Bab 5: Pertemuan Terakhir

Gian berjalan menuruni tangga. Wajahnya dingin tanpa ekspresi seperti biasa. Ia menatapku tajam yang sedang duduk di sofa ruang tengah. Tab dan buku-buku sudah aku siapkan di meja tengah di depanku.

"Di atas." Titahnya tak menerima bantahan, ketika ia sampai di anak tangga terakhir. Ia membereskan tab dan buku-buku yang sudah aku siapkan.

"Di sini aja." Aku bersih keras.

Seperti biasa, ia tak akan mendengarkanku. Kata-katanya adalah tak terbantahkan.

Ia meraih tanganku dan membawaku menaiki tangga, "Lepas, Gian." lirihku. Khawatir sekali Bi Jumi melihat pemandangan ini. Namun sepertinya tidak, ia sedang sibuk membersihkan ruang tamu sambil sibuk mengobrol dengan Mang Tata, ART laki-laki di rumah itu.

Kami pun sampai di kamar Gian. Ia segera membereskan tab dan buku-bukuku yang dibawanya tadi, lalu duduk di kursi. Tangannya menepuk-nepuk pada kursi putar di sebelahnya.

"Duduk."

Tak ada kata-kata 'silahkan' seperti awal pertemuan kami, dan aku sudah mulai terbiasa. Akupun duduk di kursi itu. Seperti itulah sikapnya setelah selama sebulan ini aku selalu menuruti keinginannya.

"Aku mau liatin sesuatu." Ujarnya. Ia membuka ponselnya dan memberikannya padaku.

Dengan bingung aku meraihnya, dan aku melihat sebuah screenshoot dari aplikasi penilaian yang aku kenal. Terdapat angka 98 disana. Kemudian ia menggeser layar ponsel itu dan aku melihat angka lain, kali ini 100.

Aku tersenyum padanya. "98 dan 100?"

Ia mengangguk dengan senyum tipis, "Berkat Kak Naya. Itu ulangan matematika dan fisika terakhir kemarin."

"Nggak. Ini berkat kamu sendiri. Kamu udah berusaha keras." Ujarku bangga.

"Aku ingin hadiah." ujarnya tiba-tiba.

Aku menoleh ke arahnya dan seketika bibir tipis dan merah mudah itu sudah menciumku lagi. Semakin dalam dan semakin dalam.

Aku kira ia tak pernah fokus saat privat bersamaku. Tapi ternyata membiarkannya menciumku sesekali di tengah les privat ini justru membuatnya terkendali.

Kali ini aku sudah semakin terbiasa dan tak mencoba untuk menghindar. Percuma, ia akan semakin beringas jika aku memberontak. Jadi aku biarkan saja.

Dan menikmatinya.

Biarlah, ini adalah pertemuan terakhir. Setelah ini aku tak akan bertemu dengannya lagi.

Setelah cukup lama, aku menjauh. Dan menatap kedua manik hitamnya, "Sekarang kerjain latihan soal buat ujian minggu depan."

Ia tersenyum tipis sambil meraih buku dengan beberapa soal di atasnya, kemudian ia mengerjakannya dengan tenang.

Saat melihatnya begitu serius mengerjakan soal-soal yang aku berikan, aku selalu saja tertegun. Karena ia selalu mengerjakannya dengan begitu serius. Ia fokus sekali dan bahkan seperti menganggapku tidak ada di sana.

Sudah aku katakan bahwa ia menjadi terkendali saat aku membiarkannya menciumku sesuka hatinya.

Setelah sekitar setengah jam, ia selesai. Aku Pun memeriksanya.

Saat inilah aku yang malah tidak fokus. Karena saat aku memeriksanya, ia selalu menatapku. Membuatku merasa sangat terganggu.

Tubuhku tersentak saat ia menarik kursi yang aku duduki mendekat padanya. Kursi itu ada diantara kakinya sekarang.

"Gian, saya lagi meriksa." Protesku.

"Periksa aja. Jangan ngerasa terganggu." Suara rendahnya lirih, tanpa merasa berdosa.

Aku Pun berusaha untuk fokus dan memeriksa hasil pekerjaan Gian. Dan semuanya betul.

"Saya rasa kamu udah siap dengan ujian minggu depan." Pujiku seraya menuliskan angka 100 di sudut kanan lembar itu.

"Baguslah." Ujarnya seraya mengendus leherku.

Seketika tubuhku meremang. "Gian!" Aku mendorongnya menjauh dariku.

Mata besarnya menyelamiku. Ia mendekat padaku dan bersiap menciumku lagi, tapi aku segera menghindar dengan menolehkan kepalaku sehingga bibirnya malah mengenai pipiku.

"Ini adalah pertemuan terakhir. Kita harus berhenti." Ucapku saat ia menjauhkan wajahnya dariku.

"Aku gak ngeliat kenapa kita harus berhenti hanya karena ini pertemuan terakhir." Tangannya menarik pinggangku dan bersiap menciumiku lagi.

Aku terkesiap saat tangan Gian mulai menelusup ke bawah blouse yang aku kenakan. Sepersekian detik kemudian tangannya sudah berada di perutku.

"Stop Gian!" Teriakku marah, "Saya gak akan membiarkan kamu menyentuh saya!" Aku meronta sekuat tenaga dan berhasil. Aku bangkit dari kursi itu dan mulai membereskan tab dan buku-buku ku.

Beberapa detik hening. Semua barang sudah tersimpan di tasku dan aku melangkah menuju pintu kamar Gian yang terbuka.

"Mulai hari ini Kak Naya pacar aku." Ujarnya, kembali dengan nada sewenang-wenangnya.

Sontak aku menghentikan langkahku dan menatap ke arahnya tak percaya. "Saya anggap kamu tidak mengatakan apapun."

Aku berjalan kembali menuju pintu, namun Gian menarik tubuhku dalam pelukannya. "Gi..."

Terdengar suara bu Kirana dari lantai bawah, sepertinya ia sudah pulang dari arisannya. Seketika aku panik dan berontak.

"Jangan berisik. Bunda udah pulang." lirihnya.

"Makanya kamu lepasin saya!" Bisikku sambil terus meronta, namun tubuhku tak bergerak sama sekali. Tubuh tinggi dan kekarnya benar-benar mengunciku.

"Kasih aku satu alasan kenapa Kak Naya gak mau jadi pacar aku." titahnya.

"Kamu masih SMA." ujarku segera.

"Bukan alasan yang cukup bagus. Gak ada yang salah dengan aku masih SMA. Gak ada korelasinya dengan kita gak boleh pacaran."

Pintar sekali jawabannya.

"Saya gak suka sama kamu."

Gian melonggarkan rengkuhan tubuhnya dan menatapku, "Kak Naya udah suka sama aku. Selama ini kita berciuman. Bukan hanya aku yang mencium kak Naya."

Mulutnya benar-benar pintar. Seharusnya dia mengikuti lomba debat atau semacamnya, dia pasti akan menang.

Aku menatapnya dengan penuh keyakinan. "Saya gak ada rasa seperti itu. Saya gak cinta sama kamu. Saya gak mungkin berpacaran dengan cowok yang lebih muda dari saya. Kamu itu 5 tahun lebih muda dari saya, kamu masih anak-anak. Jika saya mencari seseorang untuk jadi pacar saya, saya akan mencari seseorang yang lebih tua dari saya. Karena saya bukan di usia dimana akan jatuh cinta dan kemudian putus. Saya akan berpacaran dengan seseorang yang sudah matang dan mulai memikirkan pernikahan. Dan saya tahu itu bukan kamu."

Sejenak ia terdiam, sepertinya ia mulai paham dengan apa yang aku ucapkan.

Ekspresi dingin itu kembali aku lihat. Aku menjauhkan tubuhku darinya, tapi tak sampai sedetik ia sudah kembali menciumiku.

Ciuman kasar tanpa ampun itu dilakukan lagi oleh Gian.

Selama ini, selama aku menyambutnya, ia selalu menciumiku dengan lembut. Tapi kali ini ia melakukannya seperti awal dia menciumiku dulu untuk pertama kalinya.

Sepenuhnya kendali akan tubuhku hilang seraya bibirnya turun ke leherku. Sekuat tenaga aku menahan bibirku agar tak meloloskan suara apapun.

Segera aku mendorong tubuhnya. Namun tenaganya begitu besar, aku tak mampu keluar dari rengkuhannya.

Gian malah membawaku ke tempat tidurnya. Tubuhnya ada di atasku, ia menatapku lekat.

"Kamu jangan macem-macem ya!" Bentakku dengan suara berbisik, kedua tanganku dikunci olehnya. Aku benar-benar tak bisa bergerak.

Nafas Gian menderu. "Kenapa? Kak Naya harus mengakui kalau Kak Naya juga suka sama aku."

Aku menatapnya lekat. Anak ini sungguh berbahaya.

Episodes
1 Bab 1: Prolog
2 Bab 2: Les Privat
3 Bab 3: Pertemuan Kedua
4 Bab 4: Dominasi Gian
5 Bab 5: Pertemuan Terakhir
6 Bab 6: Obrolan dengan Mama
7 Bab 7: Kakak Sambung
8 Bab 8: Kegigihan Gian
9 Bab 9: Menerima Gian
10 Bab 10: Pertandingan Basket
11 Bab 11: Rencana untuk Backstreet
12 Bab 12: Hari Pertama
13 Bab 13: Perhatian Kecil
14 Bab 14: Kembali Dekat
15 Bab 15: Terpana
16 Bab 16: Hari Guru
17 Bab 17: Ketahuan
18 Bab 18: Perih
19 Bab 19: Perempuan Paling Cantik
20 Bab 20: Rasa yang Tidak Diperbolehkan
21 Bab 21: Patah Hati yang Konyol
22 Bab 22: Meyakinkan Naya
23 Bab 23: Nayara Pacarnya Giandra
24 Bab 24: Ganjaran
25 Bab 25: Kencan
26 Bab 26: Masa Depan Gian
27 Bab 27: Kakak-adik yang Tak lagi Harmonis
28 Bab 28: Pacar Manjaku
29 Bab 29: Sebelum berpisah
30 Bab 30: Selalu Dukung Kamu
31 Bab 31: Syarat dari Kak Deon
32 Bab 32: Berbohong
33 Bab 33: Kencan di Luar Rencana
34 Bab 34: Pergi dari Rumah
35 Bab 35: Gian yang Dewasa
36 Bab 36: Upacara Kelulusan
37 Bab 37: Waktu yang Tidak Tepat
38 Bab 38: Truth or Dare
39 Bab 39: Diabaikan
40 Bab 40: Curiga
41 Bab 41: Situasi Macam Apa Ini?
42 Bab 42: Bertemu Kembali
43 Bab 43: Rumah Bagiku
44 Bab 44: Dunia yang Sempit
45 Bab 45: Chaos
46 Bab 46: Muram
47 Bab 47: Gian Harus Tahu
48 Bab 48: Selamat Tinggal, Gian
49 Bab 49: Ayah untuk Janinku
50 Bab 50: Kenangan dari Gian
51 Bab 51: Pernikahan yang Hambar
52 Bab 52: Rindu Setiap Saat
53 Bab 53: Tak Ada yang Bahagia
54 Bab 54: Orang Ketiga itu Sasha
55 Bab 55: Akhir dari Penderitaan
56 Bab 56: (Bab Spesial)
57 Bab 57: Enam Tahun Kemudian
58 Bab 58: Kembali ke Tanah Air
59 Bab 59: Andra dan Om Pirang
60 Bab 60: Siapa Om Pirang
61 Bab 61: Setelah Bertahun-tahun
62 Bab 62: Mengabulkan Permintaan Andra
63 Bab 63: Debaran Kedua
64 Bab 64: Canggung
65 Bab 65: Menyebalkan
66 Bab 66: Jangan Buat Aku Rapuh Lagi
67 Bab 67: Menjemput Andra
68 Bab 68: Gian yang Terkenal
69 Bab 69: Isi Hati Gian
70 Bab 70: Semakin
71 Bab 71: Siapakah Giandra Mahesa?
72 Bab 72: Berkenalan dengan Eyang
73 Bab 73: Berdebat
74 Bab 74: Cincin dalam Eskrim
75 Bab 75: Gian Pergi
76 Bab 76: Kebenaran
77 Bab 77: Pengorbanan Nayara
78 Bab 78: Saling Merelakan
79 Bab 79: Tato
80 Bab 80: Salam Terakhir
81 Bab 81: Terkoyak dan Sesal
82 Bab 82: Andra Butuh Ayah Kandungnya
83 Bab 83: Gian Tahu Semuanya
84 Bab 84: Dari Hati ke Hati
85 Bab 85: Pendekatan Kembali
86 Bab 86: Hubungan Tanpa Status
87 Bab 87: Bahagia
88 Bab 88: Bertemu Eyang
89 Bab 89: Kejutan untuk Gian
90 Bab 90: Melamar Gian (end)
91 Ekstra 1: Wanita Rahasia Daddy Zach
92 Ekstra 2: The Bad Boy and His Nanny
93 Ekstra 3: Om Rey Tersayang
94 Ekstra 4: Marry Me, Dev
95 Ekstra 5: My Big Girl
96 Ekstra 6: Single Mom
97 Ekstra 7: Miss Rania, I Love You
98 Ekstra 8: Mengejar Cinta Nabila
99 Ekstra 9: Jodohkah Kita?
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Bab 1: Prolog
