Perihal Takdir memang tidak pernah ada yang bisa menebak bagaimana cerita dan alurnya, bahkan bisa membuat orang yang awalnya tidak saling mengenal jadi bisa saling memiliki.
Baru saja kembali menginjak di bumi pertiwi, Ruby sudah disuguhkan dengan perilaku anak bangsa yang tidak punya moral dan etika, namun dia sadar, begitulah hidup. Mungkin hanya dengan cara itu para preman itu bisa mencari uang untuk menafkahi dia dan keluarganya, walau kenyataannya perbuatannya itu memang salah.
"Fuh... sudah lama sekali nggak naik Angkot, ternyata cukup membakar lemak ditubuhku yang tak seberapa ini, panas sekali woi." Umpat Ruby yang hanya bisa menghela nafasnya berulang kali sambil melepas masker dan juga topinya, saat para penumpang yang lainnya sudah turun semua, sebenarnya dia bisa saja menyewa taksi atau travel, namun dia sengaja tidak ingin terlihat mencolok didaerah perkampungan ibunya.
"Darimana Neng, kok sendirian aja?" Sapa Sopir Angkot itu yang sekedar basa-basi.
"Loh aku kan sama Abang, jadi nggak sendirian dong?" Jawab Ruby yang akhirnya bisa menselonjorkan kaki jenjangnya setelah tadi cukup lama dia tekuk karena penumpangnya penuh.
"Si Eneng bisa aja, rumahnya dimana Neng, kok kayaknya nggak pernah lihat naik Angkot?" Tanya Sopir itu kembali sambil terus tersenyum-senyum saat menoleh kearah Ruby.
"Karena biasanya kalau nggak naik Mobil aku naik Helikopter." Celetuk Ruby tanpa sadar, karena memang seperti itu lah biasanya.
"Ahaha... naik Helikopter di museum ya Neng?" Ledek Sopir Angkot itu yang langsung tertawa karena merasa kalau Ruby berkata-kata lucu.
Astaga aku keceplosan!
"Hehe... iya Bang, tau aja si Abang!" Ucap Ruby yang memilih ikut tersenyum saja, ngapain juga dia harus tunjuk pamer tentang keadaan dia yang sebenarnya pikir Ruby.
"Ya iyalah, kalau punya Mobil atau Helikopter ngapain juga naik Angkot butut model begini kan, udah sumpek, panas lagi ya kan? lagian juga mana mungkin orang pedesaan punya Helikopter, mau jual tanah dan rumah juga nggak akan kebeli, itu sangat mustahil haha.." Dia benar-benar mendapatkan penyegaran siang ini, karena bisa tertawa berdua bersama wanita cantik sebagai penumpangnya.
Dia mulai meremehkan aku?
"Tidak ada yang mustahil didunia ini Bang, apalagi jika kita memang berusaha dengan sungguh-sungguh, pasti akan ada jalan!" Ucap Ruby kembali yang seolah mengutarakan petuah hidup.
"Ya nggak mungkinlah Neng, itu peribahasanya bagai punguk merindukan bulan." Celetuk Sopir itu tak mau kalah.
"Kenapa tidak, manusia saja bisa pergi ke bulan, bukan juga karena dia kaya raya, tapi karena dia cerdas, ya kan?" Dia tidak mau kalah debat begitu saja.
"Emang Eneng beneran punya Helikopter?" Raut wajah Sopir Angkot itu terlihat sedikit berubah, saat mengamati jacket kulit Ruby yang terlihat sangat bagus dan mengkilap itu.
"Punya." Jawabnya dengan cepat.
"Serius? Merknya apa Neng?" Bahkan sopir itu sedikit memperlambat laju Angkotnya agar bisa mendengar dengan pasti perkataan dari Ruby.
"Swalooww!" Celetuk Ruby dengan singkat padat dan jelas.
"Itu kan merek sendal Neng, yang benar saja?" Umpat Sopir Angkot itu yang langsung terlihat kesal, bahkan dia memukul stang bundar Angkotnya karena merasa dikerjain oleh seorang wanita yang umurnya jauh dibawahnya.
"Ahahahaha... jangan terlalu dipikirkan Bang, nanti rambut Abang cepat putih, aku turun didepan ya Bang!" Jawab Ruby sambil terkekeh karena melihat ekspresinya.
"Aish... udah cantik pake lucu lagi, aku kan jadi tertarik, mau jadi istri kedua Abang nggak Neng?" Goda Sopir Angkot itu dengan genitnya.
Ada lagi manusia model beginian yang selalu lupa bersyukur punya bini satu saja, astaga situ keren Bang!
"MAU!" Jawab Ruby dengan raut wajah yang dia buat semeyakinkan mungkin.
"Beneran ini Neng? kalau mau nanti malam langsung Abang lamar ya Neng?" Ucapnya yang langsung terlihat semangat, kapan lagi dia bisa mendapat daun muda yang cantik jelita pikirnya.
"Mau, tapi kalau Abang sudah mati." Jawab Ruby sambil melengos karena menahan tawa.
"Astaga mulutnya itu loh Neng!" Jerit Sopir Angkot itu sambil melempar topi yang dia pakai ke dasboard Angkot karena merasa kecewa.
"Ahaha... bercanda Bang biar nggak cepat tua, ini aku kasih uang lebih, biar bisa buat merayu Janda cantik di Pasar!" Ruby langsung turun saat Angkot itu berhenti disimpang jalan menuju rumahnya sna memberikan uang lebih kepada sopir Angkot itu.
"Kalau aku maunya Eneng gimana?" Seolah sopir itu masih belum puas dengan jawaban Ruby dan masih ingin ngobrol bareng dengannya.
"Boleh, tapi tidur dulu dengan tenang di Makam sebrang jalan sana, saat malam jumat kliwon, gimana Bang?" Ruby menunjuk satu tempat didekat simpang itu.
Beeerrrrr!
Tiba-tiba angin berhembus dengan kencang dan menerpa wajah sopir Angkot itu saat menoleh kesebrang jalan yang ternyata adalah Tempat Pemakaman Umum.
"Haish... lupakan! Terima kasih tipsnya Neng!"
Sopir Angkot itu langsung menekan pedal gasnya dengan cepat dan segera meninggalkan jalan dimana Ruby memilih turun dan jalan kaki, karena rumahnya masuk ke area persawahan yang hanya bisa dilalui oleh sepeda motor saja.
Setelah kedua orang tua Ruby pensiun, mereka memutuskan untuk pergi ke Kampung halaman dan membuat rumah yang sederhana tapi asri, agar bisa hidup dengan tenang tanpa harus mendengar suara bising dari hiruk pikuk dunia perkotaan.
"Permisi, ada paket!" Teriak Ruby sambil menyandarkan tubuhnya didinding rumahnya, badannya seolah remuk, karena melakukan perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, belum lagi meladeni drama-drama yang tidak penting baginya.
Sedangkan didalam rumah Ayah dan Ibu Ruby dibuat bingung, sejak kapan ada tukang paket nyasar kerumah pikirnya, karena mereka berdua sama sekali tidak memesan barang, jangankan membeli lewat aplikasi, mau cari sinyal yang bagus tanpa terputus saja harus keluar rumah dan mencari dataran yang lebih tinggi pikir mereka.
"Ayah pesan sesuatu?" Tanya Ibu Ruby saat mereka mendengar suara dari luar rumahnya.
"Memangnya bisa pesen Tempe Bacem lewat aplikasi?" Ayah Ruby malah bertanya balik, karena memang tadi mereka sedang membahas makanan itu.
"Kenapa jadi bahas tempe bacem?" Ibu Ruby langsung memicingkan kedua matanya, karena suaminya itu sering sekali menggodanya dan membuat dia kesal sendiri.
"Orang Ayah maunya tempe bacem Buk?" Jawab Ayah Ruby yang lidahnya memang sudah melokal, dia selalu bisa beradaptasi dimanapun dia tinggal tanpa harus mementingkan gengsi walaupun banyak harta.
"Aish... Ayah inilah, nggak nyambung sekali, ya sudah kita lihat saja dulu, siapa tahu salah mengantar paket."
Ibu Ruby langsung memilih bergegas menuju pintu rumahnya dan diikuti oleh suaminya, daripada harus berdebat nggak jelas dengan suaminya, karena sebenarnya dia pun penasaran juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Asngadah Baruharjo
ngakak paraahhh thorrr 🤣🤣🤣
2023-10-13
0
gemar baca
haha...sedekat nadi,selalu di hati🥰😂
2023-07-10
0
Diank
Anakmu pulang buk
2023-07-01
0