"Tapi mau sampai kapan kamu akan melakukan ini pada Mama dan Ayahmu?. Asiah, ingatlah bahwa kami sudah tua dan tidak tahu kapan akan pergi meninggalkanmu nantinya.
"Ayahmu selalu membersihkan foto dan kamarmu setiap hari demi terus mengingatmu. Bahkan kami datang kemari karena permintaan Ayahmu yang bersikeras untuk bertemu denganmu.
"Ingatlah Asiah, jangan sampai kamu membuat keputusan yang akan kamu sesali nantinya."
"Ibu- tidak Mama, kamu benar, sepertinya aku sudah egois. Tapi tetap saja aku tidak ingin memiliki ikatan dengan pria manapun."
".... Apa kamu sudah mencobanya dengan wanita?."
"Apa?! Tentu saja tidak! Aku masih normal."
"Lalu apa masalahnya?."
"Itu... Aku hanya takut kalau pria yang nantinya aku nikahi tidak seperti Ayah dan akan menyesal seumur hidupku."
"AHAHAHA....," Ema tertawa riang setelah mendengar ucapan putrinya itu. "Jadi itu yang kau takutkan? Ya ampun sayang~ ... Hahh...," Ema tersenyum manis saat melihat putrinya yang masih belum berubah.
"Asiah.... Jika kamu khawatir akan hal itu maka selamanya kamu tidak akan pernah menikah atau memiliki keluarga nantinya, tentu saja tidak akan ada yang seperti Ayahmu di dunia ini lagi, karena dia memang cuman satu dan sudah kumiliki.
"Tapi jangan khawatir, kamu pasti akan mendapatkan yang terbaik nantinya versimu sendiri bukan versi Ibu atau Ayahmu."
"Tapi aku memang tidak mau menikah ibu!."
".... Jalani saja dulu, nanti kamu akan merasakannya. Mama juga seperti itu dulu dan ternyata Mama berakhir dengan membuka selangkangan Mama untuk Ayahmu."
"Eyakkk... Mama selalu berkata kotor."
"Hahaha... Mau bagaimana lagi memang seperti inilah Mama, Mamamu ini menggoda Ayahmu dengan sifat unik ini."
"Kalau begitu .... Ah! Mama bagaimana kalau aku melakukan program bayi tabung sa-"
"Tutup mulutmu j-Lang kecil. Apa artinya aku berbicara panjang lebar tadi jika kau akan berbicara omong kosong ini?!.
"Mama lebih suka mendengar kalau kamu hamil di luar nikah dari pada memiliki bayi tabung. Entah kenapa ibu membaca pikiranmu yang busuk itu jadi ibu ingatkan kamu untuk tidak pernah mencoba metode itu."
"...."
Asiah menelan ludahnya setelah melihat tatapan marah ibunya yang berbeda dari yang pernah dia lihat sebelumnya. Dia yakin kalau peringatan dari ibunya yang sekarang serius dan tidak main-main. Aku akan mati kalau ibu tahu aku melakukan program bayi tabung.
"Mama tahu apa yang kamu pikirkan.... Haduh putri kecilku, dengar. Kamu adalah seorang pengajar dan sangat dekat dengan anak-anak, kamu yang paling tahu tentang ini seharusnya.
"Mama mengatakan ini karena bukan sok tahu tapi karena teman ibu mengalaminya sendiri, program bayi tabung tidak selamanya akan berjalan mulus dan kalaupun berhasil kamu tidak akan tahu apa yang akan terjadi pada anakmu nantinya.
"Bayi tabung tidak berdosa. Mereka hanya anak-anak yang di buat dengan teknologi manusia-"
"Sebenarnya tidak seperti itu, bayi tabung adalah-."
"Tutup mulutmu dan dengarkan Mamamu ini pelacur kecil."
"Um, baiklah."
"Dengarkan Mama. Jangan pernah melakukan sesuatu yang nantinya akan kamu sesali, kamu tidak akan pernah tahu seperti apa Ayah dari anakmu nantinya jika kamu melakukan program bayi tabung dan resiko yang menyertainya nantinya.
"Mama tidak ingin Ayahmu mati berdiri karena putrinya melakukan kesalahan yang akan dia sesali seumur hidupnya, kamu mengerti?."
".... Baik Mama."
"Bagus, sekarang ayo kita pulang."
Setibanya di rumah. Ema dan Asiah melihat Roberto yang sedang menata makanan di atas meja, semua makanan yang terhidang di atas meja adalah makanan kesukaan Asiah sejak dia kecil. "Ayah, sangat berlebihan memasak semua makanan kesukaanku hari ini."
"Hahaha, tidak masalah. Apapun akan Ayah lakukan untuk putri kecil Ayah," Roberto mengecup kening Asiah lembut dan merekapun makan malam bersama dengan tenang.