2
Bab 2: Les Privat
3
Bab 3: Pertemuan Kedua
4
Bab 4: Dominasi Gian
5
Bab 5: Pertemuan Terakhir
6
Bab 6: Obrolan dengan Mama
7
Bab 7: Kakak Sambung
8
Bab 8: Kegigihan Gian
9
Bab 9: Menerima Gian
10
Bab 10: Pertandingan Basket
11
Bab 11: Rencana untuk Backstreet
12
Bab 12: Hari Pertama
13
Bab 13: Perhatian Kecil
14
Bab 14: Kembali Dekat
15
Bab 15: Terpana
16
Bab 16: Hari Guru
17
Bab 17: Ketahuan
18
Bab 18: Perih
19
Bab 19: Perempuan Paling Cantik
20
Bab 20: Rasa yang Tidak Diperbolehkan
21
Bab 21: Patah Hati yang Konyol
22
Bab 22: Meyakinkan Naya
23
Bab 23: Nayara Pacarnya Giandra
24
Bab 24: Ganjaran
25
Bab 25: Kencan
26
Bab 26: Masa Depan Gian
27
Bab 27: Kakak-adik yang Tak lagi Harmonis
28
Bab 28: Pacar Manjaku
29
Bab 29: Sebelum berpisah
30
Bab 30: Selalu Dukung Kamu
31
Bab 31: Syarat dari Kak Deon
32
Bab 32: Berbohong
33
Bab 33: Kencan di Luar Rencana
34
Bab 34: Pergi dari Rumah
35
Bab 35: Gian yang Dewasa
36
Bab 36: Upacara Kelulusan
37
Bab 37: Waktu yang Tidak Tepat
38
Bab 38: Truth or Dare
39
Bab 39: Diabaikan
40
Bab 40: Curiga
41
Bab 41: Situasi Macam Apa Ini?
42
Bab 42: Bertemu Kembali
43
Bab 43: Rumah Bagiku
44
Bab 44: Dunia yang Sempit
45
Bab 45: Chaos
46
Bab 46: Muram
47
Bab 47: Gian Harus Tahu
48
Bab 48: Selamat Tinggal, Gian
49
Bab 49: Ayah untuk Janinku
50
Bab 50: Kenangan dari Gian
51
Bab 51: Pernikahan yang Hambar
52
Bab 52: Rindu Setiap Saat
53
Bab 53: Tak Ada yang Bahagia
54
Bab 54: Orang Ketiga itu Sasha
55
Bab 55: Akhir dari Penderitaan
56
Bab 56: (Bab Spesial)
57
Bab 57: Enam Tahun Kemudian
58
Bab 58: Kembali ke Tanah Air
59
Bab 59: Andra dan Om Pirang
60
Bab 60: Siapa Om Pirang
61
Bab 61: Setelah Bertahun-tahun
62
Bab 62: Mengabulkan Permintaan Andra
63
Bab 63: Debaran Kedua
64
Bab 64: Canggung
65
Bab 65: Menyebalkan
66
Bab 66: Jangan Buat Aku Rapuh Lagi
67
Bab 67: Menjemput Andra
68
Bab 68: Gian yang Terkenal
69
Bab 69: Isi Hati Gian
70
Bab 70: Semakin
71
Bab 71: Siapakah Giandra Mahesa?
72
Bab 72: Berkenalan dengan Eyang
73
Bab 73: Berdebat
74
Bab 74: Cincin dalam Eskrim
75
Bab 75: Gian Pergi
76
Bab 76: Kebenaran
77
Bab 77: Pengorbanan Nayara
78
Bab 78: Saling Merelakan
79
Bab 79: Tato
80
Bab 80: Salam Terakhir
81
Bab 81: Terkoyak dan Sesal
82
Bab 82: Andra Butuh Ayah Kandungnya
83
Bab 83: Gian Tahu Semuanya
84
Bab 84: Dari Hati ke Hati
85
Bab 85: Pendekatan Kembali
86
Bab 86: Hubungan Tanpa Status
87
Bab 87: Bahagia
88
Bab 88: Bertemu Eyang
89
Bab 89: Kejutan untuk Gian
90
Bab 90: Melamar Gian (end)
91
Ekstra 1: Wanita Rahasia Daddy Zach
92
Ekstra 2: The Bad Boy and His Nanny
93
Ekstra 3: Om Rey Tersayang
94
Ekstra 4: Marry Me, Dev
95
Ekstra 5: My Big Girl
96
Ekstra 6: Single Mom
97
Ekstra 7: Miss Rania, I Love You
98
Ekstra 8: Mengejar Cinta Nabila
99
Ekstra 9: Jodohkah Kita?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!