"Kalian berdua lagi ngobrolin apa, kok kelihatannya seru banget?" Tanya Ali yang sudah berdiri sambil menyender di pintu kamar milik Kayla.
"Kak Ali kepo ih." Ejek Kayla pada sang kakak.
"Sayang, pulang yuk. Ini udah hampir jam 5." Ajak Ali pada sang istri.
"Ih, kak Ali kok gitu. Aku kan baru aja sampai rumah kak. Aku juga belum ngobrol banyak sama Zavira." Tolak Kayla dengan raut wajah cemberut menarik tangan Zavira untuk menahan sahabatnya itu agar tidak pergi.
"Terserah kakak dong. Zavira itu kan istri kakak." Jawab Ali lalu melangkah mendekat kearah Zavira.
"Tapi Zavira sahabat aku. Sebelum jadi istri kakak, Zavira lebih dulu jadi sahabat aku." Ucap Kayla.
"Tapi kakak lebih berhak atas Zavira. Kakak kan suaminya."
"Pokoknya nggak boleh. Kakak kenapa sih cepat banget mau pulang ke rumah. Kenapa nggak makan malam disini aja." Ucap Kayla yang mencoba untuk menahan sahabatnya untuk pulang.
"Kamu mau kan Zav?" Kini tatapan Kayla dialihkan pada sang sahabat.
Zavira bingung harus memihak pada siapa. Suami ataukah sahabat sekaligus adik iparnya? Lama Zavira terdiam sambil memandangi kakak beradik itu bergantian.
"Kak, bisa nggak kalau kita pulangnya habis magrib aja?" Tanya Zavira dengan nada lembut dan pelan kearah Ali.
"Ya, udah kita pulang ba'da magrib aja." Ucap Ali sambil tersenyum. Tangan laki-laki pun terangkat mengusap kepala istrinya yang tertutupi hijab itu.
"Giliran istri yang minta aja langsung nurut." Oceh Kayla cemberut.
"Udah ih, kak Ali keluar sana. Kayla mau ngobrol sama Zavira dulu." Usir Kayla. Ali dan Kayla memang selalu saja berdebat meski nyatanya keduanya juga saling menyayangi dan melindungi satu sama lain.
"Ya, udah kakak keluar dulu, ya, sayang. Takut yang punya kamar ngamuk terus teriak-teriak lagi kayak di hutan." Ledek Ali dan langsung keluar dari kamar Kayla.
Kayla turun dari kasur menuju pintu kamarnya dengan cepat gadis itu menutup pintu dan mengunci dari dalam. Dia tidak ingin Ali kembali mengganggunya nanti.
"Zav, aku mau nanya dong. Kamu sama kak Ali kan udah menikah 4 bulan. Apa pernah selama kamu menikah itu kak Ali nggak kasih kabar satu hari sama kamu dengan alasan sibuk misalnya?" Tanya Kayla tiba-tiba yang membuat Zavira heran dengan pertanyaan sahabatnya itu.
"Kok tumben kamu nanya soal hal kayak gitu, Kay?" Tanya Zavira yang tampak curiga dengan pertanyaan Kayla.
"Ya, nggak apa-apa. Aku penasaran aja." Jawab Kayla santai.
"Selama aku menikah sama kak Ali. Dia nggak pernah sama sekali nggak kasih kabar sama aku. Sesibuk apapun kak Ali pasti selalu ada waktu buat kabarin aku." Jawaban Zavira membuat Kayla tampak diam.
"Kalau kata kak Ali, mau sesibuk apapun seorang laki-laki kalau dia memang memprioritaskan seorang perempuan pasti dia akan selalu menyempatkan diri untuk kasih kabar." Kayla semakin dilema dan sedikit ragu. Selama 3 bulan berpacaran dengan Amran, Kayla sama sekali tidak mendapatkan semua itu. Bahkan terkadang Amran juga tidak mengabarinya atau membalas pesannya selama 2 hari dengan alasan sedang ada urusan keluarga atau urusan organisasi di kampus yang mendesak. Meski Kayla selalu percaya pada Amran bahwa laki-laki itu setia, tapi Kayla perlahan mulai ragu apa benar Amran menjadikan Kayla satu-satunya wanita yang menjadi prioritasnya atau justru Amran menjadikan Kayla salah satu di antara tumpukan orang biasa di hidupnya?
"Sekarang giliran aku yang mau nanya sama kamu Kay. Apa sekarang ini, kamu lagi dekat atau suka sama seseorang?" Tanya Zavira.
