Pagi ini Kayla sudah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan dan menyeduh kopi untuk abinya. Hari ini Kayla tidak masuk kuliah karena dosennya sedang memiliki kesibukan lain dan hanya memberi tugas untuk di kerjakan oleh mahasiswa.
Selesai membuat kopi untuk abi Umar, Kayla lalu berjalan menuju ke halaman rumah untuk menyiram tanaman. Udara pagi hari terasa begitu segar di indera penciuman Kayla. Gadis itu bersenandung kecil sembari tangannya bergerak untuk mengarahkan selang pada setiap tanaman yang ada disana.
Kayla menoleh setelah mendengar langkah kaki seseorang keluar dari rumah. Ternyata abi Umar yang muncul dengan pakaian yang sudah rapi. Kayla lalu mematikan air keran dan segera menghampiri abinya.
"Abi mau kemana pagi-pagi begini?" Tanya Kayla penasaran. Tidak biasanya abi Umar pagi-pagi sudah keluar rumah.
"Abi ada urusan sebentar sama teman Abi." Jawab abi Umar.
"Kalau gitu, Abi pergi dulu, ya. Assalamualaikum." Lanjut abi Umar.
"Wa'alaikumussalam. Hati-hati, Bi." Ucap Kayla saat melihat abi Umar berangkat dengan menggunakan mobil miliknya.
Pandangan Kayla terus tertuju pada mobil yang dikendarai abinya hingga mobil itu menghilangkan dari pandangan Kayla.
"Kayaknya urusan Abi penting banget deh. Soalnya Abi kan nggak biasa keluar sampai sepagi ini." Gumam Kayla.
Kayla sedikit penasaran dengan tingkah abinya pagi hari ini. Namun, gadis itu juga tidak ingin ambil pusing dan akhirnya memilih masuk ke dalam rumah. Kayla sibuk mencari keberadaan Uminya. Gadis itu melangkah menuju ke kamar umi Nafiza, tapi ternyata kamar itu kosong. Tidak berhenti sampai disitu Kayla kembali mencari uminya di teras samping. Karena biasanya umi Nafiza akan membaca buku sambil duduk disana. Namun, lagi-lagi Kayla tidak menemukannya. Tempat terakhir yang Kayla tahu adalah dapur. Gadis itu melebarkan langkahnya menuju ke dapur dan benar saja di sana ada umi Nafiza yang sedang sibuk mencuci piring. Di keluarga Kayla memang tidak pernah mempekerjakan seorang asisten rumah tangga. Semua pekerjaan rumah di kerjakan langsung oleh umi Nafiza.
"Umi, kok tumben Abi pagi-pagi udah keluar? Memangnya Abi ada urusan penting apa, Mi?" Tanya Kayla menghampiri umi Nafiza.
Tangan umi Nafiza bergerak untuk menggapai sebuah kain untuk mengelap tangannya yang basah sehabis cuci piring. Umi Nafiza membalikkan badan dan menatap lurus pada Kayla. "Umi juga kurang tahu sayang. Kata Abi, sahabat lamanya ingin ketemu dan membicarakan sesuatu."
"Kayaknya penting banget, ya, Umi?"
Umi Nafiza mengangguk mantap. "Sepertinya begitu."
"Oh, iya, kamu sudah selesai nyiram tanaman di depan?" Tanya umi Nafiza.
"Sudah Umi."
"Kalau gitu kamu menyapu, ya, soalnya Umi mau ngumpulin pakaian kotor dulu untuk di cuci."
"Iya, Umi nanti Kayla nyapu." Jawab Kayla. Sebelum kembali mengerjakan pekerjaan rumah. Kayla lebih dulu kembali ke kamar untuk mengecek ponselnya barangkali ada informasi penting dari dosen.
Mata Kayla fokus pada beberapa chat yang masuk di aplikasi WhatsApp-nya dan di sana tertera nama Amran. Kayla dengan cepat membuka dan membaca pesan tersebut. Wajah Kayla seketika murung setelah melihat membaca pesan dari sang kekasih yang katanya tidak sempat memberi kabar pada Kayla karena sedang sibuk.
"Lagi-lagi kak Amran nggak balas chat dari aku karena alasan sedang sibuk." Kayla tersenyum kecut menerima kenyataan itu. Ingatannya kembali berputar pada obrolannya bersama Zavira kemarin.
"Aku kenapa tiba-tiba mikir yang aneh-aneh sih soal kak Amran. Padahal jelas-jelas kak Amran itu orang yang baik. Nggak mungkin dia khianatin aku." Ucap Kayla yang berusaha untuk tetap berfikiran positif.
°°°°°°°
Di lain tempat, abi Umar sedang mengetuk sebuah pintu rumah seseorang. Tidak berselang lama, pemilik rumah membuka pintu dan melihat abi Umar yang tengah tersenyum padanya.
"Assalamualaikum." Ucap abi Umar dengan senyuman.
"Wa'alaikumusalam. Maasyaa Allah Umar, apa kabar?" Tanya pak Hamas yang merupakan sahabat lama dari abi Umar.
"Alhamdulillah baik."
"Ayo, masuk dulu." Ucap pak Hamas mempersilahkan abi Umar untuk masuk ke dalam rumah miliknya.
Kedua laki-laki paruh bayah itu kini duduk di sofa yang berada di ruang tamu. Tidak lupa mereka berpelukan beberapa saat untuk melepas rindu setelah sekian lama tidak bertemu karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Meski masih berada di satu kota yang sama, tapi jarak rumah mereka berjauhan. Butuh waktu sekitar 50 menit untuk sampai ke rumah pak Hamas.
"Hamas, saya kesini untuk membicarakan masalah perjodohan anak kita." Ucap abi Umar to the point.
Pak Hamas tersenyum mendengar ucapan dari abi Umar. "Iya, saya tahu. Sebentar, ya, saya panggil Fatih dulu."
"Fatih, nak? Ayok kesini dulu." Panggil pak Hamas pada putra sulungnya.
Seorang pemuda dengan pakaian santai datang menghampiri mereka berdua. Pemuda itu terlihat sangat tampan dengan tinggi badan sekitar 160 cm serta warna kulit kuning langsat dan hidung mancung. Tidak lupa wajah tirus dan senyuman yang memikat para kaum hama. Fatih sempat menatap sekilas kearah abi Umar dan kemudian tersenyum sebagai bentuk sapaan.
"Iya, Yah?"
"Sini nak, duduk dulu." Ucap pak Hamas.
"Kenalkan ini Umar, sahabat lama Ayah." Lanjut pak Hamas memperkenalkan abi Umar. Dengan cepat, Fatih meraih tangan abi Umar untuk bersalaman.
"Umar, kenalkan dia anakku. Namanya Muhammad Fatih Akbar, kamu bisa panggil dia Fatih atau Akbar." Ucap pak Hamas yang kini menatap abi Umar dengan senyuman.
Abi Umar terlihat menganggukkan kepala tanda mengerti. "Kalau boleh tahu nak Fatih ini umurnya berapa?" Tanya abi Umar pada Fatih.
"Umur saya 24 tahun, Om." Jawab Fatih dengan sopan.
"Wah, ternyata Fatih ini seumuran dengan anak aku Ali."
"Ali anak pertama kamu, Mar?" Tanya pak Hamas yang langsung di jawab anggukan oleh abi Umar.
"Kalau tidak salah Ali itu menikah dengan sahabat dari Kayla kan?"
"Iya, namanya Zavira. Dia sahabat dari Kayla."
"Apa Ayah nak Fatih sudah cerita tentang perjodohan nak Fatih dengan anak Om?" Tanya abi Umar sembari menatap Fatih dengan raut wajah serius.
"Sudah Om."
"Apa nak Fatih bersedia menikah dengan anak Om?"
"Insyaa Allah Fatih bersedia Om. Fatih yakin dengan pilihan Ayah." Jawab Fatih dengan tegas tanpa keraguan sedikit pun di mata laki-laki itu.
Abi Umar tersenyum senang sekaligus bahagia mendengar jawaban yang diberikan Fatih. Insyaa Allah abi Umar percaya, bahwa Fatih adalah laki-laki terbaik yang bisa menggantikan abi Umar untuk menjaga Kayla dan menuntun anaknya menuju surga Allah. Bukan tanpa sebab abi Umar menjodohkan sang putri. Abi Umar hanya tidak ingin Kayla nantinya akan terjerumus dosa karena tidak bisa mengendalikan perasaannya sendiri dan memilih untuk berpacaran seperti yang umumnya terjadi pada anak zaman sekarang. Sebelum semuanya terjadi, abi Umar sudah menyiapkan seseorang yang tepat untuk mendampingi Kayla. Dan abi Umar memilih Fatih yang merupakan anak dari sahabat lamanya sendiri.
"Kalau Kayla, apa dia sudah tahu kalau dia dijodohkan, Mar?" Kini pertanyaan itu berasal dari pak Hamas.
"Belum. Saya juga masih mencari waktu yang tepat untuk memberi tahu Kayla mengenai perjodohan ini."
"Apa perlu mereka berdua itu bertemu dan saling mengenal satu sama lain?" Usul pak Hamas.
"Semuanya terserah pada nak Fatih saja. Apa nak Fatih ingin mengenal anak Om lebih dulu?"
"Fatih rasa tidak perlu Om. Insyaa Allah Fatih yakin dengan keputusan Ayah dan Om untuk menjodohkan kami."
Abi Umar memang sudah merencanakan dari jauh hari mengenai perjodohan Kayla dan Fatih, putra dari Hamas yang merupakan sahabat lamanya. Pak Hamas sendiri sudah banyak bercerita tentang kepribadian dan sifat dari Fatih. Seiring berjalannya waktu keyakinan di hati abi Umar semakin kuat untuk menjodohkan Kayla dengan Fatih. Abi Umar ingin agar Kayla segera memiliki pendamping yang akan membimbing dan setia menggenggam tangannya menuju ke surga kelak.
Kurang lebih 2 jam mereka mengobrol dan saling bertukar pikiran serta sesekali abi Umar menceritakan tentang sosok Kayla yang masih memiliki sifat manja pada kedua orang tuanya hanya mampu membuat Fatih tersenyum menanggapi. Meski Fatih belum pernah bertemu secara langsung dengan perempuan yang akan dijodohkan dengannya, tapi semua itu tidak membuat Fatih ragu. Setelah mengobrol panjang, akhirnya abi Umar memilih untuk pamit pulang ke rumah.
Di kota yang sama dengan lokasi yang berbeda. Dua perempuan berhijab kini sedang berjalan beriringan untuk keluar dari pusat perbelanjaan. Perempuan itu adalah Kayla dan Zavira. Keduanya baru saja selesai berbelanja di mall dan keluar dengan menenteng beberapa paper bag di tangan mereka.
"Zav, kita mampir direstoran dulu, yuk! Soalnya aku laper." Ajak Kayla dengan wajah memelas menatap Zavira.
"Boleh. Kita mampir di restoran mana?"
"Hmm, restoran tempat kita biasa makan sama kak Ali aja gimana?"
"Ayuk, kalau gitu." Keduanya berjalan menghampiri taksi dengan senyuman yang menghiasi wajah keduanya. Akhirnya rasa lapar Kayla akan terbayar juga. Sejak tadi, Kayla merasa perutnya terus berbunyi karena ingin di isi oleh makanan. Untung saja Zavira berbaik hati menemaninya makan. Biasanya kakak iparnya itu sangat susah untuk di ajak makan di luar. Zavira memang lebih suka makan masakan rumah. Katanya lebih irit dan lebih enak juga.
Taksi yang di tumpangi oleh Kayla dan Zavira berhenti tepat di depan sebuah restoran. Keduanya lalu turun dan segera masuk mencari kursi kosong untuk duduk.
"Kak Ali kirim pesan katanya mau nyusul kesini." Ucap Zavira yang baru saja mengecek ponsel miliknya.
"Kak Ali itu benar-benar tipe suami yang nggak bisa jauh dari istri, ya." Celetuk Kayla yang membuat Zavira tersenyum malu.
Mereka akhirnya memesan makanan sekaligus untuk Ali. Tentu yang memesan itu adalah Zavira. Karena istri dari Ali itu sangat tahu makanan kesukaan dari sang suami.
"Assalamualaikum." Ucap Ali yang baru saja datang dan menghampiri kedua perempuan itu.
"Wa'alaikumusalam." Jawab Zavira dan Kayla serempak.
"Ayok, kak duduk." Ucap Zavira mempersilahkan suaminya untuk duduk.
"Wah, ini kamu yang pesan sayang?" Tanya Ali menatap makanan yang tersedia di depannya.
"Iya, kak." Jawab Zavira dengan nada malu-malu.
"Makasi, ya, sayang."
"Kak bisa nggak sih nggak usah panggil sayang-sayangan depan aku?" Protes Kayla cemberut.
"Kamu iri sama kakak? Kalau kamu mau kayak kakak, mending cepat nikah aja."
"Belum ada yang lamar kak."
"Kay, liat deh. Itu kak Amran bukan?" Tanya Zavira sambil menunjuk pada dua orang yang berbeda jenis kelamin itu baru saja memasuki restoran.
Kayla mengikuti arah yang ditunjuk oleh Zavira dan benar saja, ada Amran dan seorang perempuan yang sedang bergandengan tangan masuk ke restoran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Wanti Suswanti
nah kan makanya jangan melanggar larangan orang tua yg memang baik buat kita jadi sakit hati kan..
2023-12-21
1
Mukmini Salasiyanti
Watch out, Kay!!!!!!!
LIVE!!!!!!!!!!
Gmn, masih penasaRan??????
2023-09-12
1
we
akhirnya Kayla saksikan juga penghianatan Amran
2023-08-02
0