Tepat pukul 06.45 Malam. Asiah tiba di restoran Le Train Bleu, salah satu restoran terkenal di Prancis. "Kira-kira apa yang ingin di katakan Erika padaku."
Setelah masuk kedalam restoran, Asiah melihat interior mewah restoran yang tidak berubah ketika terakhir kali dia mampir ke restoran tersebut. Pelayan yang ramah sigap menghantarkan Asiah kemeja yang telah di pesan oleh Erika.
"Erika, apakah kamu sudah lama menunggu?"
"Hem? Menurutmu?."
Erika melihat jam tangannya dan memastikan bahwa Asiah datang sesuai dengan waktu di tentukan. "Memangnya kamu pernah datang terlambat ketika di ajak kemana-mana."
"Hahaha.... Yah aku memang selalu tepat waktu." Asiah dan Erika berpelukan dengan akrab membuat suasana menjadi lebih baik.
Kemudian ketika mereka duduk dan memesan makanan Erika membuka pembicaraan.
"Asiah sebenarnya aku akan segera menikah setelah putraku lahir-."
"Ppft!—." Asiah menyemburkan sedikit air yang dia minum kelantai. "Apa? Bukannya kamu mengatakan kalau kamu tidak tahu siapa Ayah dari bayimu?!."
"Haiss... Kamu ini, Yap..., Aku memang mengatakan hal itu dulu, tapi sekarang berbeda. Aku bertemu dengan pria luar biasa yang mau menerima putraku dan diriku apa adanya.
"Aku dan keluarganya telah bertemu dan mereka setuju untuk melaksanakan pernikahan sebelum putraku lahir."
"...."
Asiah yang mendengar kabar itu sedikit gembira dan juga khawatir. "A-aku turut senang... Dan apa kamu yakin bahwa mereka telah menerimamu sepenuhnya?," Tanya Asiah.
"Tentu saja seratus persen aku yakin akan hal itu." Erika terlihat percaya diri dengan apa yang dia katakan.
"Lalu bagaimana denganmu Asiah? Apakah Ibumu masih memaksamu untuk mencari pasangan?."
"Sudah tidak lagi, aku mengatakan pada Ibuku kalau aku tidak akan menikah tapi dia malah memberiku nasehat."
"Hahaha... Seperti yang di harapkan dari Ibumu...."
Makanan tiba di meja mereka tak lama kemudian. Sambil menyantap hidangan lezat yang mewah mereka berdua bertukar cerita selama beberapa menit, hingga akhirnya Asiah menceritakan keinginannya untuk memberikan cucu pada orang tuanya tanpa memiliki pasangan.
"Kalau begitu bagaimana kalau ikut program bayi tabung? Banyak orang yang mengikuti program tersebut dan berhasilloh!."
"Inginnya begitu, tapi Mamaku sudah terlanjur mengancam ku jadi aku sangat sakit kepala sekarang. Mamaku tidak mengizinkanku untuk ikut program bayi tabung karena takut akan efek samping yang akan kami terima."
"Hemm... Benar juga kata ibumu, mereka masih ikut pada pemikiran kunonya." Eirika melihat Asiah. "Tapi itu semua tergantung padamu, kalau kau suka mengambil resiko demi tidak menikah maka lakukan."
"Aaarg— Rasanya sangat sulit!." Asiah meletakan sendoknya kasar.
Mereka berdua melanjutkan makan dengan hening tanpa berkata apa-apa sampai Erika datang dengan sebuah ide yang cukup gila.
"Hei Asiah. Aku punya ide!."
"Hem? Ide apa?."
Asiah melihat wajah Erika cukup serius. Dan mendengarkan setiap detail ucapannya yang hampir tidak terdengar. "Bagaimana kalau kamu tidur dengan lelaki lain dan memiliki anak dari pria itu, 'Satu malam Bersama Orang Asing' bagaimana?."
"Hah?! Kamu bilang apa tadi?."
"Aku bilang bagaimana kalau kamu tidur dengan pria lain-"
"Tidak! Tidak! Tidak!, Aku tidak mungkin melakukan hal itu! Reputasiku sebagai guru akan hancur dan-"
"Ada banyak wanita diluar sana yang mengandung tanpa menikah dengan alasan ikut program dan diterima begitu saja dimasyarakat."
"Erika aku ini guru, aku harus memberi contoh baik pada muridku!, dan bagaimana kalau ketahuan aku berbohong?."
"Jika ketahuan sajakan... Bagaimana kalau tidak ketahuan? Pikirkan kembali apa yang akan kamu dapatkan.... Kalau kamu mau pendukung yang kuat maka aku ada dibelakang mu," Erika menunjuk dirinya dengan bangga.
"Kalau begitu bagaimana dengan prianya?."
"Hem... Memang mencari bibit pria berkualitas sangat sulit ketika kamu mencarinya di sebuah klub malam tapi aku yakin!, Dengan bantuan temanku kamu akan mendapatkan yang berkualitas," kata Erika lantang.