Kayla bingung harus menjawab pertanyaan Zavira dengan jujur atau justru berbohong lagi. Tapi, mungkin akan percuma jika Kayla berbohong pada Zavira, karena sahabatnya itu pasti akan tahu jika Kayla sedang berbohong.
"Aku lagi suka sama seseorang Zav." Jawab Kayla jujur.
"Udah lama?" Kayla mengangguk ragu sebagai jawaban.
"Kalau misalnya ada laki-laki nih yang tiba-tiba hadir di hidup kamu dan berani untuk meminang kamu. Apa kamu bersedia buat nerima dia dan lupain orang yang kamu cintai itu?" Tanya Zavira kembali. Seolah larut dalam pertanyaan Zavira, Kayla kini hanya bisa terus memberi jawaban pada sahabatnya itu.
"Tergantung sih."
"Tergantung gimana maksud kamu?"
"Ya, aku juga nggak mau gegabah ambil keputusan. Aku percaya aja kalau orang itu memang menjadi takdir aku. Pasti Allah akan menuntun hati aku untuk memilih dia." Jawab Kayla spontan.
Zavira manggut-manggut seolah mengerti. "Kalau aku boleh saran. Lebih baik lupakan orang yang kamu suka Kay. Jaga hati kamu untuk orang yang benar-benar menjadi takdir kamu. Jangan berikan hati kamu pada seorang laki-laki sebelum dia berani menjabat tangan Abi untuk mengucapkan akad."
"Tapi, aku udah terlanjut jatuh hati sama dia Zav. Nggak bisa semudah itu aku lupain dia."
"Insyaa Allah bisa Kay. Asalkan kamu mau berusaha dan benar-benar ikhlas untuk ngelupain dia." Jawab Zavira kembali.
Zavira memang selalu mengingatkan Kayla untuk tidak mudah menjatuhkan hatinya pada seorang laki-laki. Tapi, Kayla justru terlanjur jatuh hati pada Amran. Apa sebaiknya Kayla meminta Amran untuk segera melamarnya saja? Tapi apa Amran akan setuju? Kayla menjadi bimbang memikirkan semua itu.
"Kalau gitu aku ke dapur dulu, ya, Kay. Aku mau bantu-bantu Umi dulu." Ucap Zavira pada Kayla yang masih setia menatap lurus.
Zavira lalu melangkah meninggalkan Kayla seorang diri di kamar. Kayla kembali mengecek ponselnya dan hasilnya masih tetap sama. Amran belum mengabari ataupun membalas pesannya.
Suara azan magrib kini berkumandang memanggil semua umat muslim untuk segera menunaikan kewajiban mereka. Abi Umar dan Ali sudah berangkat ke masjid untuk salat magrib berjama'ah sedangkan Umi Nafiza, Zavira dan Kayla salat berjama'ah di rumah.
Selesai melaksakan salat berjama'ah. Zavira dan Umi Nafiza segera menuju ke dapur untuk mempersiapkan makan malam. Sedangkan Kayla masih berada di dalam kamar. Gadis itu masih menatap kosong pada ponselnya. 20 panggilan serta 15 pesan dari Kayla hanya menjadi tumpukan chat yang mendominasi percakapannya dengan Amran. Sampai saat ini Amran belum juga mengabarinya. Kayla akhirnya memilih untuk pergi ke dapur membantu uminya dan Zavira.
Keluarga abi Umar kini berkumpul untuk makan malam bersama dengan suasana tenang dan sunyi. Hanya suara piring dan sendok yang beradu di telinga Kayla. Ali melirik piring yang berada di depan adiknya. Semuanya masih utuh dan tak tersentuh oleh Kayla.
"Makanannya jangan di aduk-aduk aja dek." Tutur Ali sambil memasukkan sendok yang berisi makanan ke dalam mulutnya.
Mendengar ucapan Ali. Umi Nafiza dan abi Umar ikut menatap pada putri bungsu mereka.
"Kok makanannya nggak di makan Kay?" Tanya umi Nafiza.
"Kayaknya Kayla udah kenyang Umi." Ucap Kayla lemah.
"Kamu kenyang karena apa? Perasaan makanan di piring kamu nggak ada sisanya." Timpal Ali kembali.
"Habiskan makanan kamu Kay. Tidak baik jika makanan itu jadi mubazir. Ingat, masih banyak orang-orang di luar sana yang berjuang untuk bisa mendapatkan sesendok nasi. Kita yang Allah mudahkan untuk bisa menikmati makanan tanpa harus bekerja terlalu keras harus bersyukur dengan apa yang ada di hadapan kita sekarang ini." Nasihat abi Umar pada sang putri.
