Bab 2

Amy berkata.

"Apa maksud mu dengan malapetaka Julia ?"

Julia berkata dengan raut wajah tanpa dosa.

"Oh bukan apa apa sayangku. Hanya saja kau tahu kan. Kalau seorang pria cerdas mereka biasanya bersikap sombong, angkuh , pendiam , egois dan selalu membenarkan ucapan mereka. Tapi aku yakin seperti kata ku tadi sayang. Graciela bisa mengatasi nya dengan baik. Dia berbakat. Bukan hanya dalam bidang pekerjaan nya. Oh iya tahun lalu design nya di pamerkan di Paris fashion show. Sayang nya aku kurang suka model nya. Terlalu terbuka atau kurang bahan menurut ku. Sangat seksi sekali . Aku yakin Shawn akan tertarik padanya. "

Amy mendelik kesal kepadanya.

"Julia hati hati cara bicaramu."

"Sayang aku tidak bermaksud kasar. Tapi ya kau tahu bagaimana pakaian yang bagus kan . "

"Menurut ku design pakai Graciela bagus dan modern. Menurutku Graciela jenius dalam bidangnya. "

Julia beranjak menuju jendela dan membuka kunci jendela. Dan berkata.

"Mengapa buah cherry? " gumamnya

Alis mata Amy terangkat sebelah . Dia berkata.

"Buah cherry ? Apa maksudmu Julia ?"

"Wallpaper dinding ini sayang. Kenapa hiasan dinding ini harus buah cherry ? Pasti ada alasannya ."

Tiba tiba kepala Amy pusing sekali. Dia tidak mengerti dengan jalan pikiran sepupunya itu. Belum semenit yang lalu mereka membicarakan Graciela. Sekarang tiba tiba Julia membicarakan wallpaper dinding.

"Jangan ngaco Julia. Kau tadi kan membicarakan pertemuan akhir nanti. Aku juga tidak mengerti kenapa kau harus khawatir dengan pertemuan nanti. Kalau bisa kau menjaga arah pembicaraan mu dengan Natasha nanti. Jangan ngawur sana sini kalau berbicara dengan nya. Dan kalau Graciela bisa menaklukan pria pendiam seperti Shawn apa lagi yang kau khawatirkan ."

"Masih ada satu tamu lagi sayang. Ryan akan datang."

" Oh Ryan juga," Amy tampak tertegun setelah berkata demikian.

Lalu Amy bertanya.

"Julia kenapa kau mengundang nya ke sini?"

"Sayangku Amy, aku sungguh tidak mengundang nya. Dia lah yang ingin datang menginap di sini. Kemarin aku menerima telepon darinya. Dia bertanya apakah aku mau menerimanya di sini untuk sementara. Tidak mungkin aku berkata tidak. Jadi aku mengiyakan."

Amy menganggukkan kepalanya.

Ya. Ryan memang seperti itu orang nya. Penuh kejutan , serius. Sejenak dia membayangkan wajah Ryan. Wajah tampan , rambut coklat dan mata biru. Ya mata nya seperti memiliki daya tarik magis. Seperti Julia.

"Ryan tercinta." Tiba tiba saja kata kata itu terlontar dari mulut Julia.

Dengan nada kesal dan marah Julia melanjutkan kata-kata nya.

"Seandainya saja Graciela mau menikah dengan Ryan. Mereka pasangan yang serasi. Aku yakin Graciela menyukai Ryan. Ryan pun demikian. Sayangnya aku tidak bisa membatalkan kunjungan Hamilton. Sejujurnya Peter akan memberikan pengaruh yang buruk. Kau mengerti kan. Peter akan terlihat makin menonjol dan Ryan akan makin menutup diri."

Amy berkata.

"Benar."

Julia menghela napas dengan berat. Dia berkata

"Sayang nya aku tidak mungkin membatalkan kedatangan suami istri Hamilton itu. Ini sudah di rencanakan dari bulan lalu. Tapi Amy keadan akan menjadi sulit sekali. Bayangkan saja Shawn akan berwajah jutek . Natasha yang harus selalu di berikan perhatian khusus. Peter yang sombong dan Ryan yang tidak pernah percaya diri. "

"Pokoknya bahan bahan untuk kue nya kurang begitu maksud mu ?"

Julia tersenyum. Dia berkata.

"Untung nya aku juga mengundang seorang tamu lagi. Dia akan datang pada saat makan siang. Ini akan menjadi selingan yang menyenangkan."

Amy menatap nya heran.

"Tamu ?"

"Benar seorang tamu lagi. Dia teman satu profesi dengan William. Yah dia sudah mengundurkan diri dan menjadi seorang detektif swasta. Aku ingat kami pernah bertemu dengan nya di Mesir. Dia memakai gaun panjang putih . Cincin besar melingkar di jari tengah nya. Sepatu hak tinggi merah yang cantik sekali. Sayang nya aku lupa apa yang di bicarakan. Sebab aku tidak begitu tertarik pada pekerjaan William. "

"Maksud mu telah terjadi kasus kejahatan di sini Julia ?"

Julia tersenyum lagi padanya.

"Oh tidak sayang. Jangan khawatir. Dia sebenarnya menginap di sebuah rumah perisitirahatan. Sepertinya dia sedang berlibur. Kau tahu kan di komplek sebelah rumah rumah di ubah jadi semacam rumah peristirahatan. Tembok tembok bata. Bentuk persegi dengan taman bungan dan kebun. Sepertinya saluran air nya kurang bagus. Ya dengan kanopi mungkin . Sebenarnya ada juga yang menyewa juga di sana. Kudengar seorang model. "

Julia berjalan keluar dari kamar Amy. Dia berhenti dan berkata.

"Baik sekali kau Amy mau membantu ku."

" Kurasa aku tidak membantu apa apa Julia."

Julia Cavendish menatap heran.

"Kembalilah tidur sayangku. Kau tak perlu bangun untuk sarapan kalau kau mau kau bisa sarapan di tempat tidur. Dan kalau kau sudah bangun, kau boleh berbuat sesuka hati mu."

"Maksudmu ? Oh itu kau baik sekali Julia. Yah mungkin aku akan menuruti perkataan mu."

Julia Cavendish turun ke bawah melewati dapur. Dia melihat teko di atas kompor. Dia tahu bahwa Amy sangat suka minum teh. Di ambil nya teko tersebut dan di isi air. Diletakan teko tersebut di atas kompor. Di nyalakan api nya dan kemudian dia keluar dari dapur.

Dia berjalan terus menuju lorong satu ya. Dia berhenti di depan kamar tidur suaminya. Di putarnya gagang pintu kamar suami nya. Tapi William Cavendish tahu betul seperti apa sifat istrinya. Dia sangat mencintai Julia , tapi dia juga tidak ingin ketenangan tidurnya terganggu. Maka dari itu dia selalu memgunci pintu kamarnya.

Julia Cavendish terus berjalan menuju kamarnya sendiri. Sebenarnya dia ingin sekali berbicara dengan suaminya. Tapi nanti juga bisa. Begitu masuk kamarnya, dia langsung merebahkan dirinya di atas kasur yang empuk . Tidak lama kemudian terdengar dengkuran halus. Julia Cavendish sudah tertidur nyenyak seperti anak kecil.

Di dapur teko terus menjerit.

"Teko ini hangus lagi Mr Morris," kata pelayan yang bernama Alfred.

Morris adalah kepala pengurus rumah tangga. Dia sudah bekerja di kediaman Cavendish dalam waktu yang lama. Dia sudah tahu seperti apa sifat Nyonya Cavendish. Diambilnya tekonya sudah hangus itu dari tangan Alfred. Di bawa nya ke lemari. Di ambilnya satu teko baru dari dalam lemari tempat di simpan nya persedian teko sebanyak satu lusin.

"Ini," di serahkanya teko baru itu pada Alfred.

"Seringkah hal ini terjadi ?" tanya Alfred.

Morris menganggukkan kepalanya.

"Nyonya orang yang sangat baik sekali. Tapi sifat pelupa nya sangat parah sekali. Ini bukan sekali dua dia kali nyonya memghanguskan teko. Tapi selama aku masih bekerja di sini. Aku akan memastikan bahwa setiap hal akan berjalan sebagai mana nya. Agar beliau bisa tenang dan tidak akan khawatir."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!