"Maaf Fahri, aku hanya bisa menyiapkan sarapan sederhana seperti ini." Fahri tersadar dari lamunannya akan mengagumi wanita cantik yang ada didepannya.
Fahri tersenyum sambil menatap makanan yang tersaji dihadapannya.
"Ini sudah lebih dari pada cukup, terima kasih kamu sudah mau menyempatkan diri untuk membuat sarapan." Fahri mulai menyendok nasi dan beberapa lauk serta oseng yang dibuat oleh Imah.
"Aku boleh membawanya untuk bekal makan siang di kantor?." Tanya Fahri saat melihat masih ada banyak sisa makanannya.
Imah berhenti mengunyah lalu menatap tidak percaya pada Fahri. Meski tahu Fahri memiliki pekerjaan yang sangat menjanjikan tapi Imah tidak pernah mencari tahu apa pekerja Fahri. Jadi rasanya sangat aneh jika Fahri mau membawa bekal kampungan yang dimasaknya.
"Tidak apa-apa kamu membawa bekal makanan kampung?."
"Memang kenapa dengan makanan ini?. Ini sangat enak dan sangat pas dengan lidah ku." Fahri terlihat sangat menikmati makanan yang dimasak oleh Imah, bahkan Fahri sampai menambah makanan di atas piringnya.
"Kalau kamu mau, aku akan membungkusnya untuk mu."
"Boleh, terima kasih." Fahri merapikan perlengkapan makan dan menaruhnya di dalam wastafel.
Bekal makan siang pun telah siap lalu dimasukkan ke dalam tas yang terpisah.
.
.
.
Imah turun dari mobil di depan kantor atas permintaannya sendiri, padahal Fahri sudah memberitahunya akan parkir di area parkir yang ada di dalam gedung perusahaan. Tapi Fahri tidak memaksa dan membiarkan Imah tetap masuk perusahaan lewat lobby depan.
"Aku duluan Fahri, terima kasih atas tumpangannya." Fahri hanya mengangguk mengiyakan lalu kemudian menutup kaca mobil.
Imah menyapa beberapa orang yang ditemuinya sebelum sampai di ruang kerja. Pembawaan Imah yang sangat ramah sangat membantunya untuk cepat beradaptasi dengan orang dan lingkungan baru.
Meski ini pengalaman pertamanya bekerja tapi semua isi kepalanya sudah penuh dengan rencana.
"Selamat pagi, Ibu Imah." Sapa Pak Wahyu dari balik pintu.
Imah yang baru mau duduk kembali berdiri dan menghampiri Pak Waktu di ambang pintu.
"Selamat pagi, Pak Wahyu."
"Lima menit lagi ada meeting di ruangan sebelah."
"Iya, Pak Waktu. Terima kasih."
"Baik, kalau begitu saya permisi."
"Iya Pak Wahyu, silakan."
Imah menatap Pak Wahyu yang pergi dari depan ruangannya. Imah beralih menatap ruangan sebelah dan ternyata itu adalah ruang meeting.
Kini Imah sudah berada di ruang meeting bersama yang lainnya. Pak Wahyu yang memimpin meeting pagi ini, sekaligus memperkenalkan Imah pada beberapa petinggi perusahaan.
"Selamat pagi semua."
"Selamat pagi..."
"Saya mewakili Bapak Fahrizal Hadinata Sasmita, membuka meeting pagi ini. Karena beliau sedang ada meeting juga di luar dengan beberapa klien perusahan."
Kemudian Pak Fahri memperkenalkan Imah sebagai seseorang yang memiliki jabatan yang bagus di perusahaan. Riuh tepuk tangan memenuhi ruang meeting.
Imah menyampaikan satu dua patah kata atas sambutan yang luar biasa hangat dari rekan yang lain yang miliki jabatan setara dengan dirinya.
Meeting cukup singkat yang dipimpin oleh Pak Wahyu, hanya mengingatkan proyek mereka yang sedang berjalan dan segara diharapkan untuk menyusun setiap laporan dan secepatnya diberikan pada sekretaris Alva. Dan meeting selesai.
Imah kembali ke ruang kerja, mendudukkan dirinya di sana, mengawali kerjanya dengan mengucap basmalah.
Dengan penuh percaya diri dan sadar akan kemampuan diri sendiri, Imah mulai menghidupkan layar yang ada didepannya. Mengambil beberapa berkas, membacanya sebentar kemudian langsung mengeceknya. Bermodalkan note yang ada di setiap berkasnya.
Di sela-sela kesibukan Fahri di luar, Fahri menyempatkan diri untuk mengabari Imah kalau dirinya akan pulang telat. Dan meminta Imah untuk pulang terlebih dulu. Dan Imah tidak mempermasalahkan karena jarak yang cukup dekat dari kantor ke rumah.
Sampai di rumah, Imah langsung membersihkan diri dan berganti pakaian. Menyiapkan makanan rumahan untuk suaminya. Begitu bersemangat karena Fahri memakan semua makanan yang dibuatnya.
Sekitar pukul 10 kurang, mobil Fahri sudah masuk ke halaman rumah dan parkir di garasi. Imah segara membuka pintu dan menyambut kedatangan Fahri.
"Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumsalam..." Imah mengulurkan tangan untuk menyalaminya.
Fahri tersenyum lalu mengusap kepala istrinya setelah wanita itu mencium punggung tangannya.
"Kamu sudah makan?." Tanya Fahri saat keduanya berjalan menuju meja makan.
"Aku menunggu mu, biar kita makan bersama." Fahri menghentikan langkahnya saat sampai di meja makan lalu menatap Imah yang terlihat sudah mengantuk.
"Kalau besok-besok kamu sudah mengantuk, tidur saja. Tidak perlu sampai menunggu ku." Fahri berusaha untuk tidak membebani Imah dengan status baru mereka. Karena Fahri pun tidak pantas mendapatkan perhatian Imah karena posisinya yang saat ini.
"Tidak apa-apa. Itu yang bisa aku lakukan."
Hening, tidak ada obrolan diantara keduanya. Imah membatu Fahri mengambil makanan dan beberapa lauk. Ingin menolak karena dia sendiri sudah makan saat selesai meeting, tapi rasanya sungguh tega saat melihat makanan yang telah dibuat dan disiapkan oleh Imah. Keduanya pun makan dengan lahap meski dengan porsi yang jauh lebih sedikit.
Sesekali Fahri menatap wanita yang ada dihadapannya. Wanita pertama yang mengisi hatinya sampai dia tahu sudah ada pria lain di dalam hati wanita itu. Sehingga dia memutuskan untuk berusaha menjaga semuanya sampai waktunya tiba.
"Bagaimana hari pertama mu bekerja?." Tanya Fahri saat menghabiskan makanannya tanpa sisa.
"Alhamdulilah lancar, semuanya terasa dipermudah." Imah merapikan piring lalu mencucinya.
"Alhamdulillah kalau berjalan lancar." Sahut Fahri sambil mengambil buah jeruk sebagai pencuci mulut. Dan Imah kembali duduk meneguk habis minumannya.
"Terima kisah untuk makan malam yang enak ini. Dan terima kasih kamu sudah mau menunggu ku pulang." Fahri melonggarkan dasi dan melepaskan jas.
"Sama-sama Fahri, kalau begitu aku masuk ke kamar lebih dulu." Imah bangkit menunggu Fahri.
"Iya, selamat malam, selamat beristirahat."
Keduanya memasuki kamar yang berbeda dan mulai dengan aktivitas yang berbeda. Jika Imah langsung merebahkan tubuh lelahnya di atas ranjang. Namun Fahri melakukan sambungan telepon bersama Maryam.
Keesokan paginya...
Fahri kembali membawa bekal ke kantor dan Imah sudah membantu menyiapkan. Lalu mereka langsung berangkat ke kantor setelah pukul 7 lewat. Imah yang meminta Fahri untuk berangkat lebih awal karena dirinya tidak mau telat jika menaiki mobil.
Sampai di kantor, kembali Imah berhenti di lobby depan dan Fahri memarkirkan mobilnya di parkiran gedung.
Imah menerima beberapa laporan keuangan yang harus diteruskannya pada pemilik jabatan tertinggi di perusahan itu. Kemudian Imah mendatangi ruangan Alva untuk menitipkan dokumennya.
"Selamat siang, Pak Alva."
"Selamat siang, Ibu Imah."
"Saya mau titip dokumen untuk Pak Fahrizal."
"Silakan masuk saja, Ibu Imah. Pak Fahrizal ada di ruangannya dan tidak sedang menerima tamu.
Tok
Tok
"Masuk!."
Imah menggeser pintu lalu masuk sambil menatap pria didepannya yang sedang memeriksa berkas di atas meja kerjanya.
"Permisi Pak Fahrizal, ada beberapa dokumen yang harus di cek lagi dan ditandatangi."
Imah menatap tanpa berkedip saat melihat suaminya yang duduk di kursi tertinggi perusahaan tempatnya bekerja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Astri
mosok gk ro jenenge bojone
2023-07-06
2