Darius, seorang pebisnis muda yang sukses dan berwajah tampan memang sangat digandrungi oleh banyak wanita. Bukan hanya wajahnya saja yang menarik perhatian para wanita yang melihatnya, tetapi bentuk tubuh Darius yang sangat atletis pun selalu mencuri perhatian di mana pun ia berada.
Darius memiliki tubuh yang tinggi, kaki yang panjang, bahu yang lebar, dan otot yang menyembul dari lengan juga perut. Sementara wajahnya sangatlah rupawan. Matanya bak mata seekor elang, dengan hidung mancung dan rahang yang keras. Kulitnya tidak terlalu putih, tetapi bersih dan terlihat sangat terawat.
Tidak sedikit wanita yang terang-terangan melemparkan diri ke dalam pelukan Darius. Berusaha menawarkan kehangatan cinta satu malam pada pria bertubuh tinggi tersebut.
Akan tetapi, Darius bukanlah tipe pria yang akan dengan mudah menerima semua tawaran menggoda itu, apalagi sampai melakukan hubungan ranjang yang menurut Darius sangat terlarang untuknya. Wajar saja jika Darius sangat menjaga diri dari godaan yang datang kepadanya, karena ia telah memiliki seorang istri dan satu orang anak. Bisa dikatakan bahwa Darius adalah tipe pria idaman seluruh wanita yang ada di muka bumi. Tampan, kaya raya, dan setia.
"Pak Darius, apa Anda sudah mendengar kabar kalau Pak Subroto membatalkan beberapa pertemuan bisnis, termasuk pertemuan sore ini yang telah kita atur dengannya."
Darius yang sedang sibuk menatap layar laptop di hadapannya sontak terkejut. Ia mengangkat wajah dari layar laptop, dan langsung memandang Nirwan, asistennya.
"Kenapa baru bilang sekarang?" keluh Darius.
Nirwan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. "Kabarnya baru tiba beberapa menit lalu melalui pesan whatsapp," ujarnya, sambil memperlihatkan layar ponselnya pada Darius.
Darius berdecak kesal. "Mendadak sekali kalau begitu. Dia tidak bisa membatalkan janji begitu saja. Apa dia tidak tahu kalau demi menemui dirinya, aku sampai harus membatalkan beberapa pertemuan penting lainnya. Hubungi dia, dan katakan kalau aku akan tetap menunggunya," titah Darius, keras kepala.
Nirwan menggeleng. "Tidak bisa, Pak, karena sepertinya nyawa Pak Subroto sedang dalam bahaya saat ini. Dia pasti tidak akan datang walaupun Anda memintanya untuk datang."
Darius mengernyitkan dahi. "Nyawanya sedang dalam bahaya bagaimana? Apa dia habis mengalami kecelakaan?" tanya Darius.
Nirwan kembali menggeleng. Kali ini sambil mendekat ke Darius. "Gosip yang beredar di grup whatsapp mengatakan kalau Pak Subroto ketahuan selingkuh, dan sekarang istrinya sedang mengamuk habis-habisan. Bahkan ada yang mengatakan kalau istri Pak Subroto akan memotong pe-nis Pak Subroto malam ini sambil menyiarkan secara langsung di Instagram."
Darius terbatuk. Refleks ia memukul puncak kepala Nirwan dengan gulungan kertas yang ada di tangannya. Apa yang Nirwan katakan sangat tidak masuk akal bagi Darius. Mungkin di bagian yang menyatakan bahwa Subroto selingkuh tidaklah mengherankan, karena Subroto memang sangat mata keranjang dan suka menggoda wanita-wanita cantik yang bekerja di kantor milik Subroto, tetapi di bagian yang menyebutkan bahwa istri Subroto akan memotong pe-nis suaminya sembari menyiarkan secara langsung, terdengar agak mengerikan dan terlalu mengada-ngada.
"Jangan sembarangan bicara, Nirwan! Setiap ucapanmu dapat menjadi bumerang bagi dirimu sendiri, jadi jangan menyebar gosip yang tidak masuk akal seperti itu." Darius menasehati.
Nirwan kembali menegakkan tubuhnya, kemudian ia berkata. "Aku tidak sembarangan bicara, Pak. Justru informasi yang beredar ini berasal dari orang terdekat Pak Subroto. Jadi, kebenarannya sudah tidak diragukan lagi," ujar Nirwan, yang terlihat begitu yakin.
Darius menutup laptopnya dan segera bangkit berdiri dari kursi yang sejak tadi ia duduki.
"Anda akan ke mana, Pak? Bukankah baru saja aku katakan kalau pertemuannya dibatalkan." Nirwan bertanya pada Darius, saat dilihatnya Darius membereskan barang-barang yang berhamburan di atas meja dan bersiap untuk pergi.
"Aku akan pergi ke gym sebentar. Untuk apa aku terus berada di kantor dan menyelesaikan semua pekerjaan ini jika Subroto tidak bisa datang untuk membicarakan kerjasama kami."
Setelah mengatakan itu, Darius langsung keluar dari ruangannya.
"Tunggu aku, Pak! Aku ikut dengan Anda."Nirwan menyusul langkah Darius dengan cepat. Sebagai asisten pribadi Darius, Nirwan memang harus terus berada di samping Darius apa pun yang terjadi.
***
Sementara itu, di luar gedung perkantoran milik Darius. Vivian dan Anita duduk di dalam mobil dengan perasaan gelisah. Keduanya sejak tadi memfokuskan pandangan ke arah pintu keluar gedung utama, menanti kemunculan Darius yang akan mereka jadikan target selanjutnya.
Vivian semakin gelisah, karena Darius tidak kunjung muncul setelah hampir dua jam lamanya ia dan Anita mengawasi gedung tersebut. Ia mengetuk-ngetuk jemari di kemudi dengan tidak sabar.
Melihat kegelisahan Vivian, Anita pun berujar, "Seharusnya sebentar lagi dia keluar, Vi, dan setelah itu dia akan pergi ke tempat gym,"desis Anita, sembari melirik Arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Apa kamu yakin kalau dia masih ada di dalam? Bisa saja dia sudah keluar, tapi kita tidak lihat," tanya Vivian.
Anita menggeleng. "Aku yakin dia masih ada di dalam. Aku sudah mengekornya selama seminggu belakangan, dan aku sangat hafal dengan pergerakannya."
Vivian mengangguk. "Aku harap sebentar lagi dia muncul, karena aku harus bertemu dengan Tristan sebentar lagi. Kami akan mengunjungi showroom mobil malam ini sebagai tamu VVIP."
Anita menepuk dahinya dengan keras. "Ah, iya aku lupa kalau sore ini kamu memiliki agenda untuk bertemu dengan Tristan." Anita kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam tas tangan miliknya, lalu mulai memeriksa memo, di mana ia mencatat semua agenda Vivian dengan beberapa orang pria yang sedang mereka seleksi.
"Tidak masalah. Aku rasa dia akan sabar menunggu. Dia tidak akan pergi ke mana pun sebelum aku datang untuk menemuinya," ujar Vivian.
Anita mencubit pinggang Vivian. "Ya, itu benar, Tristan pasti akan tetap menunggumu walaupun kamu terlambat selama 24 jam, karena Tristan tergila-gila sekali padamu," goda Anita, kemudian ia melanjutkan, "Beruntungnya memiliki wajah cantik. Mudah bagimu untuk menaklukkan pria mana pun dan membuat mereka menjadi milikmu, Vi."
Vivian tersenyum simpul. "Entahlah, apakah aku harus merasa bangga atau tidak. Aku memiliki mereka, tetapi sekaligus tidak memiliki mereka. Tidak ada enaknya menjadi wanita simpanan, Nit. Terkadang jika aku sedang berada di mode baper, aku ingin diakui di depan banyak orang sebagai seorang kekasih, tetapi semua itu kan tidak mungkin. Aku ini hanya wanita simpanan."
Bersambung,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments