Madu Untuk Istri Kuno
Nanda Arisha seorang wanita yang sangat manis dengan sikap keibuan, saking keibuan dirinya Ia bahkan tidak sempat lagi mengurus diri sendiri. Suatu kewajiban baginya untuk mengurus anak, suami, dan mertuanya. Bahkan harus hidup di bawah tuntutan peraturan sang ibu mertua.
Bertahun-tahun menikah dan telah memiliki dua orang anak yang sangat cantik dan tampan tetap saja kisah cintanya tidak pernah berubah, hanya memiliki status tapi tidak dengan raga dan cinta dari sang suami.
“Nanda! Mana makan malam hari ini?”
Teriakan itu kembali membangunkannya dari lamunannya. “Iya ibu, sebentar!”
Dengan sigap, Nanda segera membawa masakannya ke meja makan dibantu oleh pembantunya. Di sana, Nanda disambut dengan tatapan tajam dari sang ibu mertua terutama tamu tak diundang yang kini menempati tempat duduknya.
“Maaf ibu, jam makan malamnya sedikit terlambat,” ucapnya sambil menghidangkan makanan. Setelah itu mengambilkan nasi untuk suami dan anak-anaknya dan barulah dia mengurus dirinya sendiri.
Namun Nanda baru menyadari bahwa malam ini ada tamu cantik yang ikut makan malam bersama, ia sekilas menatap wanita yang tidak dikenalinya itu, dengan berani dan tanpa bertanya mengambil alih kursi miliknya.
Nanda ingin menegurnya tapi takut membuat suasana makan malam menjadi hancur, sehingga membuat ia terpaksa duduk di samping anak-anaknya.
Sedangkan anak perempuannya yang mengerti dengan raut wajah ibunya langsung menegur wanita tidak dikenali itu.
“Nenek sayang, wanita itu siapa?” tanya Aria.
“Saya tante Helena.” Wanita yang menyebutkan dirinya sebagai Hellena, memotong ketika Kamala hendak menjawab pertanyaan cucunya.
“Iya, dia teman masa kecil ayahmu,” sambung sang nenek.
“Oh begitu rupanya. Padahal hanya seorang teman masa lalu sudah merasa pantas duduk di samping ayah,” sindir Aria membuat dirinya ditegur oleh Nanda.
“Jangan berbicara tidak sopan Aria, dia lebih tua darimu,” tegur Nanda.
“Tapi ibu, dia mengambil tempat dudukmu, Aria gak suka liat seorang wanita tidak tahu diri.”
“Cukup!” bentak sang nenek.
“Apa ini hasil didikanmu, Nanda? Tidak tahu sopan santun!” sambungnya.
“Ssstthh ... Kamala, sudahlah dia masih anak-anak,” ucap kakek Theo menenangkan istrinya.
Sedangkan gadis kecil itu menatap tak percaya pada sang nenek. “Ne-nenek, memarahiku pertama kali hanya karena wanita asing itu?” ucap Arina sambil menangis dan segera berlari ke kamarnya, Nanda pun mengikuti langkah kecil anaknya itu.
“Hanya anak kecil sudah berani menyinggungku, kan kena marah. Sok-sok’an, dia tidak tahu bahwa akulah wanita pertama yang disayangi oleh ibu Kamala,” batin Helena sambil tersenyum puas.
“Aku sudah selesai!” ucap Cleo dan segera menyusul adik dan ibunya.
“Hehehe, maafkan menantu dan cucu saya yah Helle. Maklum mereka seperti itu karena ibunya bodoh tidak sepertimu yang sekarang menjadi wanita karir.”
“Tidak apa-apa ibu Mala. Helle bisa memakluminya.”
“Oh anak yang baik, seandainya kamu yang menjadi menantuku pasti aku sangat Bahagia,” puji Kamala.
Mendengar itu, nafsu makan Theo hilang dan segera meninggalkan istri dan anaknya. Dia berpikir kenapa bisa dia memiliki putra seperti itu, padahal istrinya sedang dijatuhkan dan malah membiarkan wanita lain mengambil posisi istrinya.
Sedangkan Nanda masih berusaha menenangkan sang anak. Arina terus menangis karena baru pertama kali dimarahi oleh sang nenek.
“Aria anak yang manis, sayang. Kalau menangis merahlah pipinya.”
Mendengar senandung sang ibu, tangis Aria perlahan mereda. Dia pun berlari menghampiri cermin, melihat apakah pipinya memerah lagi.
“Hiks, benar pipi Arina merah ibu.”
“Nah benarkan, jadi Arina gak boleh nangis yah,” ucap Nanda disertai anggukan Arina.
Tiba-tiba saja anak lelakinya menghampirinya dengan wajah yang murung. “Hey, kenapa Cleo murung begitu?” tanya Nanda panik.
“Ibu, aku merasa wanita itu akan merebut suami ibu,” jawab Cleo, spontan Nanda membelalakkan matanya.
“Cleo, umurmu masih dua belas tahun jadi kamu tidak boleh memikirkan orang dewasa yah,” tegur Nanda.
Namun sebenarnya dia sedikit merasa apa yang dikatakan anaknya memanglah benar, tetapi dia tidak ingin berburuk sangka pada suaminya tanpa bukti.
“Oh iya, jangan panggil ayahmu dengan kata suamimu. Suamiku itu ayahmu, Cleo.”
“Aku tidak punya ayah yang tidak mencintai istrinya. Semua ayah teman-temanku mencintai istrinya, tapi kenapa ayah tidak?” bantah Cleo.
Lagi-lagi anaknya itu menghantamnya dengan kalimat kenyataan, namun tidak mungkin dia membiarkan anaknya punya pikiran seperti itu, dia ingin anak-anaknya berpikir bahwa mereka adalah keluarga yang harmonis seperti keluarga cemara.
Nanda tertawa, membuat kedua anaknya kebingungan dan saling bertatapan. “Siapa bilang ayah kalian tidak mencintai ibu? Ayah kalian sangat mencintai ibu kok.”
“Kenapa ibu merasa seperti itu? Bukankah ayah tidak pernah peduli pada ibu meski ibu terluka ataupun sedang sakit dan bahkan terus memarahi ibu.”
“Benar ibu, Aria juga pernah bertanya pada teman Arina. Mereka bilang orang yang saling mencintai itu akan memperlakukan kita dengan sangat baik.”
Nanda tidak habis pikir, anak-anaknya berteman dengan siapa saja sehingga mengetahui tentang orang dewasa.
“Ibu berkata seperti itu karena ayah memang mencintai ibu. Kalau tidak percaya coba kalian berdua bercermin.”
Cleo segera menuju sebuah cermin yang tengah berdiri tegak di sudut ruangan, dia berdiri di samping Aria. Mereka hanya menatap pantulan diri mereka sendiri. Entah, tidak mengerti apa yang dimaksud oleh ibunya.
“Apa yang kalian lihat?” tanya Nanda.
“Kami melihat diri kami, Ibu.”
“Nah, kalian berdualah bukti cinta ayah dan ibu. Karena ayah dan ibu saling mencintai makanya Tuhan menghadiahkan kalian berdua untuk kami,” jelas Nanda sambil tersenyum.
“Jadi kalian berdua gak perlu mikirin tentang masalah ayah dan ibu yah. Cukup jadi anak yang manis saja, membuat ibu sangat bahagia.”
“Baik, ibu,” jawab mereka berdua dan langsung memeluk Nanda.
“Dengan adanya kalian, ibu sudah sangat Bahagia. Ibu janji bakal lakukan apa saja
untuk kehidupan kalian,” batin Nanda.
***
Sedangkan di sisi lain, ada sepasang kekasih yang sedang memadu kasih. Cinta yang telah lama tenggelam membuat keduanya saling melepas rindu dengan ciu*man yang sangat mendalam.
“Pram, aku sangat merindukanmu, tapi kenapa kamu menikah dengan perempuan lain dan bahkan sudah memiliki anak,” ucap Hellena sambil menatap manik-manik mata kecoklatan milik Pram.
“Aku-“ Pram menempelkan telunjuknya ke bibir Hellena dan kembali melu*matnya.
“Ada banyak kisah dibalik itu, Helle. Aku terpaksa menikahinya, kakek menjodohkan aku dengannya.”
“Lantas kenapa kamu malah nurut? Seandainya kamu bilang pada kakek bahwa kamu mencintaiku, bukankah itu lebih baik untuk kita berdua, Pram?” Pram hanya diam sambil menatap manik mata Helle yang telah berair.
“Jawab Pram, kakek tahu kalau kita sudah mengenal satu sama lain sedari kecil. Kakek pasti mengerti,” lanjut Helle sambil mencengkeram erat baju Pram.
“Maaf Helle, aku dan Nanda telah dijodohkan sebelum kami lahir. Kalau aku tidak menuruti kakek, aset-aset saat ini tidak akan bisa dinikmati bersamamu ‘kan,” balas Pram.
“Tapi aku sangat mencintaimu, Pram, bahkan kehormatanku belum pernah kuberikan pada siapa pun demi kamu.” Helle hendak pergi, seketika Pram langsung memeluknya dari belakang.
“Apa lagi? Aku kalah melawan istrimu dan anak-anakmu.”
“Cukup, Helle. Aku yang dulu dan sekarang hanya milikmu, Helle,” bisik Pram.
Helle segera berbalik menatap Pram. “Aku ingin menjalin hubungan denganmu Pram, aku siap menjadi madu untuk istrimu.”
Pram sedikit tercengang dan tersenyum puas, baginya sangat mudah mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Lagian dia juga sangat mencintai wanita di hadapannya saat ini. Seksi dan sangat menggoda, pikirnya.
“Tentu, Helle. Tapi jangan sekarang yah. Masih ada yang harus aku selesaikan, setelah itu kita akan Bersama selamanya.”
“Janji?” Hellena mengulurkan kelingkingnya. Pram menyambutnya dengan sangat Bahagia.
Kemudian lelaki itu menggendong Hellena dan meletakkannya di atas meja kerja. Sedangkan Hellena yang tahu jelas apa yang diinginkan Pram, segera membuka dress yang melekat di tubuhnya.
Seketika mata Pram berbinar, air liurnya nyaris keluar ketika melihat tubuh indah milik Hellena.
"Sungguh, dia lebih baik dari pada Nanda," batin Pram.
"Lakukanlah, Pram!" pinta Hellena memelas.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
🦋⃟Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ
huh dasar
2023-08-10
0
🦋⃟Fly🍾⃝Kͩᴀᷞᴛͧɪᷡᴇͣ
anak kecil aja peka
2023-08-10
0
Volis
Seorang ibu yg penuh kasih sangat peduli dan perhatian pada anaknya.
2023-08-09
0