Matahari terbit dengan sempurna, sinarnya mampu mengusir kegelapan yang ada di dalam hutan.
Kelima sahabat itu bersiap-siap untuk beraksi, pagi ini mereka berniat akan berburu lantaran tujuan awal mereka datang kemari tak semerta-merta karena rekreasi tapi juga ingin memburu hewan-hewan sekaligus ingin menjernihkan pikiran.
"Semuanya udah siap?" Tanya Vino pada kawan-kawannya.
"Belum, Jessi masih siap-siap, kita tunggu dia dulu." Jawab Syafira.
Kevin menghela nafas berat."Anak itu memang kebiasaan, selalu dia yang datang paling belakang, ngapain dia di tenda, apa dari tadi dia gak selesai-selesai siap-siap."
"Biasa, Jessi emang kayak gitu, ini bukan kali pertama dia datang paling akhir, ingat kita udah bersama lebih dari 10 tahun, jadi jangan kaget kalau Jessi berulah kayak gini." Timpal Rakha.
"Jessi cepetan, kita harus berangkat sekarang, kamu mau ikut gak sih." Teriak Kevin keras.
"Iya bentar, gak tau orang lagi siap-siap apa!" Omel Jessi sibuk menata make up-nya.
"Kamu mau kemana, kenapa pake make up segala. Jessi kita itu mau berburu, bukan mau konser, tapi kenapa kamu malah pake bedak kayak ondel-ondel gitu!" Heran Rakha.
"Eh jangan salah, aku itu pake make up biar muka aku gak gosong, kita kan mau panas-panasan hari ini. Walaupun beraktivitas di tengah teriknya matahari aku gak mau kulit ku gelap." Jawab Jessi meratakan make-upnya yang tinggal sedikit.
"Terserah, ayo kita berangkat, kita harus mulai berburu sekarang." Kevin berjalan tanpa mempedulikan alasan Jessi.
"Eh tunggu." Teriak Jessi mengejar kawan-kawannya.
"Ayo cepetan." Jawab Vino.
Mereka berlima dengan membawa tas berjalan mencari hewan yang bisa mereka buru.
Sepanjang perjalanan mereka menatap sekeliling mencari hewan buruan, di tangan mereka sudah siap dengan senjata dan pisau. Dua alat itu bisa di jadikan sebagai alat untuk membantu mereka mendapatkan hewan buruan.
Mereka berlima berhenti di dekat air terjun yang kemarin sempat mereka singgahi untuk bermain, bersenang-senang dan mencari ikan sebagai lauk.
"Aku dengar kalau di sebelah selatan ada banyak hewan, kita berburu saja di sana." Tutur Rakha.
"Boleh, kita mulai dari sana, kita lihat dulu seperti apa keadaan di sana." Setuju Kevin.
"Ayo kita turun." Ajak Vino.
Dengan hati-hati mereka turun, mereka harus menyebrangi danau terlebih dahulu. Di sebelah timur danau terdapat banyak bebatuan yang bisa mereka lewati.
"Eh liat ada burung kenari." Tunjuk Rakha pada burung kenari yang hinggap di ranting pohon sebrang danau.
Saat ini mereka masih belum melangkah ke sebrang, mereka masih diam di tempat. Di depan mereka ada air yang jernih dan terus mengalir tak tau kemana.
"Tembak dia!" Sorak Jessi.
"Biar aku yang tembak." Timpal Syafira.
"Cepat tembak sebelum dia terbang." Suruh Vino.
Syafira mengarahkan senjata api pada burung kenari yang masih diam di tempat, akan ia pastikan bahwa peluru itu menancap tepat di dalam tubuh burung kenari tersebut.
Dor!
Burung kenari langsung jatuh ke bawah kala peluru menancap tepat di tubuh mungilnya.
"Widih gila-gila." Berdecak kagum Kevin.
Satu kali bidikan langsung tepat sasaran.
"Apa aku bilang kalau aku bisa numbangin burung kenari itu." Syafira merasa bangga.
"Hebat-hebat." Puji Rakha.
Dua bola mata tajam menatap mereka, sesosok makhluk keluar dari dalam goa yang berada di dekat tangga. Goa itu tidak terlihat apalagi mereka sadari karena goa itu di tutupi batu besar, hanya ada celah yang tak terlalu besar namun bisa manusia lewati.
Jessi menajamkan pengelihatan pada gelembung-gelembung di danau yang tak kunjung berhenti malahan semakin besar dan bertambah banyak.
Perasaan Jessi mulai tak nyaman, seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.
"Eh apaan itu ya, kok banyak gelembung." Jessi penasaran ada apa di balik gelembung-gelembung itu.
"Paling ikan-ikan pada berkumpul di situ." Feeling Vino santai.
"Bisa jadi sih, kemarin kan di sana memang banyak ikan." Sahut Rakha.
Kevin mendengar suara yang berhasil mengalihkan perhatiannya, ia kemudian mencari asal suara itu. Seketika mata Kevin melotot melihat sesuatu yang membuatnya menjadi tegang.
"U-ular." Terbata-bata Kevin kala melihat seekor ular kobra yang kepalanya berdiri tegak dengan tubuh yang benar-benar besar.
"Mana ada ular, mana." Panik Jessi.
"I-itu." Tunjuk Kevin ke samping Syafira.
"Aaaaahhhhh!" Pekik Jessi histeris ketika melihat ular kobra berwarna hitam yang akan siap mematuk Syafira. Ukuran ular itu benar-benar besar.
Tak hanya Jessi mereka semua pun ikut panik, sedari tadi mereka tidak ada yang sadar bahwa di tengah-tengah mereka terdapat ular kobra.
"Aaaaahhhhh!" Teriak kelima orang itu.
Rakha, Jessi, Vino, Kevin, dan Syafira berlari naik kembali ke atas untuk menyelamatkan diri dari ular kobra yang siap menelan mereka hidup-hidup.
"Syafira tembak dia, tembak Fira." Teriak Vino sambil berlari, saat ini hanya Syafira yang memegang senjata api.
Syafira yang panik menghadap ke belakang dan melayangkan peluru itu.
Dooorrr!
Suara peluru itu menggema di telinga mereka, namun Syafira langsung tidak sadarkan diri lantaran terkena kibasan ekor ular tersebut yang membuatnya jatuh menghantam batu, kepalanya berdarah-darah.
Peluru itu menancap tepat di perut ular kobra yang ukurannya begitu besar dan panjang, saking besarnya masuk ke dalam kategori ular raksasa.
Mereka berempat meninggalkan Syafira yang masih berada di tangga, dengan kondisi tubuh tidak sadarkan diri, mereka berempat tidak tau keadaan Syafira saat ini.
...••••...
Syafira sempat tak sadarkan diri dalam kurun waktu yang cukup lama. Setelah siuman hal yang pertama ia lakukan adalah menatap sekeliling tempat.
"Di mana ini? Aku ada di mana? Tempat apa ini?"
"Jessi, Vino, Kevin, Rakha kalian di mana, kalian ada di sini juga bukan." Teriak Syafira panik kala bangun-bangun dirinya berada di tempat yang berbeda dan begitu asing.
Syafira berada di sebuah kamar yang mewah dan desainnya elegan, namun satu hal yang berhasil membuat Syafira bergetar, yakni di tembok depan ada patung ular yang sisik-sisiknya besar dan menakutkan.
Syafira membuang selimut yang menutupi tubuh.
"Aaaaaaaaahhhhh!" Pekik Syafira keras karena di balik selimut itu terdapat ular kobra yang siap mematuk.
Ssssss
Suara mendesis masuk ke dalam telinga, Syafira berteriak histeris, menjerit takut, ia memang sangat-sangat phobia pada yang namanya ular.
"Jangan bunuh aku, jangan habisi aku, tolong lepaskan aku, pergi kau."
Dengan keadaan menutup mata Syafira memohon kepada ular kobra itu agar tak menyakitinya.
Ular kobra yang berukuran normal itu berubah menjadi sesosok laki-laki tampan, rambutnya belah tengah, di perut laki-laki itu di baluti perban.
"Aku tidak akan mudah melepaskan mu, kau sudah membuat ku seperti ini, sampai kapanpun tak akan aku biarkan kau lolos!" Pertegas laki-laki itu dengan sorot mata penuh amarah.
Syafira dengan takut membuka mata, alangkah kagetnya ia kala mendapati laki-laki di kamar ini, padahal jelas-jelas tadi ia sendirian dan yang ada di depannya adalah ular kobra namun mengapa bisa berubah menjadi manusia.
"S-siapa kau?" Tanya Syafira dengan tubuh sedikit bergetar.
"Apakah kau lupa pada ku?" Tak percaya laki-laki itu.
Syafira terdiam, mengingat-ingat apa yang sudah terjadi padanya."Sungguh aku tidak ingat pada mu, aku tidak pernah punya teman seperti mu, jadi katakan siapa kau sebenarnya."
Pria itu mendekati wajah Syafira, tangan kekarnya mencekal dagu Syafira."Apa kau lupa dengan orang yang sudah kau sakiti?"
Syafira bergetar ketakutan, jarak antara wajahnya dengan laki-laki asing amat dekat, ia grogi di tatap sedekat itu.
"A-aku tidak pernah menyakiti orang, apalagi menyakiti mu." Jawab Syafira dengan terbata-bata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
wikha Sandra
ini la yg paling aku takuti msuk² hutan.apa lg berburu itu sama saja mengganggu kehidupan alam.
2024-12-18
0
Sn∅W£osT❄️
seru 👍
2023-12-02
0
FiaNasa
nah Lo,,,skrg jadi tawanan siluman ular kan,makanya mau bertindak apapun klau dihutan itu hati2
2023-07-10
2