...*Selamat Membaca*...
Beberapa pertimbangan terus dipikirkan oleh orang tua Rey dalam mengubah nasib kehidupannya dengan bekerja di dalam perusahaan, terlebih lagi ayahnya cuma lulusan sekolah SD dan semua biayanya dia tanggung sendiri di waktu kecil dulu.
Bersamaan dengan itu, adiknya mulai belajar berbicara meski ada beberapa kata yang tidak terdengar dan hal ini sangatlah umum bagi setiap anak yang berusia setahun lebih beberapa bulan. Rey yang mendengar adiknya berusaha memanggil nya kakak, seketika semangatnya meningkat dan berpegang tegus akan mewujudkan keinginannya di masa depan nanti.
Sesampainya di sekolah, Rey adalah murid pertama yang selalu datang lebih awal tentunya tanpa di antar oleh salah satu kedua orang tuanya. Tindakan yang dilakukan oleh Rey mendapat beberapa pujian dari guru, kepala sekolah ataupun orang tua dari anak lainnya.
Alhasil, ada beberapa diantara mereka untuk melakukan hal sama seperti yang dilakukan Rey, dan membuat orang tua dari anak itu merasa bangga. Terkadang juga ada sebagian dari orang tua anak tersebut mengucapkan banyak terimakasih padanya, karena putra ataupun putrinya belajar untuk mandiri.
"Seperti biasanya Rey datang lebih awal." sambut wali kelasnya dengan tersenyum, dan merasa tak ingin kalah dalam hal tersebut.
"Ahh, saya hanya berangkat seperti biasanya saja bu." tanggap Rey yang sedikit malu akan pujian yang selalu diberikan kepadanya.
Kemudian wali kelas tersebut membuka semua pintu ruangan sekolah, lalu dia bersih-bersih terlebih dulu sebelum anak-anak ataupun orang tua nya berdatangan. Tentunya Rey ikut andil dalam hal itu, dan setiap hari melakukan rutinitas tersebut.
Tak lama, beberapa teman sekelasnya datang dan mereka membantu dalam membersihkan lingkungan sekolahnya itu. Dengan riang gembira serta sedikit bercanda mereka melakukannya sampai selesai dan tinggal menunggu bel masuk berbunyi.
"Hey, Rey! Cepat ceritakan mengenai adikmu itu!" pinta Jihan yang teringat akan janji kemarin karena tak sempat di ceritakan olehnya.
"Ahh ya, mengenai adiknya itu ya." sambung Farhan yang baru teringat akan hal tersebut. Mendengar perkataan mereka berdua seperti itu, anak-anak lainnya mulai berkumpul di dekat Rey dan menunggu kelanjutan cerita darinya.
"Ahh, ini... Kenapa aku merasa seperti akan dibully oleh kalian semua?" tanya Rey yang melihat semua teman kelasnya berkumpul di sekelilingnya serta berpikir demikian.
"Tentu saja karena kami sangat tertarik dengan ceritamu itu, dan kali ini aku akan mendengarkannya dari awal." jawab Rava, lalu teman sekelasnya menganggukkan kepalanya karena setuju dengan perkataannya itu.
Secara tiba-tiba, guru wali kelasnya pun duduk bersama mereka, dan dia juga ingin mendengar cerita yang ingin disampaikan oleh Rey. Hal ini membuat semua muridnya itu sangat terkejut, karena tak menduga kalau wali kelasnya itu tertarik dengan ceritanya itu.
"Masih ada waktu 15 menit lagi sebelum bel masuk berbunyi, jadi kenapa kamu masih belum cerita juga Rey?" tanya wali kelas tersebut sambil memberitahu waktu masuk belajar.
"Ahh, ya, saya cuma merasa gugup saja bu. Ehemm... Baiklah kalau begitu, aku akan menceritakannya." jawab Rey, lalu dia mulai bercerita mengenai adiknya, sekalian dengan alasannya yang terlambat masuk sekolah pada usianya dulu.
Kemudian Rey memulainya dari kejadian sebelumnya ketika adiknya berada di dalam kandungan ibunya. Diwaktu itu, dia pernah ditawari masuk sekolah sejak usianya 5 tahun, namun menolaknya karena dalam beberapa minggu lagi akan melahirkan, terlebih lagi membutuhkan biaya yang cukup banyak dalam hal tersebut.
Sebelumnya ayahnya itu sempat mencari pekerjaan di berbagai tempat, akan tetapi banyak kendala yang dihadapinya terlebih lagi cuma lulusan SD. Mau buka usaha pun tidak memiliki modal, dan sampai akhirnya memutuskan untuk menjadi pemulung barang bekas daripada menjadi seorang peminta-minta.
