"Maafkan Saya!, Maafkan Saya!," kata pelayan itu gugup.
Insiden kecil itu menyita banyak perhatian para pengunjung. Walau hal seperti itu lumrah terjadi di setiap tempat makan namun Asiah yang sejak kecil hidup di lingkungan rumah makan mewah tahu betul apa yang akan terjadi pada pelayan itu jika masalah tidak segera di selesaikan.
"Apa kamu butuh bantuan?."
Dia berjongkok dan membantu pelayan untuk membersihkan kekacauan.
"Ti-tidak perlu nona! Tidak perlu! Saya bisa melakukannya sendiri."
Asiah tersenyum pada pelayan itu.
"Aku akan tetap membantu."
"Aku juga akan—."
"Bodoh, biar aku saja. Kamu sedang hamil mana bisa menunduk sembarangan."
"Tapi aku-."
"Erika dengarkan saja tunanganmu," tegur Asiah. Erika yang juga ingin ikut membantu mendapat teguran dari Adam dan Asiah yang menggantikannya untuk membantu.
"Cik bajingan ini!... Hei! Apa anda tidak memiliki mata sampai berjalan menabrak seseorang seperti itu?!,"tegur Erika.
"Tsk tsk tsk. Dia yang seharusnya berjalan mengunakan matanya dengan baik." Suara berat itu terdengar sangat dingin dan merendahkan.
***
Wanita di samping pria itu juga melihat Asiah dan Adam yang sedang membantu pelayan untuk memungut barang-barang yang jatuh dengan tatapan angkuhnya. "Para munafik ini terlihat menganggu. Abaikan saja mereka sayang." kata wanita itu sambil merangkul lengan pria di sampingnya.
"...."
Pria di sebelah wanita itu sedikit tertarik dan memperhatikan wanita di bawahnya yang tidak bereaksi akan ucapan kasarnya, kemudian pria itu melihat baju berwarna hitam beserta jaket berwarna biru yang kebetulan melintas di benaknya. "Ah! Kamu wanita sial yang menabrak ku saat di toilet tadi kan? Apakah ini sebuah kebetulan atau sebuah kesengajaan?." Pria itu masih berbicara dengan nada merendahkan pada wanita yang berada di bawah kakinya.
Asiah yang mendengar kalimat-kalimat kasar itu hanya menebalkan telinganya dan melihat pelayan yang sudah hampir menangis. Aku yakin dia masih baru bekerja di tempat ini.
Asiah memilih menghibur pelayan yang hampir menangis itu dari pada menanggapi ocehan pria dan wanita di depannya.
Asiah mengambil dompet di sakunya, mengeluarkan kartu nama dan nomor teleponnya yang kemudian di berikan pada pelayan malang di depannya itu. "Jika bosmu menuntut ganti rugi kamu bisa menghubungiku nanti, aku akan membayar semua kerugiannya." Asiah berbicara setenang mungkin untuk menenangkan pelayan itu sekaligus mempertahankan harga dirinya di depan dua orang angkuh yang tidak dia kenal itu. Dia melirik sejenak ke samping dan mengabaikan dua orang itu. "Erika ayo pergi, angin malam sangat buruk untuk kesehatan bayimu."
"Tapi mereka-."
"Sudah kita pulang saja sayang." Adam menggenggam lengan tunangannya dan berjalan menuju pintu duluan di ikuti Asiah di belakangnya. Namun ketika dia hampir di ambang pintu wanita seksi berbaju merah ketat itu mengumpat padanya. "Lihatlah j-Alang itu! Dia sangat tidak sopan setelah menyinggung tuan— ." Wanita berbaju seksi itu terdiam seribu bahasa ketika melihat Asiah mengacungkan jari tengahnya ke atas. "WHAT...!!! APA DIA SUDAH GILA?!." Wanita berbaju merah itu marah dan hampir mengejar Asiah yang telah keluar dari pintu. "Sayang! Kita harus memberi j-Lang itu pelajaran! Aku akan merobek wajah cantiknya it-"
"Sudah cukup! Kau membuatku malu."
Di saat yang sama dia tersadar dan melihat keadaan sekitar. Mata semua orang malah tertuju kepada mereka berdua. Mereka sekarang telah menjadi pusat perhatian setelah Asiah dan teman-temanya pergi meninggalkan restoran.
