Bab 4

Seringkali Graciela menasehati temannya agar menggunakan lensa kontak jika tidak mau menggunakan kacamata. Menang Arthur kadang menggunakan lensa kontak tapi hanya pada saat bekerja saja. Dia menggunakan lensa kontak sekali pakai. Dia berkata menggunakan lensa kontak juga kurang nyaman untuknya.

Graciela menganggukkan kepalanya . Senyum terkembang di wajahnya. Tampaknya dia sangat puas dengan hasil designya.

Dia berseru

"Nah sudah selesai. Kuharap kau tidak bosan menemaniku Arthur."

"Oh tentu saja tidak Miss West. Hasil karya yang bagus sekali."

Graciela tertawa. Tawanya kadang bisa membuat para lelaki memuja nya , termasuk Arthur Robson.

"Terima kasih Arthur. Aku cukup puas dengan design kali ini. Aku hanya perlu mengubah nya menjadi pakaian sekarang."

Arthur beranjak dari tempat nya duduk. Memang benar dia memiliki wajah tampan. Bola mata hitam yang memiliki tatapan menarik. Dan rambut hitam yang lurus. Pantas saja para wanita tergila gila padanya.

Dia sebenarnya sudah menikah. Dia pernah mengatakan pada Graciela dia bertemu istrinya di sebuah pertunjukan drama. Saat itu dia berkata

"Elsie sebenarnya wanita yang canti dan baik. Sebelum kami menikah dia selalu lemah lembut. Sekarang setelah menikah , dia berubah menjadi cerewet dan selalu mengomel. Dia selalu melarang aku pergi ke bar."

Saat itu Graciela hanya tertawa menggapinya. Dia tidak terlalu serius menangkap kata kata Arthur.

"Miss West."

Kata kata Arthur menghilangkan lamunan Graciela.

"Ya . Ada apa ? "

"Dengan apa anda akan membuat sayap nya?"

Graciela tersenyum

"Aku belum memutuskan nya. Aku akan pergi ke kota dan melihat lihat toko kerajinan tangan. Aku juga ingin membeli beberapa pita , kristal kaca dan mutiara. Mungkin juga akan mampir ke toko kain dan memilih milih bahanya."

"Apakah perlu saya temani ?" Tanya Arthur ragu ragu.

"Tidak , terima kasih Arthur. Bukannya sebaiknya kau pergi sekarang. Kau ada pemotretan kan sebentar lagi. "

"Ah iya. Saya permisi dulu Miss West."

Setelah Arthur pergi , Graciela segera ke dapur dan membuat secangkir cokat panas untuk dirinya sendiri. Ia merasa sangat lelah. Seluruh tenaganya sudah terkuras habis. Tapi dia merasa sangat bahagia.

"Syukurlah, sekarang aku bisa beristirahat."

Dan pikirannya terbang kepada Peter.

"Peter." Pikirnya. "Besok kita bisa bertemu. Aku akan pergi ke rumah keluarga Cavendish.

Ia duduk di depan perapian nya. Sambil menghabiskan cangkir ketiga dan sepotong sandwich tuna ke mulutnya.

Senang rasanya bisa beristirahat. Senang rasanya menjadi manusia. Tidak perlu berjalan ke sana kemari tanpa tahu arah tujuan. Atau pun mencari inspirasi berkeliling kota. Atau merasa kesal karena tidak tahu apa yang di cari.

Diletakkan cangkir nya yang isinya tinggal sedikit. Dia bangkit dan berjalan menuju meja tulisnya. Design yang tadi di gambarnya di pandanginya. Ada suatu rasa tidak puas yang dia tidak tahu kenapa. Padahal sebelumnya dia sudah puas.

Alis nya mengkerut. Ada yang aneh. Padahal gaun nya sudah sesuai dengan gambaran nya sesuai tapi tidak sama. Sudahkah ia mendapatkan nya atau belum.

Ia sudah mendapatkan nya dan itu benar. Akan tetapi ada yang berbeda. Sesuatu yang samar , sesuatu yang berbeda , sesuatu yang lain. Tapi dari mana ia mendapatkan nya.

Sebuah gagasan jahat muncul di kepalanya. Sebuah pemikiran yang penuh iri hati dan dengki. Padahal dia tidak mendengar apa pun yang di katakan Arthur. Namun entah dengan cara apa gagasan itu merasuki pikirannya. Sehingga memunculkan sensasi aneh pada gambarnya.

Graciela berbalik mundur . Mungkin itu hanya khayalan nya saja. Ia yakin itu besok pagi pasti dia sudah biasa kembali

"Aneh. " pikir nya "Betapa mudahnya seseorang terpengaruh."

Dengan wajah penuh senyuman dia melihat sebuah lukisan. Sebenarnya Graciela bukan cuma seorang designer tapi juga pelukis. Hanya saja dia menjadikan melukis sebagai hobi bukan pekerjaan.

Dia berdiri di depan sebuah lukisan yang di beri nama Wanita Pemuja. Lukisan ini bagus , wanita dengan rambut pirang bergelombang. Mata biru dengan tatapan memuja.

Dia sangat menyukai lukisan ini , di bingkai dan di simpanya. Di pandanginya lukisan itu dengan cermat. Lukisan itu memang bagus. Hasil karya nya terbaik selama beberapa tahun ini. Dia ingat samar samar pada saat Arthur melihat lukisan ini.

"Kenapa tidak kau daftar kan di kompetisi? Pasti kau akan menjadi juara satu.."

Dia tersenyum. Dia tidak pernah ingin ikut kompetisi. Baginya melukis adalah hobi bukan untuk berkompetisi.

Waktu membuatnya dulu, dia mendapatkan gambaranya, warna yang cocok. Wajah putih yang mendongak. Mata yang tampak memuja. Ya wanita ini memuja. Atau seperti mengidolakan.

Graciela mendesah dia teringat kepada Peter. Waktu Peter sangat marah sekali padanya ketika dia memperlihatkan lukisan ini. Kemarahan Peter membuatnya begitu terkejut. Karena selama ini Peter tidak pernah marah padanya. Dia teringat kata katanya waktu itu.

"Pokoknya kau tidak boleh memamerkan benda itu di manapun juga. "Katanya dengan tegas.

Dan tampak tidak peduli dengan penolakan Peter dia berkata

"Aku tidak peduli. Ini hasil karya ku . Aku punya hak."

Matanya beralih lagi ke gambar design baju pengantinnya di meja tulis. Di masukkan nya ke dalam sebuah map bening. Di simpan di laci dan di kuncinya. Dia baru akan pergi untuk membeli bahan bahan kain nya nanti. Mungkin tiga atau empat hari lagi. Dia tidak perlu terburu buru.

Pikirannya melayang lagi bahwa dia akan menghabiskan dua atau tiga hari bersenang senang di tempat Julia. Ada Julia , Amy , william dan Peter. Ya Peter , wajah nya memerah dan jantung nya berdegup kencang ketika memikirkan nama itu.

Kantuk mulai menguasai nya. Ia menguap, ia merasa letik tapi juga bahagia. Ia beranjak ke kamar mandi, di cuci wajah nya di westafel. Di isi air panas di bak mandi nya.

Sudah setengah jam dia berendam di bak. Dia bangkit dan mulai berpakaian. Dia menatap dirinya di cermin. Mematikan semua lampu , dan membiarkan satu lampu di sebelah tempat tidurnya menyala.

Dia baring telentang sambil menatap bintang. Dia memang sengaja meminta di pasang jendela di atas tempat tidur nya. Jadi dia bisa memandang langit malam. Seperti malam ini dia sibuk melihat bintang. Menghitungnya berharap akan tertidur.

Tapi sepertinya dia tidak bisa tertidur. Akhirnya dia mulai mengatur napas nya secara teratur. Menghitungnya agar bisa tertidur. Dia memikirkan The Blossom , hari harinya akan besok di habiskannya.

Di luar sana di Paladin , terdengar deru mesin mosil yang sedang di pacu. Di suatu tempat terdengar suara tangis anak bayi. Semua suara itu berkumpul jadi satu di alam bawah sadarnya.

Dalam alam sadarnya mobil itu berubah menjadi seekor macan kumbang. Dengan bulu hitam serta mata emas yang menarik nya ke dalam alam sadarnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!