"Tidak!. Ibuku akan membunuhku kalau tahu aku melakukan hal seperti itu apalagi dari club malam."
"Tapi bukankah ibumu berkata dia lebih suka kalau kamu hamil di luar nikah dengan pria lain 'Berarti terserah Dari manapun' dari pada memiliki bayi dari hasil program bayi tabung?."
"Ituu...."
"Pikirkan saja dulu. Nyatanya ini tidak sesulit yang kamu bayangkan, yah~ dulu aku juga melakukan hal yang sama," Erika mengangkat bahunya keatas dan berbicara nakal.
"Sayangnya aku tidak sepertimu, aku melakukan itu untuk bersenang-senang sampai kebablasan dan akhirnya aku mengandung sekarang.
"Untungnya Tuhan sangat berbaik hati karena masih memberiku pria luar biasa."
".... Aku ke toilet sebentar."
Asiah berdiri dari kursinya gugup, Asiah berfikir ucapan Erika ada benarnya. Dia ada benarnya! Jika aku melakukan seperti yang dia katakan maka aku tidak perlu menjalani rumah tangga dengan pria lain.Tapi, jika aku melakukan ini maka aku sama dengan wanita malam yang menjual dirinya demi uang.... Dan lagi, bagaimana mungkin aku bisa tidur dengan orang asing yang kesehatannya tidak kuketahui? Jika dia tipe yang tidur dengan sembarangan wanita maka kemungkinan dia membawa HIV sangat tinggi!.
Ekspresi rumit Asiah terlihat jelas. Dia menghawatirkan banyak hal dan kemungkinan kecil yang dapat membahayakannya nanti. Asiah berjalan cepat menuju toilet tanpa memperhatikan jalannya dan akhirnya dia berakhir terjatuh di lantai saat tubuhnya bertubrukan dengan tubuh seorang pria kekar. "Aawt!. Maaf-maaf!!!," Asiah menunduk meminta maaf dan kembali berjalan menuju toilet.
Sial! Memalukan sekali, kenapa aku harus jatuh di depan umum, batinnya.
"...."
"Apa anda mengenalnya?."
"Tidak. Tapi aku sepertinya pernah bertemu entah dimana...?"
"Benarkah?."
"Tidak juga."
Pria tampan dan wanita berpakaian dress merah seksi itu berpaling dan menuju bagian dalam restoran. Disisi lain, setelah selesai mencuci wajahnya Asiah kembali kemeja makan. "Jadi bagaimana? Apakah kamu sudah memikirkan apa yang aku katakan?,"tanya Erika.
"Hahh... Ini sulit, aku akan memikirkannya lagi." Asiah memijat kepalanya perlahan, pikirannya tidak tenang untuk beberapa saat.
"Jangan terlalu dipikirkan, lagi pula ini hanya saran dariku saja, jangan jadikan itu beban bagimu takutnya kamu akan menyesali keputusanmu sendiri. Ini negara bebas sayang...."
Kamu terlalu enteng Erika. "Sudahlah, cepat selesaikan makan mu. Tidak baik bagi ibu hamil pulang terlalu malam."
"Hahaha... Kamu masih belum berubah."
Makanan masuk kedalam mulut mereka perlahan seirama dengan alunan musik yang di mainkan di dalam restoran. Percakapan yang tenang dan candaan yang mereka lontarkan tak terasa telah menyita banyak waktu. "Baiklah sepertinya kita harus pulang, tunanganku sudah menunggu sejak tadi didepan restoran," bisik Erika.
"Hem? Bukankah tunanganmu orang berdiri di sana sejak tadi,"kata Asiah yang menunjuk pria tinggi yang sedang menyilangkan tangannya di ambang pintu.
"Eh?," Erika membalikan tubuhnya dan menatap pria tampan keturunan Arab itu. "Adam? Bagaimana kamu bisa berdiri di sana selama ini?." Erika bangkit dari tempatnya dan menghampiri pria itu.
"Aku tidak ingin menganggu waktumu dan temanmu makanya aku berdiri di sini." Pria bernama Adam itu tersenyum ramah ketika tunangannya memperkenalkan Asiah.
"Jadi kamu teman dekat yang sering di ceritakan oleh Erika."
"Hahaha... Aku tidak tahu apa yang dia ceritakan padamu," Asiah menjabat tangan Adam sebentar dan memperkenalkan dirinya kemudian dia berbisik ke telinga Erika sangat pelan. "Dia luar biasa," bisik Asiah.
"Sudah kubilang kan."
Erika tersenyum jahil ketika melihat Asiah yang tersenyum geli padanya. Sampai akhirnya tubuh Asiah sekali lagi di senggol oleh seseorang. Akibatnya Pelayan yang berada di dekat mereka menjatuhkan barang bawaannya dan refleks memungut satu-persatu secepat mungkin sambil meminta maaf.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments