"Selama ini kami tidak pernah meminta apapun dari mu, anggaplah ini sebuah permohonan dari kami."
Dua orang pria berbeda generasi sedang berbincang serius di teras belakang rumah mewah mereka.
Ares Batara, pria tampan penuh pesona dan selalu di takuti oleh semua lawan bisnisnya itu memang tidak pernah berani membantah jika lawan bicaranya adalah kedua orang tuanya.
Seperti nama yang di sematkan oleh orang tuanya, dia bak dewa Ares dalam cerita mitologi Yunani yang merupakan seorang dewa perang tampan yang kuat perkasa, pemberani dan di benci oleh para dewa lainnya namun di puja oleh para wanita, dan Ares juga di kenal sangat patuh pada orang tuanya yaitu Zeus dan Hera.
Begitupun Ares Batara, seorang pebisnis handal yang selalu di takuti lawannya, sukses dalam setiap pertempuran bisnisnya, selalu patuh pada orangtuanya dan di gilai banyak wanita, namun sayangnya hati Ares Batara sudah terpaut pada seorang gadis yang di pacarinya selama empat tahun belakangan ini.
"Tapi, aku mencintai Elsa, ayah." jawab Ares hati-hati agar tidak menimbulkan percikan amarah pada Panji Batara sang ayah.
"Kamu masih berhubungan dengan wanita itu?" kali ini Sekar sang ibu yang sejak tadi hanya diam mendegarkan pembicaraan suami dan anak lelakinya kini ikut angkat bicara, mendengar nama Elsa, kekasih hati sang putra di sebut nada bicara ibunya yang biasanya lemah lembut langsung terdengar meninggi.
Entah apa yang menyebabkan kedua orangtuanya tidak menyukai Elsa, sejak awal berpacaran dan Ares memperkenalkan Elsa pada orang tuanya, baik Panji maupun Sekar kompak tidak menyukai kekasih pilihan putranya itu, sehingga selama empat tahun belakangan ini hubungan Ares dan Elsa di jalani secara backstreet dari orang tuanya. Beruntung Elsa mau mengerti dan menerima keadaan itu, dia juga mau bersabar menunggu restu dari kedua orang tua Ares untuk menjadi menantu di keluarga mereka.
Jika alasannya Elsa bukan dari kalangan orang kaya seperti keluarganya yang merupakan pengusaha terkenal di ibukota, sepertinya bukan itu alasannya, karena sejauh Ares mengenal kedua orangtuanya, mereka tidak pernah membedakan status seseorang hanya dari kaya atau miskin, namun setiap kali Ares meminta alasan mengapa kedua orangtuanya tidak menyukai Elsa, mereka tidak pernah memberikan alasan apapun pada Ares, mereka hanya mengatakan jika mereka tidak akan menyetujui hubungan putranya dengan wanita itu titik.
"M-masih bu." jujur Ares, dia tahu jika jawabannya kali ini akan mengundang amarah kedua orang tuanya, namun kali ini dia harus mengatakan semua kebenaran itu pada kedua orangtuanya yang tiba-tiba berniat menjodohkan dirinya dengan wanita yang bahkan sama sekali tidak di kenalnya.
"Ares, apa kamu sudah tidak menganggap kami sebagai orangtua mu lagi? Sehingga kamu dengan sengaja menentang kami? Bukankah kami sudah dengan jelas mengatakan empat tahun yang lalu jika kami tidak akan menyetujui hubungan mu dengan wanita itu?" Sekar semakin berapi-api.
"Tapi kenapa? Apa alasannya? Apa karena Elsa bukan dari kalangan atas seperti kita? Apa karena Elsa hanya anak yatim piatu yang berjuang demi hidupnya sendiri?" Ares terbawa emosi, si anak penurut itu mulai membangkang pada ibunya.
"Ares! Jangan bersikap kurang jar pada ibu mu, kami tidak pernah memandang seseorang dari hartanya, jika pun kamu memilih seorang perempuan gelandangan dari pinggir jalan asalkan itu bukan wanita itu, kami mungkin akan menerimanya, tapi sekali tidak untuk wanita itu kami tetap tidk akan merestuinya, jika kamu tidak menerima perjodohan yang kami buat untuk mu, maka jangan pernah anggap kami sebagai orangtua mu lagi, anggap saja kami sudah mati!" teriak Panji dengan mata memerah.
Sejurus kemudian Sekar tiba-tiba tumbang dari tempat duduknya dan dia tidak sadarkan diri.
"Ibu!" teriak Ares langsung berlari menghampiri tubuh ibunya yang kini tergeletak di lantai, dahinya bahkan sampai berdarah akibat terbentur pinggiran ubin.
Tak ayal Panji dan Ares begitu panik melihat wajah wanita kesayangan mereka kini berlumuran darah.
Ares bergegas menggendong sang ibu untuk di bawa ke rumah sakit, namun Panji melarangnya untuk ikut mengantarkan ibunya ke rumah sakit, ayahnya itu lebih memilih meminta antar sopirnya untuk mengobati istrinya.
"Tidak usah menemui kami lagi jika kamu masih memilih wanita mu itu dan menolak perjodohan ini." ujar Panji sambil berlalu pergi tergesa membawa istrinya ke rumah sakit.
**
"Ada apa sayang?" tanya Elsa, wanita cantik nan anggun menyambut kedatangan kekasihnya.
Ares tiba-tiba langsung memeluk tubuh Elsa saat dia baru saja tiba di apartemen yang sengaja dia beli untuk Elsa sang kekasih.
Pikiran Ares kini kalut dan bingung dengan perjodohan dan juga kondisi ibunya yang sampai saat ini dia tidak tahu bagaimana keadaannya.
Sungguh Ares sangat merasa bersalah pada ibunya, ini pertama kalinya dia membentak ibunya dan ternyata akibatnya sangat fatal, penyesalan itu kini memenuhi dadanya.
Saat ini Ares hanya ingin memeluk Elsa, hanya kekasihnya itu yang bisa sedikit menenangkan kegundahannya, tidak ada wanita lain yang lebih mengerti dirinya selain Elsa, menurutnya. Selain pelukan ibunya, hanya pelukan Elsa lah yang bisa membuatnya merasa nyaman, hanya di depan Elsa dia bisa menjadi pria yang manis karena biasanya semua orang mengenalnya sebagai pria dingin dan kejam.
"Ibu--- ibu tidak sadarkan diri, dan sekarang di bawa ke rumah sakit." lirihnya masih belum melepaskan pelukannya di tubuh wanitanya itu.
"Ibu mu pingsan dan kamu malah ke sini menemui ku? Oh ayolah Ares, jangan bercanda!" ujar Elsa tidak percaya.
Selain dirinya, wanita yang paling Ares cintai dan sayangi adalah ibunya, jadi tidak mungkin jika Ares melewatkan menunggui ibunya di rumah sakit dalam keadaan ibunya yang pingsan seperti itu, sementara ibunya hanya menelpon dan mengeluh pusing saja, Ares bisa membatalkan rapat pentingnya untuk pergi menemui sang ibu, saking dia sangat menyayangi ibunya.
"Ayah tidak mengizinkan ku untuk menemani ibu." adu Ares pada Elsa.
"Apa yang terjadi?" Elsa mengurai pelukan kekasihnya dan mulai menjauhkan tubuh prianya itu, dia yakin ada sesuatu hal yang serius yang terjadi pada kekasihnya dan kedua orangtuanya.
"Kami berdebat." singkat Ares.
"Berdebat? Tapi apa yang kalian perdebatkan?" tanya Elsa.
Ares terdiam, dia benar-benar bingung dan tidak sampai hati untuk menyampaikan pada kekasihnya jika alasan perdebatan mereka terjadi karena dirinya menolak perjodohan yang di atur oleh kedua orangtuanya dan dia lebih memilih Elsa.
"Katakan, kenapa kalian berdebat?" desak Elsa.
Ares menghela nafas panjang, sungguh ini hal terberat yang harus di laluinya dari pada menghadapi pekerjaan yang paling sulit di kantor.
"Aku dijodohkan, dan aku menolaknya! Mereka marah dan memutus hubungan keluarga jika aku tidak menyetujuinya." jujur Ares pada akhirnya.
Tubuh Elsa tiba-tiba terasa ringan bagai terbang di udara, dia terduduk di sofa ruang tengah apartemennya, mendengar semua itu airmata mengalir dari kedua sudut matanya.
"Kenapa? Kenapa harus seperti ini?" lirihnya sambil berurai air mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Uthie
Penasaran alasan penolakan oragtua Ares tak setuju pada Elsa 👍🤗
2024-01-17
1