"Iya, Bi." Jawab Kayla. Gadis itu akhirnya menyantap makanan yang berada di hadapannya dengan rasa hambar.
Seusai makan malam. Zavira dan Ali pun berpamitan untuk pulang ke rumah mereka. Dan sekarang tinggal Kayla yang duduk di kursi panjang yang ada di taman samping rumahnya. Kayla mendongak menatap langit malam yang di hiasi taburan bintang-bintang.
"Kayla?" Mendengar namanya di panggil. Kayla segera menoleh dan mendapati abinya kini berjalan menghampiri kursi. Abi Umar lalu duduk di samping Kayla.
"Kamu kenapa nak? Sepertinya hari ini ada yang beda." Ucap abi Umar. Kayla masih setiap menatap dalam ke arah abinya.
"Memangnya Abi merasa Kayla hari ini aneh, ya?" Tanya Kayla tanpa melepaskan tatapannya pada abi Umar.
"Tidak aneh, mungkin hanya lebih pendiam saja dari biasanya."
Tanpa persetujuan abi Umar, Kayla menyederkan kepalanya ke pundak abi Umar.
"Kayla nggak apa-apa kok, Bi." Ucap Kayla. Hening sejenak menyelimuti suasana anak dan abi itu.
"Kayla, kakak kamu sekarang sudah menikah dan mendapatkan perempuan yang baik dan insyaa Allah solehah. Apa saat ini kamu tidak memiliki niat untuk menikah juga nak?" Pertanyaan abi Umar seketika membuat Kayla menegakkan punggungnya dan kembali menatap abinya yang saat ini sudah menatapnya.
"Kayla mau menikah jika memang sudah waktunya, Bi. Dan yang lebih penting lagi ketika Kayla sudah mendapatkan orang yang tepat." Balas Kayla lembut. Abi Umar mungkin berbeda dengan orang tua pada umumnya yang melarang anak-anak mereka untuk menikah muda dan memilih untuk fokus pada pekerjaan atau cita-citanya. Abi Umar justru ingin agar anak-anaknya segera mendapatkan pasangan agar bisa terhindar dari kemaksiatan yang saat ini banyak terjadi di kalangan anak muda yaitu pacaran.
"Kalau Abi sudah menemukan orang yang tepat bagaimana?"
Kayla tertawa kecil menanggapi abinya. Gadis itu bahkan hanya menganggap bahwa abi Umar hanya bercanda saja.
"Tumben malam-malam begini Abi bahasnya masalah pernikahan?" Tanya Kayla dan kembali bersender pada bahu abi Umar. Tangan abi Umar kini mengelus puncak kepala sang putri dengan lembut.
"Apa kamu keberatan kalau Abi bahas masalah pernikahan? Atau kamu sudah memiliki orang yang kamu suka?" Kayla tiba-tiba diam dengan pertanyaan abinya.
"Kalau memang kamu sudah menemukan orangnya. Kamu bisa meminta dia untuk ketemu Abi secepatnya." Lanjut abi Umar.
"Abi lebih baik menikahkan kamu dari pada membiarkan kamu sampai pacaran dengan laki-laki itu." Tubuh Kayla terasa menegang mendengar ucapan abinya. Kayla merasa sangat bersalah dan berdosa telah berbohong pada keluarganya selama ini. Dia telah melanggar janjinya pada abi Umar untuk tidak berpacaran.
"Ini sudah malam sebaiknya kalian masuk untuk istirahat." Suara lembut itu membuat abi Umar dan Kayla menoleh ke sumber suara. Ada umi Nafiza yang berdiri tidak jauh dari mereka.
"Iya, Umi." Ucap Kayla sambil tersenyum menatap uminya. Abi Umar dan Kayla akhirnya masuk ke dalam rumah untuk segera beristirahat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
sri hasan basri, S.Pd.
kayla cuma menuruti hawa nafsunya saja,bahkan dia tau jika keluarganya sangat taat akan autran agama. pacaran adalah hal yg dilarang tentu dia g akan melakukannya. tpi namanya manusia, godaan terbesarnya adalah hawa nafsunya sendiri dan kayla jelas kalah oleh keinginannya utk pacaran, sesuatu yg menggiring manusia keperbuatan maksiat, zinah hati dan pikiran, zinah anggota tubuh, terutama mata.
2023-08-05
3
we
kebohongan pertama akan berlanjut ke kebohongan selanjutnya
2023-08-02
0