Bab 3

Graciela  West sedang menggores pensil di sebuah kertas. Ia sedang menggambar sebuah design baju pengantin. 

Pikirannya sedang berpuaat pada gambar yang di buat nya. Tetapi telinga nya menangkap  suara samar samar.

"Apa yang saya katakan itu memang benar Miss West. Bahwa kita wanita harus bisa memiliki pendirian yang teguh. Jangan mau hanya di remehkan para pria. Saya tidak suka jika mendengar bahwa wanita di remehkan. Atau mereka tidak boleh bekerja. Saya membenci hal hal seperti itu. Kata saya kita tidak boleh lemah. Menurut anda bagaimana Miss West  ?"

Graciela  menjawab dengan penuh semangat 

"Benar sekali."

Padahal aku tidak mendengarkan sama sekali. Kata Graciela  dalam hati.

"Lagipula Miss West kami para pria tentu tidak salah kan . Apa salahnya kami para lelaki bertemu dengan wanita di bar saling menggoda. Rasanya para istri tidak memiliki hak untuk marah. " kata model itu sambil tersenyum.

"Ya." Graciela  menjawab dengan setengah hati.

" Gaun ini cantik sekali. " pikir nya. "Bagian leher di beri mutiara pasti akan sangat cantik. Mungkin dengan tile lebih terlihat mewah. Kristal kristal kecil di bawah lengan. Bagian depan seperti ini."

Dengan nada datar dia berkata

"Pasti anda merasa kesulitan."

"Oooh tidak begitu Miss West. Para wanita mudah luluh hanya dengan rayuan dan hadiah. Yah tidak sulit sih . Kalau kau banyak uang maka semua menjadi mudah. Para wanita bisa di beli. "

Tanpa sadar Graciela  menjawab 

"Tentu saja."

Selama bertahun tahun Graciela  sudah melatih untuk bisa menutup pikiran nya. Itu sangat mudah baginya.  Dia bisa melakukan  banyah hal sekaligus hanya dengan mengunakan pikiran nya sedikit mungkin. Kini ia sedang berusaha memikirkan untuk design bagian bawah gaun pengantin. Dia i gin membuat nya seperti model putri duyung atau model pakaian  kerajaan  Yunani. Akan tetapi arus kata kata yang keluar dari orang di sebelahnya tidak membuat dia terganggu. 

Ia bisa bercakap cakap sambil memusatkan perhatiannya. Memang banyak sekali model model yang ingin berbincang bukan model profesional  tentu saja. Tapi kebanyak model amatir seperti ini. Sepwrti model yang di sebelahnya  sekarang. Mereka berbicara panjang lebar tentang diri mereka sendiri. Keluarga mereka  , pacar mereka. 

Dari luar Graciela  akan menjawab. Tapi jauh di dalam dia sama sekali tidak mendengarkan. Hanya berkomentar dalam hati saja. Sarung tangan nya ajan di beri model bunga bunga . Cantik sekali.

Dia terus berkonsentrasi menggambar design baju. Di biarkan nya si model itu terus berbicara. 

"Aduh salah." Pikir Graciela  dalam hati. " Lengan sebelah nya lebih panjang dari yang satu nya. Seperti nya haruku ubah sedikit."

Graciela  menghentikan  aktivitas menggores pensilnya. Di perhatikan lagi gambar yang sudah di buat nya. Model yang sendari tadi berbicara dengan Graciela bernama Arthur Robson . Dia berkata

"Yah. Saya sering mengatakan ke para istri mengapa saya tak boleh membuang uang untuk wanita lain. Lagipula saya yang bekerja.  Para istri lebih suka di rumah memasak dan mencuci. Dan lagi saya bahkan berkata Oh itu adalah uang saya. Saya berhak melakukan apa saja. Jika tidak puas para istri bisa bercerai. Tapi tahukan anda jika kita mengancam menggunakan kata kata  cerai. Para wanita akan berubah  menjadi  takut. Tentu saja mereka  takut. Karena kalau bercerai  mereka akan terusir ke jakanan. "

"Tentu saja " jawab Graciela  tanpa menoleh.

"Padahal hubungan saya dengan para wanita di bar hanya hubungan  biasa. Saya hanya membelikan mereka beberapa hadiah. Mereka hanya membalas nya dengan sedikit  kecupan. Itu saja. Bahkan saya tidak pernah membawa mereka ke hotel."

"Tentu saja tidak." Gumam Graciela. 

Akhirnya  dia bisa membetulkan lagi lengan nya. Hampir satu jam dia asyik menekuni pekerjaan nya. Setiap goresan membuat gambarnya makin cantik. Tiba tiba dia mendapatkan ilham. Akan di tambahkan nya sebuah aksesoris rambut bernuansa kupu kupu. 

Akan dia beri warna lavender. Dan sebentar  lagi  design itu akan segera selesai.  Selama satu minggu di habiskan nya untuk berkutat membuat design ini. Dan sebentar lagi selesai.

Selama satu minggu terakhir ini. Dia terus menerus menggambar  tapi tidak ada yang membuat nya puas. Ia berjalan  tanpa berpikir seperti robot. Tidak bisa tidur , tidaknisa makan. Hanya memandang  kertas kosong saja. Ia juga menjadi gelisah.  Berjalan mondar mandi tidak tentu arah. Bahkan dia menjadi linglung.

Dia tidak bisa berkonsentrasi penuh. Hanya bayang bayang tentang gau pengantin putih satin berenda. Dengan tile dan kerudung nya. Bunga lili putih. Dia bahkan pergi ke butik butik dan peragaan busana. Tapi tidak ada sedikitpun baju yang sesuai dalam pikiran nya. 

Dia sudah melihat berbagai macam model. Mulai gaun pengantin model balon. Atau gaun penganti dengan setelan pendek . Atau gaun pengantin model sekarang yang bisa di upgrade  hanya dengan menambahkan sesuatu. 

Tapi tidak ada satu pun yang membuat dia puas. Ia menginginkan model yang berbeda. Sesuatu  yang bisa menjadi inspirasi. Dia telah berjalan jauh untuk mencari itu semua. Sebagian  mampu di hidupkan oleh dirinya. Tapi sebagian lagi dia membutuhkan sesuatu. Rasa lelah dan letih menjadi satu. Tapi itu tiba tiba membuatnya  membuka mata.

Pandangan  matanya kosong seperti orang buta. Bahu bahunya tegang. Ia merasa tegang ia berharap inspirasi  itu datang padanya. Gambaranya akan gaun yang ia inginkan datang dan pergi seperti asap. Dia tidak bisa menggenggam nya.

Lalu tiba tiba sebuah inspirasi datang padanya. Itu terjadi ketika dia sedang berjalan jalan di kota . Ada sebuah upacara pernikahan di gereja. Sedang pada hari itu turun salju. Tapi pemandangan  itu tidak bisa dia lupakan.  Seperti peri dengan kelap kelip cahaya berjalan pelan di antara tumpukan saju dan bunga . Bunga berwarna pink. Dia tidak pernah melihat bunga itu.

Tapi itu sangat cantik. Bahkan pengantin wanita seperti kupu kupu. Dengan penuh antusias dia mengikuti upacara pernikahan itu. Setelah selesai dia langsung melangkah pergi menuju studio kerjanya. 

Kadang dia suka memanggil  teman model nya Arthur Robson  ke tempat nya untuk sekedar memperlihatkan hasil design nya. Kadang kadang malah Arthur  sebdiri yang suka mampir. Tapi dia tidak pernah memanggil Graciela West dengan nama depan nya. Dia lebih suka memanggil dengan sebutan  Ms West. Sekarang  di sinilah dia berbicara dengan Graciela  tentang dirinya.

Arthur Robson  meletakan kaca mata di sebelah  nya. Kaca mata itu jarang di pakainya. Hanya sesekali saja dia memakainya. Di akui nya kepada Graciela  bahwa dia memiliki minus mata yang tinggi.  Dia tidak begitu suka menggunakan kaca mata karena katanya bisa mengurangi ketampanannya. 

Terpopuler

Comments

martina melati

martina melati

gk mau pake kacamata, pake softlens. tp kalo minusny tinggi mending dlasik deh

2023-09-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!