BAB 17

Dinginnya AC di mall langsung terasa di kulit White saat dia dan Airi masuk kepusat perbelanjaan tersebut. Seperti saat mereka jalan di taman, Airi terus menggandeng tangannya. Menceritakan apa saja yang ada disekitar mereka. Tanpa lelah dan bosan, terus mengoceh tanpa diminta.

Tujuan pertama mereka adalah toko gitar yang ada dilantai 3. Tadi, Airi sempat bertanya lebih dulu pada Abian, jadi sekarang, dia tak perlu memutari tiap lantai demi mencari toko tersebut.

White memilih membeli gitar baru, dia tak mau membuat Airi susah dengan membawa gitar yang rusak sambil menggandeng tangannya.

"Ai, apa orang-orang ngeliatin kita?" White mendadak takut jika dia menjadi pusat perhatian. Bagaimana jika mereka mengoloknya dan menganggap dia tak tahu diri. Sudah buta, tapi masih pengen ngemall.

"Mereka gak ngelihatin Abang, tapi ngelihatin aku. Mungkin karena aku terlalu cantik kali ya," sahut Airi sambil cekikikan. White mendesis pelan, baru tahu jika Airi yang kelem tapi tegas, perhatian tapi kadang galak, ternyata juga punya sifat lain lagi, yaitu sok kecakepan.

"Aku bahkan tak percaya kalau kau cantik," ledek White.

"Tidak masalah tidak percaya. Tapi nanti saat Abang bisa lihat lagi, awas kalau pingsan pas lihat aku."

"Ya, aku pasti pingsan. Pingsan karena kamu terlalu jelek," White tampak puas sekali mengolok Airi, membuat gadis itu berdecak sebal sambil memelototinya. Padahal yang dipelototin gak tahu.

Mereka tiba didepan lift. White yang tak bawa tongkat dan dandanannya sangat kece, membuat orang-orang gak nggeh jika pria yang sedang mengantri dilift bersama mereka itu adalah orang yang berkebutuhan khusus.

Ting

White bisa mendengar suara itu. Dan itu artinya, dia akan segera masuk kedalam lift. Dia membayangkan jika akan berdesakan dilift, takut menabrak orang karena di tak bisa melihat.

White benar-benar gugup saat Airi menuntunnya masuk. Dia berharap orang didepannya tak ada yang tiba-tiba berhenti agar dia tak menabraknya. Langkahnya terhenti saat sebuah lengan menghalangan badannya. "Stop Bang, ada orang didepan Abang," bisik Airi. "Sekarang balik badan." White bernafas lega karena ternyata lengan Airi yang tadi menahannya. Wanita itu sungguh cerdas, pujinya dalam hati. Karena kalau lengan Airi tak melintang didepan perutnya dan menghalangi langkahnya, sudah pasti dia akan menabrak orang didepannya.

White bisa mendengar saat pintu lift mulai tertutup. Airi menarik lengan White kepinggiran agar tak mengganggu jalan orang yang mau lewat.

Sesampainya dilantai 3, Airi langsung membawa White menuju toko gitar yang diceritakan Abian. Toko tersebut ternyata lebih besar dari dugaan Airi. Dia beberapa kali ke mall ini, tapi baru pertama kali masuk ke toko ini.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya pegawai pria ditoko tersebut. Airi memang bisa bermain gitar, tapi dia tak paham jenis jenis gitar dan mana yang bagus atau tidak. Rasanya, terlalu sulit jika dia harus menjelaskan detailnya pada White.

"Bisa bantu suami saya mendapatkan gitar yang sesuai keinginnanya?"

"Dengan senang hati," sahutnya ramah. "Kita lihat-lihat kesana saja Mas." Pegawai tersebut menunjuk kederetan gitar yang ada dipojokan. "Itu koleksi terbaru disini, dan yang kualitasnya bisa kita jamin."

"Maaf, suami saya tidak bisa melihat."

Pegawai tersebut seketika terperangah. Dia menatap tak percaya kearah White. Pria yang sejak awal masuk tadi dia pikir adalah orang normal, ternyata tak bisa melihat.

"Maaf, saya tidak tahu," ujarnya penuh penyesalan.

"Tidak masalah," sahut White lebih dulu sebelum Airi menyahuti.

Airi menuntun White mengikuti pegawai tadi. Si pegawai terus nyerocos memperkenalkan dagangannya. White tak hanya diam, banyak sekali pertanyaan yang dia lontarkan. Wajahnya juga tampak berseri-seri. Airi senang sekali melihat antusiasme White. Pria yang biasanya tak mau berinteraksi dengan orang lain tersebut, hari ini tampak berbeda. Dia mengobrol dengan sangat lancar dengan pegawai tersebut, kadang, mereka juga tertawa bersama.

Kau sangat tampan saat tertawa seperti ini Bang.

Setelah merasa cocok dengan salah satu gitar, White memutuskan untuk membelinya. Saat membayar, tak lupa dia memberikan tips yang lumayan besar pada pegawai tadi.

"Hemm...yang ngajakin ngobrol sebentar aja, dikasih tips gede," bisik Airi dengan nada sindiran. "Gimana dengan aku, yang mengoceh sepanjang hari buat kamu?"

"Emang uang bulanan dari Papah gak cukup ya?"

"Hehehe, becanda. Cukup kok, lebih malah."

"Nanti aku transfer uang ke rekening kamu."

"Gak usah, uang aku udah banyak," tolak Airi.

"Sok kaya banget," cibir White.

"Kan sekarang aku emang udah kaya. Jadi mantunya CEO gitu loh," Airi terkikik pelan. White menyunggingkan senyum mendengar gaya bicara Airi yang dibuat-buat serta kekehannya. "Bisa gak, waktu berhenti sejenak?"

"Kenapa emang?"

"Pengen muas muasin lihat Abang tersenyum." Wajah White langsung bersemu merah, sekali lagi, dia tersenyum. Dan kesempatan itu, tak disia siakan Airi, ditatapnya wajah tampan sang suami sambil ikutan senyum.

Apa aku sudah benar-benar jatuh cinta padanya? Hanya melihatnya tersenyum, tapi itu membuatku sangat bahagia.

"Mas, kita nitip disini dulu ya. Masih mau jalan-jalan," pinta Airi pada pegawai tadi. "Nanti kita ambil pas mau pulang."

"Nanti Mbaknya telepon saja, biar saya yang antar ketempat Mbak. Biar gak capek-capek balik kesini lagi." Mungkin karena tips gede yang dikasih White, pegawai itu terlihat tak keberatan sama sekali.

"Wah, makasih banyak kalau gitu." Airi dan White lalu keluar dari toko tersebut.

Karena sudah jam makan malam, Airi mengajak White menuju restoran ayam goreng. Kenapa ayam goreng? Karena makanan itu yang paling mudah di makan White saat ini, bisa pakai tangan, tak ada kuah yang mungkin berceceran begitupun dengan nasinya yang sudah terbungkus dan bisa langsung digigit.

Tapi saat mau masuk kesana, tak sengaja mereka berpapasan dengan Lovely yang saat itu sedang jalan dengan 2 orang temannya.

"Airi," sapa Lovely yang lumayan terkejut bertemu Airi disini. Dia lalu melihat kearah White, memperhatikan dari atas kebawah tanpa kedip. "Ini suami kamu?"

"Iya."

"Cakep juga, sebelas dua belas lah sama Ryu. Pantesan kamu mau nikah sama dia, yaa...meskipun...."

"Meskipun apa?" potong White cepat. "Buta maksud kamu?" tanyanya dengan nada tinggi.

"Calm down Bro," Lovely menepuk bahu White.

"Gak usah pegang-pegang," White langsung menghempaskan tangan Lovely yang ada dipundaknya. Mengibas bahunya yang baru disentuh Lovely seakan baru kena kotoran. Sampai-sampai Lovely dan kedua temannya melongo.

"Astaga, udah gak bisa lihat, masih aja songong. Kalau aja kamu tahu yang barusan megang cewek cantik, pasti nyesel karena udah nyingkirin tanganku." Wajah Lovely tampak meram padam karena kesal. Selama ini, cuma Ryu satu-satunya cowok yang marah-marah saat dia pegang, ternyata suami Airi satu spesies dengan Ryu, batinnya.

"Gak bakalan nyesel," sinis White. " Ayo Ai, kita masuk."

"Kami pergi dulu," Airi membawa White masuk kedalam restoran. Memesan makanan lalu memilih tempat duduk yang paling pojok.

"Siapa sih cewek tadi? Temen kamu ya?" terlihat sekali ekspresi tak suka diwajah White.

"Dia Lovely."

"Apa!" pekik White sedikit kencang, sampai beberapa orang disana melihat kearahnya.

"Kenapa Bang, nyesel udah nyingkirin tangannya tadi? Ya iyalah, masa enggak. Orang Abang ngefans dia, follow dia. Lovely, selebgram dan influencer yang cantik itu kan? Aku bahkan masih ingat saat Abang bilang begitu sama temen-temen Abang." Airi terus saja merepet, sampai White heran, ada apa dengan istrinya itu?

Terpopuler

Comments

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕💕

𝑨𝒊𝒓𝒊 𝒉𝒓𝒔 𝒉𝒂𝒕𝒊"

2024-05-03

1

Eny Hidayati

Eny Hidayati

Airi tahu banyak hal tapi dia pilih diam ...

2024-03-12

1

🪴🍓🌟💫sangdewi💫🌠💐🏵️

🪴🍓🌟💫sangdewi💫🌠💐🏵️

oh y lupa komen q thor,maaf keasyikan bacanya

2024-03-04

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!