu, terimah kasih” jawab Dini dan Ayu sambil melangkah keluar dari ruangan.
“ Yu maafkan aku ya sudah membuat kamu ikut-ikutan dimarahi Ibu Dewi” kata Dini dengan wajah sedih karena merasa bersalah.
“ Udah tidak perlu difikirkan lagi, sekarang selesaikan pekerjaan kita, setelah itu kita pergi kerumah sakit" kata ayu sambil tersenyum
“ Baiklah” kata Dini. Ayu dan Dini pun melangkah menuju meja dimana mereka bekerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments