Perlahan Gian menjauh dariku. Kedua manik hitamnya menatap mataku satu persatu bergantian.
Apa yang terjadi barusan? Apakah benar dia baru saja menciumku?
Gian? Anak bau kencur ini menciumku? Murid privatku yang bahkan belum satu jam ini aku kenal? Apa dia sudah gila?!
Tangan Gian masih berada di kedua pipiku, sebelum aku menyingkirkannya Gian kembali menciumku.
Kali ini bibirnya tidak sekedar menempel, tapi bermain di bibirku, semakin lama ia melahapnya dengan kasar. Dan aku tak mengerti mengapa tubuhku malah membeku tak bisa bergerak mendapatkan perlakuan itu dari Gian.
Aku seperti kehilangan kendali akan diriku.
Ciuman Gian begitu memabukkan. Jujur Gian sangat pintar dalam hal ini.
Hingga entah bagaimana, aku malah membalas ciuman yang semakin lama semakin dalam itu. Tanganku meremas kaos pada bagian bahu miliknya. Tangan Gian yang asalnya berada di pipiku, kini meregang dan turun merengkuh pinggangku, dan membuat kami yang asalnya berada di posisi duduk, menjadi berdiri.
Tangan Gian terus merengkuhku hingga tubuhku dan tubuhnya menempel tanpa ada jarak barang sesenti pun.
"Keluarin lidahnya." titahnya di tengah-tengah ciuman yang semakin panas itu.
Dan seperti terhipnotis, aku menurutinya kata-kata bernada s*nsu*l itu. Aku membuka sedikit mulutku, memberikan akses untuk lidah Gian masuk ke dalam mulutku dan membelit lidahku.
Ada apa dengan anak ini?
Terlebih ada apa denganku?!
Rasanya ada sesuatu dalam diri Gian yang membuatku tak bisa menolaknya, yang membuat akal sehatku kalah telak.
Namun seketika aku berhasil membawa akal sehatku kembali ke permukaan. Ku dorong sekuat tenaga tubuh Gian, hingga bibir kami saling menjauh dan ia sedikit terdorong ke belakang.
Nafasku tersengal, aku bisa mendengar detak jantungku yang bergemuruh. Begitu juga dengan anak itu. Ia berdiri di posisinya dengan nafas yang menderu, dan dengan ekspresi yang tak bisa aku artikan.
Aku segera membereskan buku dan tabku kembali ke dalam tasku dan keluar dari kamar Gian dengan tergopoh-gopoh, seperti aku baru saja bertemu dengan hantu.
Aku menuruni tangga dengan terburu sambil merapikan tasku.
"Loh, Nay? Udah selesai?"
Suara Bu Kirana membuat jantungku seperti mau terlepas dari rongganya. Aku seperti tertangkap basah!
"Sa-saya... Maaf..." suaraku bahkan bergetar hebat, dan aku berbicara dengan terbata-bata.
Tanpa berpamitan, aku segera saja berlari menuju pintu keluar dan segera mengendarai motor matic-ku keluar dari gerbang rumah besar itu.
Sepanjang jalan aku terus mengutuk diriku sendiri.
Kamu sudah gila, Nayara!
Harusnya aku menghentikannya saat Gian sudah hanya sekedar menempelkan bibirnya di bibirku. Kenapa aku malah membiarkannya menciumku seperti tadi? Bahkan saat ia memerintahku untuk mengeluarkan lidahku, aku malah menurutinya begitu saja.
Aku harus segera resign. Anak itu benar-benar berbahaya. Aku tidak akan bisa mengajarinya.
Saat tiba di rumah aku segera membasuh mukanya dan masuk ke kamar. Tiba-tiba saja ponselku berbunyi, panggilan masuk dari Bu Kirana. Aku mengabaikannya.
Rasanya aku butuh waktu untuk menetralkan hatiku.
Hingga pada malam hari, aku menerima notifikasi dari m-bankingku. Seseorang mengirimkan sejumlah uang. Saat aku melihat siapa pengirimnya, ternyata Bu Kirana. Dia mengirimkan uang dengan nominal delapan kali pertemuan dari angka yang sudah kami sepakati.
Padahal saat sedang bernegosiasi ia akan mengatakan akan membayarku perminggu, itu artinya per dua pertemuan. Tapi mengapa tiba-tiba ia membayarku delapan pertemuan sekaligus?
Panggilan itu kembali masuk, aku tak bisa lagi mengabaikannya. "Selamat malam, Bu." sapaku seraya menempelkan benda pipih itu ke salah satu telingaku.
"Nay, saya sudah mengirimkan honor kamu ya. Saya langsung transferkan delapan pertemuan."
"Ta-tapi bu. Saya tidak bisa menerimanya. Saya sebenarnya mau resign." Akhirnya aku katakan juga.
"Resign? Kenapa, Nay? Udah kamu gak usah dipikirin. Gian udah cerita, kok."
Aku terkejut sekali, "Gian cerita apa sama ibu?!" Tanpa sadar suaraku meninggi.
"Iya tadi Gian cerita kamu katanya ada keperluan mendadak, kucing kesayangan kamu mati. Ternyata kamu pecinta kucing juga ya. Saya ikut berduka ya. Sudah dikuburkan?"
Hah? Alasan macam apa itu?
"Su-sudah, Bu." Akhirnya aku tak punya cara lain selain mengikuti sandiwara Gian. "Terimakasih."
"Ya sudah kalau begitu. Lusa kamu datang sesuai jadwal yang sudah kita sepakati waktu itu ya. Gian seneng katanya kamu ngajarinnya jelas banget. Dia jadi minta saya buat bayar kamu delapan pertemuan sekaligus."
Ternyata anak itu biang keroknya?!
"Tapi tadi saya belum banyak mengajarkan Gian, Bu." Jujurku. Memang baru satu rumus yang aku ajarkan padanya.
"Tapi setelah kamu pulang Gian memperlihatkan saya buku catatannya dan dia sudah mengerjakan 20 soal. Saya kira dia ngapain sampai jam makan malam belum juga turun, ternyata dia mengerjakan soal yang kamu berikan. Dia semangat sekali. Biasanya dia akan mendumel dan berkata 'males ah'. Syukurlah baru pertemuan pertama tapi Gian sudah cocok dengan kamu."
Anak itu pintar sekali mencari alasan.
Maksud Gian apa dengan meminta ibunya membayar honorku di muka seperti ini? Apa dia sedang menjebakku agar aku terus bertemu dengannya?
Keesokan lusanya aku kembali ke rumah itu. Kini aku duduk di ruang tamu. Gian juga sudah berada di hadapanku.
"Jadi sekarang privatnya disini?" Tanyanya dengan ekspresi dingin itu lagi.
"Iya." Aku melirik ke arah teras belakang dan melihat Bu Kirana di sana sedang duduk di kursi meja makan yang berada di teras dekat kolam renang. Ia bersama dengan pembantunya yang sedang menyiapkan makan malam.
Melihat Bu Kirana ada dalam jangkauan penglihatanku, membuat aku merasa aman dari serbuan putranya ini.
Sejauh ini semuanya berjalan lancar. Kami bersikap profesional layaknya murid privat dan juga gurunya. Aku akui Gian memang cepat tanggap. Ia bisa memahami instruksiku dengan baik. Mungkin benar ia ketinggalan pelajaran bukan karena ia tidak mampu mengikutinya di sekolah, tapi karena kegiatan basketnya.
Hingga satu jam berlalu. Aku menghela nafas lega, tidak ada lagi serangan tiba-tiba itu.
"Nayara," Bu Kirana menghampiri kami. Beliau sepertinya mau pergi, "Sudah selesai 'kan privatnya? Saya harus pergi sekarang, ada keperluan sebentar."
"Bunda mau kemana?" Tanya Gian seraya duduk di sofa setelah sebelumnya ia duduk di karpet selama les berlangsung.
"Bunda mau nengok temen Bunda. Dia lagi dirawat sekarang. Kamu hati-hati di rumah ya, nanti makan malem gak usah nunggu Bunda. Kalau Ayah udah dateng langsung aja makan."
Gian mengangguk mengerti.
Bersamaan dengan Bu Kirana, aku pun segera memakai sepatuku di teras. Saat aku akan menuruni tangga di halaman depan, Bu Kirana sudah menghilang bersama mobilnya.
Baru saja aku akan menuruni anak tangga pertama, seketika Gian menarikku kembali ke dalam ruang tamu.
"Gi...!" Segera saja ia membungkam mulutku dengan bibirnya.
Dan terjadi lagi. Seketika aku menyesal karena sudah lengah. Kali ini aku tidak membiarkan diriku kehilangan kendali lagi. Aku terus mendorong tubuhnya dan berhasil, Gian melepaskan bibirnya dariku.
"Kamu bener-bener udah gak waras! Lepasin!" Walaupun ia sudah melepaskan bibirnya dariku, tapi sebelah tangannya masih melingkar di pinggangku, dan tangan lainnya memegang tanganku.
"Bi Jumi lagi sibuk di dapur, dia gak akan lihat kita. Bunda dan Ayah juga gak ada. Kak Naya gak perlu khawatir." Itu adalah kalimat terpanjang yang aku dengar sejak aku mengenalnya sejak dua hari yang lalu.
Seketika aku menginjak kakinya dengan kakiku yang sudah menggunakan sepatu. Ia sedikit meringis tapi tak membuatnya melepaskanku.
Ia malah membawa tubuhku ke sofa dan memaksaku duduk disana. Ia berjongkok di depanku dan menarik tengkukku dan kembali, bibirnya menyerangku.
Bagaimana ini?!
Tubuhku terus meronta tapi lama kelamaan entah bagaimana, aku kembali merasakan tubuhku tak berdaya.
Aku tak kuasa menolaknya dan kini bahkan tanganku meraih tengkuknya.
Iya, aku kembali menikmati perlakuan Gian terhadapku. Fix, aku memang sudah gila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Dewi Anggya
waaah lnjut pertemuan bibir yg k2 nihhhh
2024-05-24
1
⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾
Awal baca langsung deg deg an 🙈🙈
karya yg sangat bagus 👍👍❤️❤️
2023-08-02
2