Nanda luruh ke lantai, kakinya sangat lemas menopang tubuhnya saat ini. Dia tidak sanggup menahan penghianatan suaminya. Namun di sela-sela tangisnya tiba-tiba terlintas wajah anak-anaknya, mertua, dan kedua orang tuanya. Dia takut anaknya akan jadi korban dari perpisahan jika dia memilih jalan tersebut, cara satu-satunya adalah mengorbankan dirinya sendiri.
“Tidak, Nanda. Bukan saatnya untuk menyerah. Kamu harus kuat demi anak-anakmu,” batin Nanda memberi penguatan pada dirinya sendiri.
Nanda segera menghapus air matanya dan segera mengemas barang-barang untuk kembali ke kediaman ayah mertuanya, dia juga berencana untuk mengubah dirinya dan mencoba mendapat cinta suaminya meski dia tahu cinta itu tidak akan pernah ada untuknya.
Beberapa saat kemudian, Pram keluar dari kamar mandi dengan handuk yang dililit di pinggangnya sehingga menampilkan sosok pria bertubuh kekar dengan beberapa bukti cinta yang masih menempel di badannya. Nanda yang sibuk mengemas tidak menyadari kehadiran Pram.
“Ngapain?” tanya Pram.
Nanda yang sedikit kaget langsung menoleh. “Mau balik ke rumah, Ayah,” jawabnya.
“Oh.” Pram hanya manggut kebingungan.
“Kamu bersiap-siaplah, setelah jam sepuluh kita akan menjemput anak-anak habis itu langsung terus ke rumah ayah.”
Pram bingung, kenapa sikap Nanda jadi tiba-tiba berubah. “Kok bisa yah dia secepat itu merubah ekspresinya? Perasaan tadi lagi nangis kok sekarang seperti tidak terjadi apa-apa? Aneh,” batinnya dan segera bersiap-siap.
...****************...
Setelah menjemput kedua anak mereka, Pram segera melajukan mobilnya menuju kediaman Theo. Di perjalan pulang, kedua anak itu bermanja-manja pada sang ibu.
“Aku senang banget, selama Aria sekolah baru kali ini dijemput sama ayah dan ibu,” tuturnya sambil tertawa girang.
Pram sekilas menatap cermin di depannya, mengintip pemandangan anaknya yang sedang asik bercerita. Sedangkan Cleo yang duduk di sampingnya hanya diam menghiraukan Pram.
“Bagaimana sekolahmu hari ini?” tanya Pram pada anak sulungnya.
“Baik.”
“Baguslah kalau begitu,” ucap Pram sedikit canggung pada anaknya sendiri.
“Tumben mau jemput kami bareng ibu, biasanya sendiri,” sindir Cleo.
“Yah kebetulan searah dengan jalan rumah kita, jadi kami sekalian jemput.”
“Ohh….”
Pram sedikit kesal dengan tingkah anaknya yang seakan-akan sangat angkuh terhadapnya, bahkan sangat irit bicara dengannya. Seingat Pram, Cleo sangat suka mengekor di belakangnya bahkan ke mana-mana terus melekat dengannya tapi sekarang malah jadi super cuek.
Jelang beberapa menit mereka sampai di kediaman Theo, di sana sudah ada Kamala yang tengah duduk bersama Hellena. Nanda hanya melewati dua orang wanita itu tanpa menoleh sedikit pun.
“Nenek kami pulang,” seru Aria sambil menghampiri Kamala.
“Wah cucuku sudah pulang yah, Aria udah gak marah lagi ‘kan sama nenek?”
“Iya, karena kata ibuku yang paling cantik kita harus memaafkan kesalahan orang lain,” jawab Aria sekaligus memanas-manasi Hellena.
Sedangkan Hellena yang ingin cari perhatian langsung menyapa Arina. Dia tertawa pelan. “Duh gemes banget yah anak Pram,” pujinya seraya mengelus pipi Aria, namun Aria dengan cepat menepis tangan itu.
“Jangan asal sentuh, tangan kamu banyak bakteri. Hanya ada tiga perempuan saja yang bisa menyentuhku. Ibu, nenek, dan ountyku saja yang boleh!” jelas Aria dan segera berlari menyusul ibunya.
Kamala yang tidak enak hati pada Hellena karena perkataan cucunya hanya bisa tersenyum canggung. “Maklum yah Helle, Namanya juga anak-anak.”
“Hehe … tidak apa-apa, Ibu,” jawabnya berbohong, padahal dalam hatinya sedang mengutuk anak kecil tadi.
“Oh iya ibu, aku ingin bertemu Pram dulu, ada sesuatu yang penting yang harus aku katakan padanya.”
“Ya pergilah sesuka hatimu, anggap saja rumah sendiri,” balas Kamala, Hellena pun segera beranjak dari duduknya.
Hellena mulai menyusuri bagian-bagian dari rumah itu. “Pram di mana, yah?” gumamnya.
“Hey kamu, lihat Pram gak?” tanya Hellena pada salah seorang pelayan.
“Oh tuan Pram lagi di ruang kerjanya, di ujung sana,” jawab pelayan sambil menunjuk salah satu pintu yang ada di ujung.
Dengan sangat gembira, Hellena segera berlari dan masuk ke ruangan itu. Pram yang sedang memeriksa berkas sedikit terkejut dengan kedatangannya.
“Bagaimana?” tanya Hellena membuat Pram mengerutkan alisnya.
Hellena mengunci pintu dan segera menghampiri Pram. Dia menggeser kursi milik pram dan segera duduk di pangkuan lelaki itu.
“Itu loh, waktu itu aku sempat memberikan banyak tanda cinta di tubuhmu.”
“Lalu?” tanya Pram belum mengerti.
“Si istri kamu udah liat belum?”
“Udah.”
“Gimana reaksinya?” tanya Hellena dengan sangat semangat, dia menantikan jawaban yang sangat di harapkannya.
“Ya dia menangis ….”
“Bagus! Sesuai harapan,” potong Hellena.
“Tapi hanya sebentar saja, ketika aku balik dari kamar mandi ekspresinya jadi biasa-biasa saja, seperti tak terjadi apa-apa,” lanjut Pram.
Raut muka Hellena kini berubah kesal, realita menghancurkan ekspetasinya.
“Sial! Aku pikir dia akan segera menceraikan Pram. Gagal deh,” batinnya.
“Kenapa emang?” tanya Pram yang tidak paham dengan maksud Hellena.
“Gak apa-apa kok sayang. Aku ke sini rindu tau, kegagahanmu semalam sulit dilupakan,” rayu Hellena.
“Bukan Pram namanya kalau gak gitu,” balas Pram bangga, ternyata pusaka miliknya berhasil membuat wanita di depannya ini tergila-gila.
Pram terus memperhatikan gerak-gerik Hellena yang menurutnya setiap gerakan dari wanita ini sangat menggoda. Hellena mulai membuka kancing bajunya sehingga memperlihatkan sebuah harta karung bagi Pram. Tanpa menunggu perintah Pram segera menyambut harta karun itu sehingga membuat Hellena mengeluarkan ******* kecil tapi tiba-tiba pintu di ketuk oleh seseorang dan membuat keduanya berdecak kesal. Hellena pun segera membukakan pintu setelah merapikan pakaiannya.
“Pram istri kamu nih,” seru Hellena dan segera duduk di sofa.
Nanda yang tiba-tiba merasakan nyeri di dada segera memegang erat nampan yang berisikan secangkir kopi. “Ngapain Hellena di sini? Bahkan sampai kunci pintu,” batinnya.
“Pram kopinya,” ucap Nanda seraya menghidangkan secangkir kopi di atas meja Pram.
“Terima kasih, Nan,” ucap Pram. Nanda hanya mengangguk dan segera pergi.
Nanda merasakan ada kejanggalan antara suaminya dengan wanita itu dan tiba-tiba terlintas bekas cinta di tubuh suaminya. Air mata Nanda kembali menggenangi wajahnya.
Ingin rasanya dia kembali ke ruang kerja Pram dan mengusir pelakor itu, tapi dia tidak ingin mencari keributan yang akan merugikan dirinya sendiri.
“Gak, aku harus kuat. Aku harus menghemat energi untuk tetap bertahan,” batin Nanda kembali menguatkan dirinya.
“Sedih yah?” tanya seseorang dari belakang Nanda.
Nanda yang telah mengenali suara itu dengan jelas hanya terlihat santai saja. “Menurutmu?”
Hellena tampak sedikit bingung dengan jawaban Nanda yang terdengar santai. “Ya menurutku kamu sedih, Suamimu sama sekali tidak mencintaimu,” ujar Hellena sambil tertawa.
Sedangkan Nanda hanya tersenyum kecut, kemudian membalikan badannya menghadap Hellena. Nanda menatap mata Hellena dengan sangat tajam dan berani, seolah-olah mengatakan dia tidak mudah untuk ditindas.
Sedangkan Hellena yang mendapati tatapan dari Nanda sangat terkejut, dia tidak percaya Nanda sekuat itu. Hellena mendekat dan berbisik.
“Tanda tadi pagi yang kamu lihat itu … mahakaryaku, lho,” pamer Hellena.
Bukannya kesal, nanda hanya tertawa sambil menatap jijik Hellena. “Kamu bangga?” tanya Nanda.
“Tentulah, apalagi suamimu sangat perkasa bahkan aku sampai berkali-kali melakukannya semalam,” jawab Hellena. “Aku yakin, dia pasti akan marah dan menangis,” batinnya kemudian.
“Pantas, seorang wanita pelac*r sepertimu memang akan selalu bangga dengan kenikmatan itu, memuakkan!” sindir Nanda.
Hellena melotot mendengar sindiran dari Nanda, dia tidak habis pikir bahwa akan diserang hanya dengan sepenggal kalimat saja. Padahal dia tahu bahwa istri dari Pram adalah wanita bodoh dan sangat mudah untuk tangani.
“Oh rupanya kamu pintar bicara juga, aku kira hanya bisa nangis doang,” ucap Hellena mencoba menutupi keterkejutannya.
“Tapi walau sepintar apa kau mengoceh, kamu bukan apa-apa dariku. Aku di sukai ibu mertua dan suamimu. Lihat saja, semua yang kamu miliki akan menjadi milikku,” lanjut Hellena.
“Oh yah? Wanita pelac*r sepertimu berani mengancam istri dan menantu sah dari keluarga ini?” balas Nanda tak kalah berani, ia pun kembali melanjutkan cuciannya.
Sedangkan Hellena yang merasa tersinggung menarik tubuh Nanda sehingga mereka saling menatap satu sama lain dengan penuh kebencian. “Dengar! aku tidak bercanda dengan perkataanku tadi, aku benar-benar akan merebut semuanya. Suami dan juga anak-anakmu,” ucap Hellena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
🦋⃟Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ
huh dasar pelakor , slebeww deh
2023-08-11
0
🦋⃟Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ
bagus dek galakin tuh c tante helle, banyak bakteri ya😏
2023-08-11
0
al-del
Semua tergantung othornya Hellen!
2023-08-10
0