...🌸🌸🌸...
Hari-hari Asiah sangat bahagia selama seminggu bersama orang tuanya walau harus membagi waktu kerja dengan pergi berwisata bersama orang tuanya selama seminggu, sampai akhirnya kedua orang tuanya pun harus kembali ke Jerman.
"Jaga dirimu baik-baik ya, sniff... Putri Ayah pasti akan kesepian nantinya," kata Roberto yang menyeka air matanya.
"Aku akan baik-baik saja Ayah, yang lebih penting Ayah juga seharusnya menjaga kesehatan Ayah dan jangan terlalu banyak begadang!."
"Sniff... Ayah tidak mau pergi!...."
"Tsk! Menyebalkan. Roberto ayo pergi nanti kita ketinggalan pesawat kalau berlama-lama."
"Sniff... Ema kamu sangat kejam! Bagaimana mungkin-"
"SUDAH CEPAT! INI SUDAH JADWAL PENERBANGAN! KAMU SUDAH MENGUCAPKAN SALAM PERPISAHAN SELAMA SATU JAM!!!,"teriak Ema.
"Hiksss... Asiahhh... Rajin-rajinlah menelefon Ayah hikss ... Jangan sampai- jangan sampai lupa aaahhh...."
"ROBERTO!."
"BAIK-BAIK!."
Sebelum pergi, Roberto menyelipkan amplop besar ke kantong saku Asia dan pergi dengan berlinang air mata. Asiah yang melihat itu tersenyum dan memandang kepergian mereka. Namun, Ema berbalik melihat Asiah dan mengucapkan kalimat tanpa bersuara.
" 'Akan Ku Bunuh Kau Kalau Mengikuti Program Bayi Tabung! ' "
"Puffft... Hahahah... Baiklah-baiklah, aku ingat itu Mama."
Setelah itu Asiah kembali kerumahnya dengan hikmat. Dia merasa rumahnya yang dulunya ramai menjadi sepi dan terlihat seperti tidak berpenghuni. "Apakah sebelumnya terlihat seperti ini?."
Asiah berbaring di sofa dan tertidur pulas untuk waktu yang lama. Keesokan harinya dia bangun dan segera melakukan aktifitasnya seperti biasa walau sedikit merasa asing dengan kesepian yang baru. "Sepertinya aku harus membeli hewan peliharaan."
Sesampainya di sekolah Asiah di sambut dengan antusias oleh murid-muridnya yang imut-imut dan lucu-lucu. "IBU GURU! SELAMAT PAGI,"teriak seorang murid pada Asiah dengan ceria nya.
"Selamat pagi Fanny. Lain kali panggil aku Miss jangan Ibu yah! Miss belum menikah soalnya~," Asiah memeluk murid kecil itu dan mencium keningnya seperti biasanya.
"Hehehe.... Maaf Miss Asiah."
Beberapa murid juga mendatangi Asiah dan memberikan salam pagi dengan antusias. Semua orang sudah menyetujui bahwa Asiah adalah salah satu Guru yang paling di senangi oleh semua siswa di sekolah Dasar Avenir.
Bahkan tidak sedikit yang iri dengan Asiah yang cerdas dan berparas sangat cantik serta kemampuannya untuk bersosialisasi dengan anak-anak membuatnya sangat di senangi oleh murid maupun orang tua siswa.
"Baiklah sekarang adalah pelajaran menghitung!, Ayoo~ siapa yang sudah menyelesaikan tugas yang Miss berikan kemarin?."
"AKU!."
"AKU!."
"AKU SUDAH SELESAI IBU ASIAH!."
Murid-murid berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di depan Asiah, tak jarang beberapa siswa yang berjenis kelamin laki-laki akan berkelahi karena berlomba-lomba terlihat baik di depan Asiah guru yang mereka sukai.
"Miss Asiah Rosen! Aku telah menyelesaikan tugasku." Seorang laki-laki kecil yang terlihat pemalu mengangkat tangannya dengan lembut di udara. Pipinya yang memerah membuatnya terlihat sangat mencolok di antara murid-murid lainnya.
"Yap! Jeremi! Bawa bukunya kemari, Miss akan periksa."
Siswa kecil itu berjalan menuju Asiah dengan pipih yang tersipu merah namun dia terjatuh setelah sepuluh langkah berjalan. "ADUH! AWW... SAKIT!," Murid perempuan yang melihat anak itu terjatuh lekas berbondong-bondong menghampirinya dan segera membantunya.
Hal itu lantas membuat beberapa siswa menjadi iri dan marah sedangkan beberapa dari mereka mengalihkan pandangan pada Asiah yang melihat mereka dengan senyuman hangat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Wirda Lubis
lanjut.
2024-04-12
0