"Tsk. Cepat keluar lacur sialan, aku akan membunuhmu jika kau berbicara sedikit saja sekali lagi ingat itu," suara beratnya terdengar tajam sekaligus mengancam.
Bisa-bisanya aku mendapat penghinaan semacam ini. Suasana hatinya menjadi buruk setelah mendapat penghinaan dari wanita yang tidak dia kenal.
"Aku pikir aku akan pergi ke klub malam ini."
Pria itu pergi berjalan keluar tanpa melirik wanita berbaju merah itu sedikitpun. Siapa wanita itu, sepertinya dia tidak menyenggol dengan sengaja tadi... Ini menarik, batinnya.
***
Malam itu, ketika Asiah berusaha untuk tidur isi kepalanya selalu memutar-mutar perkataan Erika. "Huhhff... Kalau saja hal 'Itu' tidak terjadi padaku dulu maka sekarang aku pasti biasa menjalani hubungan dengan seseorang."
Asiah masih merenungkan perkataan Erika sampai beberapa menit kemudian dia bangun dari tempat tidurnya. "Baiklah, aku sudah membuat keputusan," Asiah mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja dan mencari nomor panggilan.
Tutt... Tutt....
['Hallo? Ada apa Asiah?. ' ]
"Erika. ... Sepertinya aku sudah membuat keputusan."
[ '.... Hee~ baiklah kalau begitu— ' ]
***
BUMBUMBUM...
Suara kencang musik menggema di penjuru ruangan. Seorang DJ memainkan musik dengan antusias untuk menghibur para kalangan elit yang sedang bergoyang dan menari liar di lantai dansa. Mereka semua menikmati setiap iringan musik sambil berjoget-joget versi mereka sendiri.
"...."Asiah memandang keadaan klub malam rekomendasi Erika dalam diam.
"WWWOOO...! YEEEEE..!!!."
"HOOOUUYYEEE!."
Orang-orang berteriak gembira, seakan-akan mereka meluapkan emosi mereka dalam alunan musik keras. "Ini tidak seperti yang aku bayangkan." Pada akhirnya Asiah sendiri datang ke sebuah klub malam yang di sarankan oleh Erika ketika mereka berkomunikasi lewat ponsel.
[ ' Datang saja ke klub XXX dan temanku akan ada di sana untuk membantumu. Tenang saja, dia sudah berpengalaman di sana jadi tidak akan sulit untukmu' . ]
"Hahh... Ini tidak akan mudah."
Asiah berpakaian selayaknya orang-orang yang datang ke sebuah klub malam tetapi, akibat kecantikannya yang mencolok dan aura bersinarnya membuat Asiah terlihat seperti sebuah Bulan di antara bintang-bintang di langit.
Bahkan saat ini banyak mata mulai tertuju padanya. Walau ini bukan kali pertama Asiah berada di klub malam akan tetapi tatapan yang di berikan oleh banyak pria yang tidak dia kenal itu membuatnya sedikit risih, sampai akhirnya taman Erika yang membantunya untuk masuk kedalam klub muncul dan mengajaknya berbicara.
"Tampaknya anda tidak terbiasa dengan situasi seperti ini," ucapnya tenang.
Pria yang membantu Asiah sekaligus teman Erika bernama Bob Ergia, pria tampan berusia 27 Tahun. Yang bekerja sebagai peracik minuman di klub malam tersebut. "Hemp. Bukanya aku tidak terbiasa tetapi ... Ini sudah sangat lama sejak aku masuk ke klub malam.
"Aku selalu berpikir bagaimana Erika menikmati tempat seperti ini?," tanya Asiah pada Bob.
"Hemm.... Soal itu aku juga tidak tahu, yang pasti Erika itu spesies yang berbeda. Dan juga kamu jangan hanya duduk sambil melihat-lihat di sini saja jika ingin mendapatkan apa yang kamu inginkan."
Pria bernama Bob itu membawa Asiah menuju meja kosong dengan pencahayaan paling redup. Asiah dapat melihat apa saja yang di lakukan orang-orang di dalam klub malam itu. "Untuk sebuah klub mewah, tempat ini tidak memiliki etika," Asiah melihat berbagai jenis perbuatan maksiat di sana. Dia menyaksikan orang-orang melakukan hubungan badan di keramaian bahkan ada yang melakukannya di depan orang-orang yang sedang menari. Tempat ini....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments