Bab 3: Pertemuan Kedua

Perlahan Gian menjauh dariku. Kedua manik hitamnya menatap mataku satu persatu bergantian.

Apa yang terjadi barusan? Apakah benar dia baru saja menciumku?

Gian? Anak bau kencur ini menciumku? Murid privatku yang bahkan belum satu jam ini aku kenal? Apa dia sudah gila?!

Tangan Gian masih berada di kedua pipiku, sebelum aku menyingkirkannya Gian kembali menciumku.

Kali ini bibirnya tidak sekedar menempel, tapi bermain di bibirku, semakin lama ia melahapnya dengan kasar. Dan aku tak mengerti mengapa tubuhku malah membeku tak bisa bergerak mendapatkan perlakuan itu dari Gian.

Aku seperti kehilangan kendali akan diriku.

Ciuman Gian begitu memabukkan. Jujur Gian sangat pintar dalam hal ini.

Hingga entah bagaimana, aku malah membalas ciuman yang semakin lama semakin dalam itu. Tanganku meremas kaos pada bagian bahu miliknya. Tangan Gian yang asalnya berada di pipiku, kini meregang dan turun merengkuh pinggangku, dan membuat kami yang asalnya berada di posisi duduk, menjadi berdiri.

Tangan Gian terus merengkuhku hingga tubuhku dan tubuhnya menempel tanpa ada jarak barang sesenti pun.

"Keluarin lidahnya." titahnya di tengah-tengah ciuman yang semakin panas itu.

Dan seperti terhipnotis, aku menurutinya kata-kata bernada s*nsu*l itu. Aku membuka sedikit mulutku, memberikan akses untuk lidah Gian masuk ke dalam mulutku dan membelit lidahku.

Ada apa dengan anak ini?

Terlebih ada apa denganku?!

Rasanya ada sesuatu dalam diri Gian yang membuatku tak bisa menolaknya, yang membuat akal sehatku kalah telak.

Namun seketika aku berhasil membawa akal sehatku kembali ke permukaan. Ku dorong sekuat tenaga tubuh Gian, hingga bibir kami saling menjauh dan ia sedikit terdorong ke belakang.

Nafasku tersengal, aku bisa mendengar detak jantungku yang bergemuruh. Begitu juga dengan anak itu. Ia berdiri di posisinya dengan nafas yang menderu, dan dengan ekspresi yang tak bisa aku artikan.

Aku segera membereskan buku dan tabku kembali ke dalam tasku dan keluar dari kamar Gian dengan tergopoh-gopoh, seperti aku baru saja bertemu dengan hantu.

Aku menuruni tangga dengan terburu sambil merapikan tasku.

"Loh, Nay? Udah selesai?"

Suara Bu Kirana membuat jantungku seperti mau terlepas dari rongganya. Aku seperti tertangkap basah!

"Sa-saya... Maaf..." suaraku bahkan bergetar hebat, dan aku berbicara dengan terbata-bata.

Tanpa berpamitan, aku segera saja berlari menuju pintu keluar dan segera mengendarai motor matic-ku keluar dari gerbang rumah besar itu.

Sepanjang jalan aku terus mengutuk diriku sendiri.

Kamu sudah gila, Nayara!

Harusnya aku menghentikannya saat Gian sudah hanya sekedar menempelkan bibirnya di bibirku. Kenapa aku malah membiarkannya menciumku seperti tadi? Bahkan saat ia memerintahku untuk mengeluarkan lidahku, aku malah menurutinya begitu saja.

Aku harus segera resign. Anak itu benar-benar berbahaya. Aku tidak akan bisa mengajarinya.

Saat tiba di rumah aku segera membasuh mukanya dan masuk ke kamar. Tiba-tiba saja ponselku berbunyi, panggilan masuk dari Bu Kirana. Aku mengabaikannya.

Rasanya aku butuh waktu untuk menetralkan hatiku.

Hingga pada malam hari, aku menerima notifikasi dari m-bankingku. Seseorang mengirimkan sejumlah uang. Saat aku melihat siapa pengirimnya, ternyata Bu Kirana. Dia mengirimkan uang dengan nominal delapan kali pertemuan dari angka yang sudah kami sepakati.

Padahal saat sedang bernegosiasi ia akan mengatakan akan membayarku perminggu, itu artinya per dua pertemuan. Tapi mengapa tiba-tiba ia membayarku delapan pertemuan sekaligus?

Panggilan itu kembali masuk, aku tak bisa lagi mengabaikannya. "Selamat malam, Bu." sapaku seraya menempelkan benda pipih itu ke salah satu telingaku.

"Nay, saya sudah mengirimkan honor kamu ya. Saya langsung transferkan delapan pertemuan."

"Ta-tapi bu. Saya tidak bisa menerimanya. Saya sebenarnya mau resign." Akhirnya aku katakan juga.

"Resign? Kenapa, Nay? Udah kamu gak usah dipikirin. Gian udah cerita, kok."

Aku terkejut sekali, "Gian cerita apa sama ibu?!" Tanpa sadar suaraku meninggi.

"Iya tadi Gian cerita kamu katanya ada keperluan mendadak, kucing kesayangan kamu mati. Ternyata kamu pecinta kucing juga ya. Saya ikut berduka ya. Sudah dikuburkan?"

Hah? Alasan macam apa itu?

"Su-sudah, Bu." Akhirnya aku tak punya cara lain selain mengikuti sandiwara Gian. "Terimakasih."

"Ya sudah kalau begitu. Lusa kamu datang sesuai jadwal yang sudah kita sepakati waktu itu ya. Gian seneng katanya kamu ngajarinnya jelas banget. Dia jadi minta saya buat bayar kamu delapan pertemuan sekaligus."

Ternyata anak itu biang keroknya?!

"Tapi tadi saya belum banyak mengajarkan Gian, Bu." Jujurku. Memang baru satu rumus yang aku ajarkan padanya.

"Tapi setelah kamu pulang Gian memperlihatkan saya buku catatannya dan dia sudah mengerjakan 20 soal. Saya kira dia ngapain sampai jam makan malam belum juga turun, ternyata dia mengerjakan soal yang kamu berikan. Dia semangat sekali. Biasanya dia akan mendumel dan berkata 'males ah'. Syukurlah baru pertemuan pertama tapi Gian sudah cocok dengan kamu."

Anak itu pintar sekali mencari alasan.

Maksud Gian apa dengan meminta ibunya membayar honorku di muka seperti ini? Apa dia sedang menjebakku agar aku terus bertemu dengannya?

Keesokan lusanya aku kembali ke rumah itu. Kini aku duduk di ruang tamu. Gian juga sudah berada di hadapanku.

"Jadi sekarang privatnya disini?" Tanyanya dengan ekspresi dingin itu lagi.

"Iya." Aku melirik ke arah teras belakang dan melihat Bu Kirana di sana sedang duduk di kursi meja makan yang berada di teras dekat kolam renang. Ia bersama dengan pembantunya yang sedang menyiapkan makan malam.

Melihat Bu Kirana ada dalam jangkauan penglihatanku, membuat aku merasa aman dari serbuan putranya ini.

Sejauh ini semuanya berjalan lancar. Kami bersikap profesional layaknya murid privat dan juga gurunya. Aku akui Gian memang cepat tanggap. Ia bisa memahami instruksiku dengan baik. Mungkin benar ia ketinggalan pelajaran bukan karena ia tidak mampu mengikutinya di sekolah, tapi karena kegiatan basketnya.

Hingga satu jam berlalu. Aku menghela nafas lega, tidak ada lagi serangan tiba-tiba itu.

"Nayara," Bu Kirana menghampiri kami. Beliau sepertinya mau pergi, "Sudah selesai 'kan privatnya? Saya harus pergi sekarang, ada keperluan sebentar."

"Bunda mau kemana?" Tanya Gian seraya duduk di sofa setelah sebelumnya ia duduk di karpet selama les berlangsung.

"Bunda mau nengok temen Bunda. Dia lagi dirawat sekarang. Kamu hati-hati di rumah ya, nanti makan malem gak usah nunggu Bunda. Kalau Ayah udah dateng langsung aja makan."

Gian mengangguk mengerti.

Bersamaan dengan Bu Kirana, aku pun segera memakai sepatuku di teras. Saat aku akan menuruni tangga di halaman depan, Bu Kirana sudah menghilang bersama mobilnya.

Baru saja aku akan menuruni anak tangga pertama, seketika Gian menarikku kembali ke dalam ruang tamu.

"Gi...!" Segera saja ia membungkam mulutku dengan bibirnya.

Dan terjadi lagi. Seketika aku menyesal karena sudah lengah. Kali ini aku tidak membiarkan diriku kehilangan kendali lagi. Aku terus mendorong tubuhnya dan berhasil, Gian melepaskan bibirnya dariku.

"Kamu bener-bener udah gak waras! Lepasin!" Walaupun ia sudah melepaskan bibirnya dariku, tapi sebelah tangannya masih melingkar di pinggangku, dan tangan lainnya memegang tanganku.

"Bi Jumi lagi sibuk di dapur, dia gak akan lihat kita. Bunda dan Ayah juga gak ada. Kak Naya gak perlu khawatir." Itu adalah kalimat terpanjang yang aku dengar sejak aku mengenalnya sejak dua hari yang lalu.

Seketika aku menginjak kakinya dengan kakiku yang sudah menggunakan sepatu. Ia sedikit meringis tapi tak membuatnya melepaskanku.

Ia malah membawa tubuhku ke sofa dan memaksaku duduk disana. Ia berjongkok di depanku dan menarik tengkukku dan kembali, bibirnya menyerangku.

Bagaimana ini?!

Tubuhku terus meronta tapi lama kelamaan entah bagaimana, aku kembali merasakan tubuhku tak berdaya.

Aku tak kuasa menolaknya dan kini bahkan tanganku meraih tengkuknya.

Iya, aku kembali menikmati perlakuan Gian terhadapku. Fix, aku memang sudah gila.

Terpopuler

Comments

Dewi Anggya

Dewi Anggya

waaah lnjut pertemuan bibir yg k2 nihhhh

2024-05-24

1

⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾

⁽⁽ଘ[🐾©️le🅾️🦋]ଓ⁾⁾

Awal baca langsung deg deg an 🙈🙈
karya yg sangat bagus 👍👍❤️❤️

2023-08-02

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Prolog
2 Bab 2: Les Privat
3 Bab 3: Pertemuan Kedua
4 Bab 4: Dominasi Gian
5 Bab 5: Pertemuan Terakhir
6 Bab 6: Obrolan dengan Mama
7 Bab 7: Kakak Sambung
8 Bab 8: Kegigihan Gian
9 Bab 9: Menerima Gian
10 Bab 10: Pertandingan Basket
11 Bab 11: Rencana untuk Backstreet
12 Bab 12: Hari Pertama
13 Bab 13: Perhatian Kecil
14 Bab 14: Kembali Dekat
15 Bab 15: Terpana
16 Bab 16: Hari Guru
17 Bab 17: Ketahuan
18 Bab 18: Perih
19 Bab 19: Perempuan Paling Cantik
20 Bab 20: Rasa yang Tidak Diperbolehkan
21 Bab 21: Patah Hati yang Konyol
22 Bab 22: Meyakinkan Naya
23 Bab 23: Nayara Pacarnya Giandra
24 Bab 24: Ganjaran
25 Bab 25: Kencan
26 Bab 26: Masa Depan Gian
27 Bab 27: Kakak-adik yang Tak lagi Harmonis
28 Bab 28: Pacar Manjaku
29 Bab 29: Sebelum berpisah
30 Bab 30: Selalu Dukung Kamu
31 Bab 31: Syarat dari Kak Deon
32 Bab 32: Berbohong
33 Bab 33: Kencan di Luar Rencana
34 Bab 34: Pergi dari Rumah
35 Bab 35: Gian yang Dewasa
36 Bab 36: Upacara Kelulusan
37 Bab 37: Waktu yang Tidak Tepat
38 Bab 38: Truth or Dare
39 Bab 39: Diabaikan
40 Bab 40: Curiga
41 Bab 41: Situasi Macam Apa Ini?
42 Bab 42: Bertemu Kembali
43 Bab 43: Rumah Bagiku
44 Bab 44: Dunia yang Sempit
45 Bab 45: Chaos
46 Bab 46: Muram
47 Bab 47: Gian Harus Tahu
48 Bab 48: Selamat Tinggal, Gian
49 Bab 49: Ayah untuk Janinku
50 Bab 50: Kenangan dari Gian
51 Bab 51: Pernikahan yang Hambar
52 Bab 52: Rindu Setiap Saat
53 Bab 53: Tak Ada yang Bahagia
54 Bab 54: Orang Ketiga itu Sasha
55 Bab 55: Akhir dari Penderitaan
56 Bab 56: (Bab Spesial)
57 Bab 57: Enam Tahun Kemudian
58 Bab 58: Kembali ke Tanah Air
59 Bab 59: Andra dan Om Pirang
60 Bab 60: Siapa Om Pirang
61 Bab 61: Setelah Bertahun-tahun
62 Bab 62: Mengabulkan Permintaan Andra
63 Bab 63: Debaran Kedua
64 Bab 64: Canggung
65 Bab 65: Menyebalkan
66 Bab 66: Jangan Buat Aku Rapuh Lagi
67 Bab 67: Menjemput Andra
68 Bab 68: Gian yang Terkenal
69 Bab 69: Isi Hati Gian
70 Bab 70: Semakin
71 Bab 71: Siapakah Giandra Mahesa?
72 Bab 72: Berkenalan dengan Eyang
73 Bab 73: Berdebat
74 Bab 74: Cincin dalam Eskrim
75 Bab 75: Gian Pergi
76 Bab 76: Kebenaran
77 Bab 77: Pengorbanan Nayara
78 Bab 78: Saling Merelakan
79 Bab 79: Tato
80 Bab 80: Salam Terakhir
81 Bab 81: Terkoyak dan Sesal
82 Bab 82: Andra Butuh Ayah Kandungnya
83 Bab 83: Gian Tahu Semuanya
84 Bab 84: Dari Hati ke Hati
85 Bab 85: Pendekatan Kembali
86 Bab 86: Hubungan Tanpa Status
87 Bab 87: Bahagia
88 Bab 88: Bertemu Eyang
89 Bab 89: Kejutan untuk Gian
90 Bab 90: Melamar Gian (end)
91 Ekstra 1: Wanita Rahasia Daddy Zach
92 Ekstra 2: The Bad Boy and His Nanny
93 Ekstra 3: Om Rey Tersayang
94 Ekstra 4: Marry Me, Dev
95 Ekstra 5: My Big Girl
96 Ekstra 6: Single Mom
97 Ekstra 7: Miss Rania, I Love You
98 Ekstra 8: Mengejar Cinta Nabila
99 Ekstra 9: Jodohkah Kita?
Episodes

Updated 99 Episodes

1
Bab 1: Prolog
2
Bab 2: Les Privat
3
Bab 3: Pertemuan Kedua
4
Bab 4: Dominasi Gian
5
Bab 5: Pertemuan Terakhir
6
Bab 6: Obrolan dengan Mama
7
Bab 7: Kakak Sambung
8
Bab 8: Kegigihan Gian
9
Bab 9: Menerima Gian
10
Bab 10: Pertandingan Basket
11
Bab 11: Rencana untuk Backstreet
12
Bab 12: Hari Pertama
13
Bab 13: Perhatian Kecil
14
Bab 14: Kembali Dekat
15
Bab 15: Terpana
16
Bab 16: Hari Guru
17
Bab 17: Ketahuan
18
Bab 18: Perih
19
Bab 19: Perempuan Paling Cantik
20
Bab 20: Rasa yang Tidak Diperbolehkan
21
Bab 21: Patah Hati yang Konyol
22
Bab 22: Meyakinkan Naya
23
Bab 23: Nayara Pacarnya Giandra
24
Bab 24: Ganjaran
25
Bab 25: Kencan
26
Bab 26: Masa Depan Gian
27
Bab 27: Kakak-adik yang Tak lagi Harmonis
28
Bab 28: Pacar Manjaku
29
Bab 29: Sebelum berpisah
30
Bab 30: Selalu Dukung Kamu
31
Bab 31: Syarat dari Kak Deon
32
Bab 32: Berbohong
33
Bab 33: Kencan di Luar Rencana
34
Bab 34: Pergi dari Rumah
35
Bab 35: Gian yang Dewasa
36
Bab 36: Upacara Kelulusan
37
Bab 37: Waktu yang Tidak Tepat
38
Bab 38: Truth or Dare
39
Bab 39: Diabaikan
40
Bab 40: Curiga
41
Bab 41: Situasi Macam Apa Ini?
42
Bab 42: Bertemu Kembali
43
Bab 43: Rumah Bagiku
44
Bab 44: Dunia yang Sempit
45
Bab 45: Chaos
46
Bab 46: Muram
47
Bab 47: Gian Harus Tahu
48
Bab 48: Selamat Tinggal, Gian
49
Bab 49: Ayah untuk Janinku
50
Bab 50: Kenangan dari Gian
51
Bab 51: Pernikahan yang Hambar
52
Bab 52: Rindu Setiap Saat
53
Bab 53: Tak Ada yang Bahagia
54
Bab 54: Orang Ketiga itu Sasha
55
Bab 55: Akhir dari Penderitaan
56
Bab 56: (Bab Spesial)
57
Bab 57: Enam Tahun Kemudian
58
Bab 58: Kembali ke Tanah Air
59
Bab 59: Andra dan Om Pirang
60
Bab 60: Siapa Om Pirang
61
Bab 61: Setelah Bertahun-tahun
62
Bab 62: Mengabulkan Permintaan Andra
63
Bab 63: Debaran Kedua
64
Bab 64: Canggung
65
Bab 65: Menyebalkan
66
Bab 66: Jangan Buat Aku Rapuh Lagi
67
Bab 67: Menjemput Andra
68
Bab 68: Gian yang Terkenal
69
Bab 69: Isi Hati Gian
70
Bab 70: Semakin
71
Bab 71: Siapakah Giandra Mahesa?
72
Bab 72: Berkenalan dengan Eyang
73
Bab 73: Berdebat
74
Bab 74: Cincin dalam Eskrim
75
Bab 75: Gian Pergi
76
Bab 76: Kebenaran
77
Bab 77: Pengorbanan Nayara
78
Bab 78: Saling Merelakan
79
Bab 79: Tato
80
Bab 80: Salam Terakhir
81
Bab 81: Terkoyak dan Sesal
82
Bab 82: Andra Butuh Ayah Kandungnya
83
Bab 83: Gian Tahu Semuanya
84
Bab 84: Dari Hati ke Hati
85
Bab 85: Pendekatan Kembali
86
Bab 86: Hubungan Tanpa Status
87
Bab 87: Bahagia
88
Bab 88: Bertemu Eyang
89
Bab 89: Kejutan untuk Gian
90
Bab 90: Melamar Gian (end)
91
Ekstra 1: Wanita Rahasia Daddy Zach
92
Ekstra 2: The Bad Boy and His Nanny
93
Ekstra 3: Om Rey Tersayang
94
Ekstra 4: Marry Me, Dev
95
Ekstra 5: My Big Girl
96
Ekstra 6: Single Mom
97
Ekstra 7: Miss Rania, I Love You
98
Ekstra 8: Mengejar Cinta Nabila
99
Ekstra 9: Jodohkah Kita?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!