Eleana berdiri menatap rumah besar di depannya. Air matanya turun seiring rasa sakit di hatinya. Eleana baru saja diusir oleh sang ibu mertua saat dirinya datang ingin menemui Aaron di rumah itu.
"Sekali lagi kamu datang ke sini, aku tidak akan segan-segan melemparkanmu ke jalanan, Elea!"
"Aku ingin bertemu dengan Aaron, Ma. Aku mohon ...." Eleana menangkup kedua tangannya memohon pada Miranda, tetapi, wanita paruh baya itu tidak memedulikannya.
"Aaron tidak ingin bertemu denganmu, Eleana. Kamu lihat sendiri bukan, kalau saat ini dia tidak mengenalimu? Aaron hanya mengingat Naura sebagai kekasihnya!" teriak Miranda. Wanita itu sungguh sangat kesal karena Eleana begitu keras kepala ingin menemui Aaron, padahal, jelas-jelas Aaron berkali-kali menolaknya.
"Aku akan mengatakan pada Aaron kalau aku dan dia memang sudah menikah, Ma. Tolong izinkan aku bertemu dengan Aaron agar aku bisa membantunya mengembalikan ingatannya yang hilang. Aku mohon ...." Eleana kembali memohon dengan berlinang air mata.
"Aku dan Aaron saling mencintai. Aku yakin, lambat laun Aaron pasti akan kembali mengingatku, Ma." Eleana menangis di hadapan Miranda membuat wanita paruh baya itu mendengus kesal.
"Dengar, Elea! Aaron sudah melupakanmu. Dia hanya mengingatmu sebagai sepupunya Naura, bukan sebagai istrinya. Aku tidak akan membiarkan kamu membahayakan nyawa Aaron dengan mengatakan kalau kamu dan dia sudah menikah. Aku akan menggunakan kesempatan ini untuk menjauhkan wanita pembawa sial seperti kamu dari kehidupan Aaron!" Miranda menatap tajam ke arah Eleana.
"Mama–"
"Pergi kamu dari sini, Elea!" tukas Miranda.
"Aku tidak akan pergi dari sini sebelum aku bertemu dengan Aaron, Ma. Tolong izinkan aku bertemu dengannya! Aku mohon, Ma. Pertemukan aku dengan Aaron. Aku akan mengatakan padanya kalau aku dan dia sudah menikah dan saling mencintai. Naura hanyalah masa lalu Aaron, Ma. Dia yang dulu meninggalkan Aaron di hari pernikahannya!" Eleana masih bersikeras membuat Miranda semakin meradang.
"Aku tidak akan membiarkan kamu mengatakan apapun pada Aaron, Elea! Apalagi, jika kamu sampai berani menunjukkan semua bukti-bukti kalau Aaron benar-benar sudah menikah dengan kamu. Aku tidak akan pernah membiarkan kamu membahayakan Aaron dengan mengatakan yang sebenarnya." Wanita paruh baya itu menatap Eleana dengan penuh kebencian.
"Kalau sampai kamu nekad melakukannya, aku pastikan kamu dan keluargamu yang tersisa akan hidup di jalanan. Camkan itu, Elea!"
"Mama." Eleana menatap Miranda dengan air mata yang semakin deras mengalir pada pipinya.
"Pergi dari sini dan jangan pernah kembali lagi ke rumah ini!" teriak Miranda sambil mendorong tubuh Eleana. Wanita itu berteriak memanggil satpam untuk mengusir menantunya.
"Ma, aku mohon, jangan usir aku, Ma. Aku ingin bertemu dengan suamiku. Aku ingin bertemu dengan Aaron, Ma." Eleana menangis sambil terus memberontak saat dua orang satpam yang berjaga di rumah itu membawanya keluar dari rumah besar itu.
"Mama! Aku mohon, izinkan aku bertemu dengan Aaron, Ma. Mama!" Eleana terus berteriak, tetapi, Miranda dan dua orang satpam itu tidak ada yang memedulikan teriakan Eleana.
"Usir dia dan jangan izinkan dia masuk ke rumah ini apapun alasannya!" teriak Miranda sambil tersenyum sinis. Wanita itu kemudian masuk ke dalam rumah besar itu setelah melihat kedua penjaga rumah itu mengusir Eleana sampai keluar pagar.
"Non Elea, sebaiknya Non pulang saja daripada Nyonya Miranda semakin marah." Suara seseorang membuyarkan lamunan Eleana.
Seseorang yang merupakan salah satu satpam yang beberapa menit lalu mengusir Eleana itu menatap Eleana dengan wajah penuh rasa bersalah.
"Aku ingin bertemu dengan Aaron, Pak. Aku tidak akan pergi sebelum aku bertemu dengan suamiku." Eleana masih bersikeras.
Wanita itu sangat ingin bertemu dengan Aaron. Eleana sangat mencintai lelaki itu. Dia sungguh masih tidak percaya jika Aaron melupakannya.
Eleana sangat tahu jika Aaron sangat mencintainya. Begitupun dengan dirinya yang sangat mencintai lelaki itu.
"Tapi Non, Nyonya akan marah kalau Non Elea tidak segera pergi dari sini. Say mohon, Non. Pulanglah dan beristirahat di rumah. Non Elea harus kuat agar bisa menghadapi orang-orang yang berbuat tidak adil pada Non Elea." Salah satu penjaga yang beberapa saat lalu mengusirnya memberikan nasihat pada Eleana.
Pria berusia sekitar tiga puluh lima tahunan itu merasa prihatin melihat keadaan Eleana. Biar bagaimanapun, Eleana adalah menantu dari majikan mereka.
Dia sendiri sungguh tidak menyangka jika Miranda tega mengusir Eleana merupakan menantunya sendiri.
"Tapi aku ingin menemui suamiku, Pak. Aku ingin melihat keadaan dia. Aku ingin tahu apa dia baik-baik saja atau–"
"Pak Aaron baik-baik saja, Non."
"Dari mana Bapak tahu kalau suamiku baik-baik saja?" Eleana menatap pria yang berada di belakang satpam yang tadi sedang membujuknya.
"Maafkan saya, Non. Tadi, sebelum Nona Elea ke sini, Tuan Aaron baru saja pergi bersama Nona Naura. Tuan Aaron terlihat baik-baik saja dan tampak sehat. Benar 'kan, Sep?" Pria itu menyenggol temannya yang dipanggil Asep.
"Maaf, Nona Elea. Sebaiknya Nona pulang saja. Beristirahatlah dan tenangkan diri Nona. Non Elea harus kuat." Pria yang dipanggil Asep itu bukannya menjawab, tetapi, malah justru kembali menasihati Eleana dan menyuruhnya pulang.
Kedua penjaga pintu itu memang mengenal Eleana karena Eleana sering datang ke rumah besar Miranda saat Aaron mengajaknya menemui kedua orang tuanya.
Kedua orang itu juga tahu bagaimana Aaron memperlakukan dirinya setiap kali mereka datang ke rumah itu. Aaron memang begitu perhatian dan selalu menunjukkan kemesraan di depan semua orang termasuk para pekerja di rumah ataupun di kantor.
Pria itu tidak merasa malu meskipun semua orang menilai kalau dirinya begitu bucin terhadap Eleana.
"Pulanglah, Non. Beristirahatlah! Non Elea terlihat lelah dan kurang sehat." Penjaga pintu bernama Asep itu kembali membujuk Eleana.
"Tapi aku tidak ingin pulang sebelum aku bertemu Aaron, Pak. Aku–" Ucapan Eleana terhenti, perempuan itu terlonjak kaget saat sebuah mobil kini berhenti di belakangnya dan membunyikan klakson dengan keras.
Eleana menoleh ke arah mobil mewah berwarna merah yang kini berhenti tepat di belakangnya.
Eleana masih terpaku di depan mobil bahkan setelah kedua satpam itu membuka pintu gerbang. Suara klakson kembali terdengar membuat Eleana terlonjak kaget.
Dari dalam mobil, seseorang menurunkan kaca. Raut wajahnya terlihat sangat marah.
"Apa kau sudah gila? Kenapa kau masih berdiri di situ? Cepat minggir!"
"A–Aaron."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
🎤ImaEdg🎧
ga ada foto yg buat Aaron sadar gitu? greget deh
2023-07-09
0
Adelia Rahma
mending kamu pergi aja Lea..
buat apa kamu bertahan jika Aron aja gak ingat sama kamu..
dan di dalam hati terdalam nyapun tidak ada sedikitpun ikatan bahwa kalian suami istri
2023-07-03
2
Arkan_fadhila
gak ada ikatan batin antara aaroon dan eleana...ngapain kamu bersikukuh????kalo dia ingin kamu menjauh menjauh lah dlu eleana???semakin kamu mendekat semakin dia menjauh....cobalah jgn terlalu murah kamu eleana mengemis2 ingin diakui sebagai istri....main cantik
2023-07-03
5