Oleh karena itu, Rey memilih untuk tetap membantu ayahnya bekerja meski hanya mengandalkan hasil dari penjualan barang bekas. Selain itu juga, dia sempat berkata kalau adiknya saja yang disekolahkan di masa depan nanti, namun pada akhirnya dia dapat sekolah meski 1 tahun lebih tua dari anak lainnya.
"Hiks... Hiks... Hiks..." suara tangisan teman-temannya, karena mereka merasakan apa yang dirasakan oleh Rey dalam kondisi seperti itu, termasuk wali kelasnya dan orang tua murid yang tak sengaja mendengarkan ceritanya itu.
"A-apakah ada yang salah dengan ceritaku ini?" tanya Rey dengan penasaran dan merasa takut kalau ceritanya itu telah menyinggung mereka.
"Tidak Rey, ceritamu itu sangat menyentuh hati ibu, sampai bisa berpikir dan merasakan apa yang dialami olehmu." jawab wali kelas tersebut sambil menyusut air matanya menggunakan sapu tangan.
"Kamu sungguh anak yang sangat berbakti pada kedua orang tuamu, serta memikirkan apa yang harus dilakukan dikala itu sampai rela membuang 1 tahun yang seharusnya masuk sekolah lebih awal." sambung salah satu dari orang tua temannya yang masih mengantar anaknya ke sekolah.
"Tidak-tidak... Saya belum melakukan hal seperti itu yang bisa membuat keluarga bahagia." tolak Rey yang berpikir kalau dirinya sama sekali belum bisa membantu kedua orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan kesehariannya.
"Meski tanpa disadari olehmu Rey, tindakan seperti itu merupakan salah satunya dalam berbakti pada orang tua. Terlebih lagi ibu mengetahui kalau sehabis pulang sekolah, kamu selalu membantu pekerjaan ayahmu itu." tanggap wali kelas tersebut dengan sangat bangga terhadap dirinya, selain itu juga telah memberikan motivasi bagi teman nya, sampai sekolah tersebut mendapatkan penilaian terbaik dari pemerintah di daerahnya itu.
"Dikarenakan ceritamu itu sangat bagus dalam penyampaiannya, bagaimana kalau kamu ikut berpartisipasi dalam perlombaan yang akan diadakan di daerah ini untuk mewakili sekolah kita?" tanya ibu kepala sekolah yang secara tiba-tiba datang ke ruang kelas tersebut, sambil memberikan penawaran padanya untuk mengikuti lomba bercerita.
Mendengar perkataan seperti itu, semua teman-temannya mendukungnya dalam kegiatan tersebut dan berharap kalau Rey menerima tawarannya itu.
"Rey, pokoknya kamu harus ikut dalam perlombaan itu!" pinta Jihan padanya.
"Ta-tapi, ceritaku tidaklah sebagus itu, belum lagi aku harus bagaimana dalam bercerita dengan baik dan benar." tanggap Rey yang berpikir kalau dirinya itu tak mampu bersaing dengan anak lainnya dalam perlombaan tersebut.
"Kamu sungguh tidak menyadari Rey? Ceritamu yang barusan itu sangat menarik, sampai-sampai membuat kami tersentuh dan tanpa disadari telah menangis." ucap wali kelasnya itu dengan meyakinkan kalau ceritanya sangat menarik dan dapat bersaing dengan anak lainnya.
Sejenak Rey berpikir mengenai tawarannya itu, tentunya harus meminta dukungan dari kedua orang tuanya terlebih dulu sebelum menyetujui tawaran tersebut. Ibu kepala sekolah itu memahami pemikirannya, dan dia sendiri akan menemaninya meyakinkan kedua orang tuanya itu sepulang sekolah nanti.
"Kami semua pasti akan hadir dalam perlombaan itu Rey, jadi jangan sampai gugup ketika waktunya tiba." ucap Rava dengan memberikan semangat kepadanya, begitu juga teman lainnya.
Dalam hal ini, ibu kepala sekolah itu menjelaskan kalau perlombaannya bukan hanya satu saja, melainkan banyak perlombaan lain yang bisa diikuti oleh semua murid tersebut, tentunya dalam bakatnya masing-masing. Mendengar hal itu, semangat semua murid meningkat karena mereka bisa ikut dalam perlombaan lain, serta bisa saling memberikan semangat pada teman-temannya.
...Bersambung......
...{Pemberitahuan Update}...
...20.00 WIB...
...Terimakasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments