"Sayang kamu terlihat sangat tampan sekali, membuat aku cemburu, sepertinya perempuan yang akan di jodohkan pada mu akan langsung jatuh cinta begitu melihat mu, ah,,, kenapa rasanya aku tidak rela! Sangat sakit membayangkannya!" ujar Elsa sambil membetulkan kerah kemeja Ares.
Malam ini adalah malam pertemua antara Ares dan calon istri yang akan di jodohkan dengannya, sepulang dari kantor ia sengaja mampir ke apartemen Elsa, berat rasanya hadir di acara yang mungkin nantinya akan merubah hidupnya itu.
Membayangkan akan hidup bersama wanita yang bahkan belum pernah dia lihat wajahnya membuat dia merasa hidupnya akan sangat tidak menyenangkan, terlebih dia harus bermain belakang dengan Elsa, belum-belum dia sudah memikirkan banyak trik dan kebohongan yang akan dia lakukan agar hubungannya dengan Elsa tetap terjaga di tengah pernikahan paksanya nanti.
"Sayang, apa aku berdandan kucel saja ya? Biar wanita itu ilfeel dan membatalkan perjodohan?" kata Ares mengacak rambutnya yang sudah di sisir rapi tadi.
"Mana bisa, berdandan gaya apapun kamu akan tetap terlihat tampan!" Elsa mengecup pipi Ares yang di tumbuhi sedikit bulu-bulu halus di rahang tegasnya membuat dia terlihat sangat sempurna.
"Pria tampan ini akan selalu menjadi milik mu." bisik Ares dan balas mencium pipi Elsa, namun ciumannya tak hanya berhenti di pipi, kini beralih ke bibir tipis Elsa.
"Orang tua mu pasti akan marah jika kamu tidak datang tepat waktu, pergilah!" Elsa mengurai tautan bibirnya.
"Tapi aku masih menginginkan mu." suara Ares terdengar berat.
"Kita masih punya banyak waktu, bahkan di sepanjang umur ku, apa kamu lupa?" goda Elsa yang mengecup sekilas bibir Ares yang masih terasa basah akibat ciuman mereka tadi.
**
Di kediaman Sony dan Rahma.
"Pah, tamu kita sudah datang, tapi Queen belum mau keluar kamar juga, bagaimana ini? Bagaimana jika Quee minggat lagi?" panik Rahma yang takut jika putrinya berbuat nekat seperti sebelumnya karena sejak pagi sampai saat ini Queen tidak mau keluar dari kamarnya, rahma takut jika ternyata Queen tidak ada di kamarnya dan memilih untuk pergi.
"Apa mama lupa kemarin dia minggat gak sampai setengah hari sudah pulang? Kartu-kartunya masih papah blokir, dia tidak akan kemana-mana!" ujar Panji menenangkan istrinya.
Rupanya seperti halnya Soni dan Rahma, saat ini Panji dan Sekar pun sedang ketar ketir karena putranya yang mengatakan akan menyusul mereka sampai kini belum kelihatan batang hidungnya, padahal Panji dan sekar sudah mengirimkan peta lokasi pada putranya sejak satu jam yang lalu agar mereka tiba saat bersamaan.
Rahma berhasil membujuk Queen untuk keluar kamar dan turun, meski wajahnya terlihat sedikit di tekuk dan cemberut namun Panji dan Sekar menyambut calon menantunya itu dengan senyum manis mereka.
"Ah,,, ini calon menantu kita rupanya yah, lihatlah cantik sekali!" puji Sekar seraya memeluk Queen dengan lembut.
"Terimakasih tante,"
"No! Bukan tante, tapi panggil ibu, i-bu!" Sekar bahkan mengejanya.
"Ba-baik, terimakasih i-bu." gugup Queen.
Gadis yang sebelumnya tidak pernah peduli dan cuek itu entah mengapa seperti terhipnotis dengan kebaikan dan ketulusan sikap Sekar padanya.
Tiba-tiba Queen teringat selama dua tahun dia menjalin hubungan dengan Reza sepertinya hanya baru pernah satu kali bertemu dengan ibunya Reza saat ibu dari kekasihnya itu berkunjung ke kost Reza, itupun Reza tidak mengenalkannya sebagai kekasih, namun hanya teman kampus biasa.
Masih sangat jelas di ingatannya saat itu, sikap Maya ibunya Reza sangat tidak bersahabat padanya, wanita paruh baya yang tampak judes itu bahkan dengan angkuhnya berkata, "Reza belum saya izinkan untuk berpacaran, jadi jika kamu datang kesini berniat untuk menggoda anak saya, sebaiknya urungkan niat mu dari sekarang, saya ingin anak saya fokus dengan kuliahnya dulu, tolong jangan ganggu anak saya!"
Lamunan Queen tentang ibu dari kekasihnya yang jutek itu seketika buyar saat seorang pria tampan datang dan menghampiri mereka.
"Maaf, saya terlambat!" ujar pria itu sembari melemparkan senyum termanisnya pada semua orang yang hadir di sana.
Queen yang terkesima dengan pria yang baru saja datang itu hanya bisa terdiam sambil menatap wajah pria tampan itu tanpa berkedip.
"Ah,,, ini anak ibu, calon suami mu, namanya Ares, bagaimana,,, ganteng kan?" goda Sekar.
"Yah, lihatlah! Queen sampai terkesima dengan ketampanan nak Ares, sepertinya dia menyukainya," bisik Rahma pada suaminya, karena melihat putri mereka yang seperti tak ingin melepaskan pandangannya dari Ares.
"Ca-calon suami? Kamu?" beo Queen sambil menunjuk ke arah Ares yang kini berdiri di hadapannya. "Bukankah kamu yang waktu itu di toko sepatu?" sambung Queen mengat-ingat kembali wajah Ares yang terasa familiar baginya.
"Kalian sudah saling kenal?" tanya Sekar.
"Tidak!"
"Tidak!"
Jawaban Ares dan Queen terdengar kompak mengatakan jika mereka tidak saling kenal.
"Kalian pernah bertemu sebelumnya?" tanya Sekar lagi menaikan sebelah alisnya, merasa penasaran karena tadi Queen sempat mengungkit pertemuan mereka di toko sepatu.
"Tidak" Ares.
"Iya" Queen.
Ares dan Queen lagi-lagi menjawab secara bersamaan, namun kali ini jawabannya tidak kompak seperti sebelumnya.
"Aku tidak pernah bertemu dengan nona ini sebelumnya." sangkal Ares, wajahnya terlihat tenang, dan sikapnya pun menunjukkan seperti dirinya memang baru pernah bertemu dengan Queen saat ini.
"T-tapi, bukankah kamu yang waktu itu di toko sepatu di mall bersama---" keukeuh Queen, dia belum begitu pikun, ingatannya masih sangat bagus hanya untuk sekedar mengenali pria yang sempat berebut sepatu dengan dirinya di toko sepatu tempo hari.
"Nona, mungkin anda salah lihat. Saya tidak suka pergi ke mall." elak Ares.
Queen mulai menyadari sesuatu saat melihat sedikit perubahan pada raut wajah Ares, sebagai mahasiswa jurusan psikologi tentu saja dia bisa membaca mimik wajah dan membedakan antara raut wajah yang berbohong dan jujur.
"Mmhh,,, sepertinya aku memang salah orang." ujar Queen sambil melirik penuh arti ke arah Ares yang masih tetap berusaha santai di hadapannya.
Mana mungkin Ares mau mengakui jika dirinya memang pernah bertemu dengan Queen di toko sepatu itu terlebih mengakui jika dirinya sedang bersama Elsa saat itu dan sempat bersitegang dengan wanita yang akan di jodohkan dengannya ini, bisa-bisa ibunya dilarikan lagi ke rumah sakit seperti kemarin karena syok.
"Baiklah,, emhh bagaimana kalau kita berbicara di taman saja, biar lebih akrab," ajak Queen seraya menunjuk ke taman belakang rumahnya yang tersekat pintu kaca dari ruangan tempat pertemuan keluarga mereka kini.
"Ya benar, sebaiknya kalian berbicara berdua, biar lebih akrab lagi, kalian pasti akan merasa bosan jika ikut mengobrol dengan kami para orangtua," ujar Rahma sumringah karena jauh dari bayangannya, ternyata putrinya yang sebelumnya menunjukkan penolakan yang sangat keras dengan perjodohan ini, justru menunjukkan sikap yang sebaliknya saat ini.
Queen bahkan terlihat biasa saja dan terkesan santai daripada sebelumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Uthie
punya rencana niiii 😁
2024-01-17
1