"Saya gak setuju."
Sebuah kalimat penolakan yang sudah terlintar sebanyak dua kali. Kini membuahkan atensi penuh dari orang-orang di sana. Banyak dari mereka menatapnya dengan mata berbinar, berada pada sisi pro untuk mendukung penolakan ini. Termasuk Indah dan Bella yang tersenyum begitu lebar.
Bagas, pria yang sebentar lagi menginjak kepala tiga adalah tersangka utama. Direktur Utama PT. W Group itu kini menatap Tiyas yang terdiam dengan begitu dalam.
Sedangkan di sisi lain, Chandra baru saja akan meledak. Ia tidak akan menyetujui upaya Bagas untuk menolak perjodohan ini hanya karena seorang model terkenal. Namun belum sempat pria tua itu menyemburkan amarahnya, Bagas kembali bersuara.
"Saya gak setuju dengan waktu yang Kakek berikan. Bagaimana kalau kita percepat saja jadi dua minggu?" Sarannya dengan senyum miringnya. Bisa Bagas lihat bagaimana wajah panik Tiyas dihadapannya. Kenyataannya bukan hanya Tiyas, tetapi juga Nirmala dan seluruh pasang mata di sana menatap Bagas tak percaya.
"Sudah gak waras ya lo!" Pekik Bella dengan suaranya yang keras, bahkan kini ia sudah berdiri dari duduknya. Tidak habis pikir dengan Bagas, bagaimana bisa sang Kakak menerima wanita rendahan itu untuk dijadikan istri.
Indah selaku sebagai Ibu gelagapan. Ia segera menarik tangan anak keduanya, bermaksud untuk segera duduk dan tidak mengacaukan acara perjamuan malam ini. Indah juga merasa tidak setuju dengan jalan pikiran Bagas, tapi tidak berani rasanya mengungkapkan secara terang-terangan di depan Ayah mertuanya.
Bagas seakan tuli dengan teriakan sang adik. Tatapannya masih tidak lepas dari Tiyas di hadapannya. Entah apa yang sudah otaknya memproses hingga mengeluarkan pendapatnya malam ini, tapi melihat tingkah Tiyas rasanya wanita ini cukup bisa dimanfaatkan.
Di sisi sebaliknya, Tiyas menatap Bagas dengan keningnya yang sedikit berkerut. Wanita itu pikir Bagas akan terang-terangan menolak perjodohan ini, sama seperti ibu, adik dan anggota keluarga Wiguna lainnya. Tapi perkiraannya meleset jauh, Tiyas tidak tahu apa yang membuat Bagas dengan senang hati menerimanya. Untuk saat ini Tiyas harus lebih berhati-hati.
Chandra menatap cucunya dengan tenang walau dalam kepalanya terdapat ratusan pertanyaan. Helaan napasnya terdengar begitu panjang.
"Oke, kalau memang kamu mau dipercepat. Gak masalah, lebih bagus. Tapi kita juga harus dengar pendapat dari Tiyas, apa dia setuju dengan saranmu?"
Tiyas menatap kedua Kakek dan cucu itu secara bergantian. Ingin rasanya memaki, dua minggu cepat untuknya. Pekerjaannya bahkan terbengkalai di meja kerjanya, bisa-bisa Beby akan mengamuk mendengar hal ini.
Tapi nasi sudah menjadi bubur. Tiyas tidak akan berhenti disini, perang bahkan belum dimulai. Sedikit merutuki mendiang kakek buyutnya yang sudah melakukan perjanjian konyol seperti ini.
Semoga kakek buyut tenang di alam sana. Amin. Batinnya dalam hati.
"Saya ikut saja, Kek," jawab Tiyas akhirnya dengan setengah ragu.
Chandra mengangguk singkat, bisa dilihatnya bahwa Tiyas juga terkejut dengan semua hal yang diluar skenario mereka. Tetapi pria tua itu merasa bahagia di sisi lain, menjadikan Tiyas sebagai cucu menantu jelas sebuah pilihan yang tepat. Adhitama yang akan menjadi besan keluarga Wiguna jelas kombinasi yang pas.
"Yasudah, kamu bisa duduk dulu Gas. Gak capek apa berdiri gitu? Gak bakal kemana-mana juga kok calon istrimu itu," goda Chandra yang berusaha untuk mencairkan suasana.
Bagas berdehem singkat, sebelum akhirnya kembali duduk pada posisinya. Ia melirik adik dan ibunya dalam diam, tak ingin terlalu ambil pusing dengan tatapan tajam dari keduanya.
Akhirnya setelah perseteruan yang cukup panas, makan malam sudah dimulai. Perjamuan yang biasanya dihiasi oleh bincang singkat dan sesekali tawa yang hadir menghangatkan suasana, kini semuanya terasa berbanding terbalik. Terlalu tegang dan hening, membuat Tiyas dan Nirmala sedikit merasa tidak nyaman.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Tiyas dan Nirmala pun akhirnya pamit undur diri.
"Terima kasih atas jamuannya yang begitu berkesan, Pak. Sepertinya kami harus pulang karena sudah terlalu malam untuk wanita-wanita cantik ini," canda Nirmala dengan tawanya yang canggung.
Chandra mengangguk senang.
"Jangan kapok ya, menantu dan cucu saya memang agak sedikit kurang ajar. Mungkin dia harus dimasukkan ke dalam kelas etiket bareng sama keluarga Adhitama."
Nirmala mendesis pelan, tak ingin statusnya terbongkar disini dan secepat ini. Kepalanya menggeleng pelan dan Chandra terlalu peka untuk mengerti kode tersebut. Pria tua itu kini melirik Tiyas yang terdiam sembari memperhatikan sudut-sudut mansion mewahnya.
"Kecil kok, gak seberapa ini," celetuk Chandra masih dengan senyum lebarnya.
Tiyas menoleh, senyum lembut kini menghiasi wajah cantiknya.
"Kakek suka banget merendah deh, sombong sedikit sesekali gak masalah kok."
Pria tua itu berdecak pelan. Tahu bahwa Tiyas tengah menyindirnya karena masalah yang disebabkan oleh calon keluarganya sendiri.
"Kalian pulang naik apa? Dijemput supir?"
"Iya dijemput sopir taksi online, Kek," jawab wanita muda itu dengan kedua alisnya yang dinaik-turunkan. "Oh iya, aku gak perlu repot-repot kan? Semua yang atur keluarga Wiguna kan? Kerjaan lagi numpuk Kek dan harus cepat diselesaikan. Belum juga minta cuti beberapa hari sama pihak sekolah."
"Iya tenang aja," jawab Chandra yang mencoba mengerti. "Biar Kakek yang menjadi penanggung jawab disini."
"Sip." Tiyas memberikan acungan jempol pada Chandra yang membuat gelak tawa diantara keduanya. Benar-benar tampak akrab di mata anggota keluarga Wiguna.
Nirmala menatap keduanya dengan gelengan tak habis pikir.
"Ngebanyol aja kerjaannya. Bapak bisa jadi muda kalau sudah sama Tiyas, hidupnya gak pernah serius," adunya dengan decakan pelan.
"Permisi," ucap seseorang yang menginterupsi obrolan ketiga orang tersebut.
Tiyas masih tertawa kecil, sebelum akhirnya hilang dari wajah cantiknya saat ia menoleh sampai harus membalikkan tubuhnya. Menatap Bagas sebagai pelaku utama yang menghancurkan suasana hangat yang baru saja terasa sejak ia sampai di tempat ini.
"Kenapa Gas?" Tanya Chandra yang juga ikut merasa penasaran. Heran rasanya melihat sang cucu yang dengan sukarela menghampirinya, padahal Bagas merupakan tipe pria yang cuek dan terkesan tidak peduli.
Bagas tak membalas pertanyaan sang Kakek. Matanya kini berpindah pada Tiyas dan juga calon ibu mertuanya.
"Kalau Tante dan Tiyas gak keberatan, saya dengan senang hati mengantar kalian pulang ke rumah. Pesan taksi online malam seperti ini rawan, bahaya karena kalian dua-duanya perempuan," ungkap Bagas dengan sedikit tarikan di ujung bibirnya, hampir tidak terlihat.
Nirmala hampir saja melompat gugup. Bisa gawat kalau Bagas mengantar mereka pulang.
"Gak usah repot-repot, Mas," sahut Tiyas dengan nada lembutnya. Senyum kecilnya membuat wajahnya dua kali lipat lebih cantik. "Kami bisa jaga diri kok. Mami kan dulunya anak taekwondo."
"Oh ya?" Chandra ikut menanggapinya dengan terkejut. Pria tua itu baru saja mendapatkan informasi baru.
Sedangkan Nirmala hanya bisa tertawa gugup. Bisa-bisanya Tiyas lempar batu sembunyi tangan.
"Iya tapi sudah lama banget itu. Gak apa-apa kok Gas, malah jadi ngerepotin."
Bagas menggeleng tegas, sepertinya pria itu tidak menerima penolakan. Persis seperti Kakeknya, Chandra Wiguna. Benar-benar darah lebih kental daripada air.
"Saya merasa terhormat kalau Tante dan Tiyas menerima niat baik saya. Ini sebagai bentuk tanggung jawab saya sebagai calon suami Tiyas," balasnya dengan senyum sedikit kaku.
Tiyas dan Nirmala sama-sama saling pandang. Ini tidak ada di dalam rencana, gawat!
"Gimana Tante? Tiyas?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Flo aja
cantik
2023-11-12
0
𝙨𝙗𝙠 𝙜𝙬𝙚
Hahaha gak ada loh orang cantik, ngaku kalo dirinya Cantik.
2023-10-14
20
Oh_Riandini
kirain beneran nolak/Sweat/
2023-10-09
0