"Kenapa, Pak? Apa penampilan saya kurang bagus?" tanya Flora. Ia heran pagi-pagi atasannya sudah ingin marah-marah padanya.
"Ini apa?" kata Alvaro seraya melemparkan berkas milik Flora secara kasar.
Flora mengernyitkan dahi. Ia memunguti berkas-berkasnya yang tercecer. "Apa ada yang salah dengan berkas kepegawaian saya, Pak?" tanyanya dengan nada yang masih sabar. Tidak dipungkiri jika ia butuh pekerkaan itu untuk menyambung hidup. Maka, kelakuan menyebalkan atasan harus dimaklumi.
Alvaro melipat kedua tangannya di dada. "Di situ kamu menuliskan statusmu masih single, kan? Padahal kamu sebenarnya sudah punya anak! Artinya kamu sudah membohongi perusahaan!" ucapnya dengan nada tegas.
Flora sampai lupa kalau sekarang ia tinggal di negara yang sangat peduli dengan kehidupan pribadi. Jauh berbeda dengan kehidupannya di luar negeri, bahkan tidak ada yang mau tahu dia sudah menikah atau tidak.
"Maaf, Pak. Saya memang sudah memiliki anak. Tapi, status saya memang single. Jadi, apakah saya berbohong?" tanya Flora.
"Seharusnya kamu tulis statusmu di situ janda!"
Flora menghela napas. "Bagaimana saya bisa menjadi janda kalau saya belum pernah menikah?"
Alvaro memicingkan sebelah alisnya. "Tapi ... Kamu sudah punya anak? Kamu tidak menikah?" tanyanya heran.
"Saya melahirkannya sendiri tanpa suami, apa jawaban ini membuat Anda puas?"
Flora membawa berkas kepegawaian miliknya ke arah meja kerjanya dengan raut wajah kesal.
"Kalau hal pribadi semacam ini dianggap suatu aib bagi perusahaan, silakan kalau Anda mau memecat saya. Sejak awal sepertinya Anda memang sudah tidak menyukai saya," kata Flora pasrah.
“Gavin itu anakku, kan?” tanya Alvaro tiba-tiba.
Flora terkejut. “Apa? Bisa-bisanya Anda berkata seperti itu.” Ia terkekeh dan berusaha mengelak.
Alvaro terlihat serius. “Enam tahun yang lalu, kamu yang tidur bersamaku, kan? Apa kamu mau pura-pura lupa?”
Flora mengepalkan tangannya. Ia tidak menyangka jika Alvaro lebih cepat mengetahui kenyataan itu. “Sepertinya Anda kurang waras. Bahkan saya sama sekali tidak pernah berurusan dengan Anda setelah lulus SMA.” Ia masih berusaha berkilah.
Alvaro sudah habis kesabaran. Ia memberikan foto-foto yang ia dapatkan dari anak buahnya. Foto dari hasil rekaman CCTV hotel itu menguatkan dugaannya. “Apa perlu aku putarkan rekaman malam itu? Kebetulan kamar yang kita tempati terpasang CCTV. Mungkin kamu ingin bernostalgia,” godanya.
Flora tak bisa berkata-kata.
“Bagaimana kalau kita melakukan tes DNA? Aku sangat yakin kalau Gavin memang putraku,” usul Alvaro.
Flora semakin merasa terdesak, ia tak bisa mengelak.
“Iya, Gavin memang anak Anda!” akhirnya Flora mau berkata jujur. “Tapi, memangnya apa yang mau Anda lakukan? Sekalipun Gavin putra Anda, tapi Anda juga sudah berkeluarga!”
Alvaro menggigit jari kukunya. Ia juga tidak menyangka jika dirinya telah memiliki seorang anak akibat peristiwa di malam itu. Ia semakin yakin jika memang Prilly selama ini sengaja menutup-nutupi. Rekaman CCTV itu baru bisa ia dapatkan lewat tangan anak buahnya yang bisa dipercaya. Sebelumnya, ia tak memiliki bukti apapun untuk menolak Prilly.
Tok tok tok
Pintu ruangan diketuk dari luar.
"Masuk!" perintah Alvaro.
Randy, salah satu staf datang mengahadap Alvaro. Tampaknya ia sedikit sungkan melihat atasannya seperti tengah menghadapi perbincangan yang serius dengan sekertaris baru itu.
"Maaf, Pak. Saya hanya ingin memberitahukan bahwa kita sudah ditunggu di tempat proyek. Tim dan transportasi juga telah dipersiapkan. Apakah Anda berkenan untuk berangkat sekarang?" tanya Randy.
Alvaro mangguk-mangguk. "Ya, kita akan berangkat sekarang!" perintahnya.
Ia menoleh ke arah Flora. "Urusan kita belum selesai. Kita lanjutkan pembicaraannya kapan-kapan saja. Hari ini kamu juga ikut ke tempat proyek!" ucapnya.
"Baik, Pak!"
Flora menuruti keputusan yang Alvaro buat. Bagaimanapun juga, mereka harus bekerja secara profesional di kantor.
Alvaro mengambil jas yang tergantung di dekat meja kerjanya. Ia berjalan keluar dari ruangan diikuti oleh Randy dan Flora.
Setibanya di halaman depan perusahaan, mobil yang akan mengangkut tim ke lokasi sudah bersiap, begitu pula dengan staf yang lain. Alvaro dan Flora menaiki mobil yang sama. Keduanya masih saling diam setelah perbincangan yang membuat canggung sebelumnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Lie Hia
harus profesional donk kerjanya boss
2023-09-16
0
amilia amel
alvaro mode cemburu nih🤭
2023-07-06
0
Uneh Wee
lnjut ka
2023-07-03
0